Nasional Upaya Muhammadiyah Menjaga Masjidnya dari Salafi

Upaya Muhammadiyah Menjaga Masjidnya dari Salafi

10
0

IndonesiaDiscover –

Upaya Muhammadiyah Menjaga Masjidnya dari Salafi
Lambang Muhammadiyah.(Dok Muhammadiyah)

SEKRETARIS Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti mengimbau agar masjid Muhammadiyah tidak seperti kaleng biskuit. Sudah menjadi rahasia umum, kaleng biskuit berisi produk makanan yang lain. Banyak pihak menduga pernyataan itu mengarah pada masjid Muhammadiyah yang diambil alih oleh kelompok Salafi atau disebut juga Wahabi.  

“Masjid Muhammadiyah harus dikelola dengan baik agar tidak seperti kaleng Kh*ng Gu*an. Luarnya biskuit, dalamnya rengginang. Namanya Masjid Muhammadiyah, amaliah ibadah dan kegiatan bertentangan dengan Muhammadiyah,” ucap Mu’ti dalam akun Twitter atau X @Abe_Mukti pada Jumat (10/5) sebagaimana dilansir dari Muhammadiyah.or.id.

Warganet langsung menyerbu postingan Mu’ti itu. Banyak yang mengira hal itu terkait upaya Salafi Wahabi yang secara histori sejak lama berusaha mengambil alih masjid milik Muhammadiyah. Nyatanya, ada banyak perbedaan amal ibadah dan ajaran lain, bahkan bertentangan, antara Muhammadiyah dan Salafi.

Baca juga : Muhammadiyah Tolak Disamakan dengan Salafi, ini Sembilan Perbedaannya

Muhammadiyah mengelola ribuan masjid. Hampir setiap ranting Muhammadiyah yang tersebar di seluruh Indonesia sekurang-kurangnya memiliki satu masjid atau musala. 

Untuk menjaga masjid, Mu’ti berpesan agar seluruh elemen Muhammadiyah memakmurkan masjid dengan mengadakan pengajian, rajin salat berjemaah, dan aktivitas-aktivitas lain. Hal ini guna mengantisipasi masuknya ideologi yang tidak sejalan dengan semangat Muhammadiyah. 

Masjid Muhammadiyah diduduki Salafi

Ada banyak cerita sejak lama sejumlah masjid Muhammadiyah direbut oleh Salafi. Yang teranyar terungkap dalam acara Konsolidasi bersama PCM (Pimpinan Cabang Muhammadiyah) dan Ortom (Organisasi Otonom Muhammadiyah) yang digelar Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Trenggalek, Jawa Timur, Kamis (23/5/2024) yang dilansir dari pwmu.co, Sabtu (25/5/2024).

Baca juga : Rumah, Masjid, Sekolah, dan Bank Rusak akibat Gempa Tuban

Pada acara itu, Ketua PCM Watulimo, Warjito, melaporkan ada dua ranting yang anggotanya terpapar paham Salafi yaitu PRM (Pimpinan Ranting Muhammadiyah) Sawahan dan Margo. 

Kader Muhammadiyah Watulimo, Ahmad Nur Kholik, menambahkan di Watulimo ada dua masjid jelas-jelas wakaf Muhammadiyah sekarang diduduki Kelompok Salafi.

Jemaah di dua masjid tersebut kebetulan kurang kental dalam ber-Muhammadiyah sehingga lambat laun bisa dibelokkan. Akhirnya banyak jemaah yang sepaham dengan kelompok ini.

Baca juga : Pelukis Kaligrafi Banjir Pesanan

Malah ada satu masjid di Watulimo terjadi upaya mengganti takmir dengan mengambil alih sertifikat tanah wakaf. “Alhamdulillah sertifkat tanah sudah di PDM. Ya kondisinya sampai saat ini kita perang dingin. Beberapa kali mau kajian di tempat tersebut, ada upaya penolakan dari jemaah setempat tetapi karena Muhammadiyah Watulimo cukup kompak akhirnya mereka menerima,” katanya.

Dua strategi Salafi

Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Dr Ali Trigiyatno SAg MAg, menjelaskan dua cara Salafi mengambil alih masjid Muhammadiyah. 

Pertama, membuat kajian dan menguasai takmir masjid. Untuk itu, Ali mengajak jemaah untuk menyekolahkan anak-anaknya sekolah di MBS (Muhammadiyah boarding school) yang berkualitas. “Karena di MBS merupakan pesantren untuk menciptakan manusia yang alim dengan versi Muhammadiyah,” ujar Ali yang juga penulis buku berjudul Titik Pisah Fikih Salafi-Muhammadiyah. 

Baca juga : Kabar Duka, Adik Gubernur Sumut Edy Rahmayadi Meninggal Dunia

Kedua, ada dukungan dari orang internal Muhammadiyah. Hal itu bermula dari keikutsertaan pimpinan Muhammadiyah mengaji di berbagai tempat. “Dan mungkin saja ada ustaz yang membuatnya terkesima sehingga diajak untuk menjadi mubaligh di masjidnya,” ujarnya. 

Ali Trigiyatno menerangkan, sebagai organisasi, Salafi punya kebijakan tersendiri dalam melindungi jemaahnya. Di antara caranya yaitu mengeluarkan daftar nama ustaz subhat yang menurut mereka tidak berkompeten dalam berdakwah. “Bukankah hal ini menimbulkan fanatik yang berlebihan dan tidak toleran?” kata dia. 

Oleh karena itu, Ali berpesan, warga Muhammadiyah harus paham perbedaan dan misi dakwah golongan Salafi. Ini perlu dilakukan agar AUM (amal usaha Muhammadiyah) dan jemaah Muhammadiyah bisa aman dan tidak jatuh ke pemahaman Salafi. 

Ustaz Adi Hidayat versus Salafi

Gesekan antara Ustaz Muhammadiyah dengan Salafi yang terbaru juga terjadi pada Ustadz Adi Hidayat. Kelompok Salafi menentang bahkan mengecam pendapat Ustaz Adi Hidayat terkait penjelasan tentang Surat Asy-Syuara dengan pemusik atau musikus dan halalnya music atau alat music dengan beberapa catatan. 

Diketahui, Ustaz Adi Hidayat kini menjabat ebagai Wakil Ketua I Majelis Tabligh PP Muhammadiyah sejak 2023. 

Terkait dengan ramainya Ustaz Adi Hidayat (UAH) yang dikafirkan oleh kelompok Salafi Wahabi, Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah Dr Fathurrahman Kamal berharap meski ada tuduhan sesat hingga tahdzir kepada tokoh Muhammadiyah, warga harus tetap menahan diri dan menjaga ukhuwah Islamiyah, basyariyah, dan wathaniyah.

“Ini karena warga kita kan tidak terbiasa (bicara) kasar. Jadi harus tetap menahan diri dan fokus menjaga persatuan umat,” pungkasnya. (Z-2)

 

Tinggalkan Balasan