“Saya ucapkan terimakasih kepada saudara Anies dan Muhaimin, walaupun di debat lumayan juga kerasnya, tapi itu bagian dari demokrasi,” kata Prabowo dalam pidato di kantor KPU RI, Jakarta, Rabu (24/4).
Prabowo mengungkapkan, seorang pemimpin harus siap dipelonco melalui proses dialektika dan debat. Jika seseorang tak siap dengan momen itu, tak layak untuk maju menjadi pemimpin.
“Kalau kita nggak siap diserang, dikritik, bahkan dihujat, ya jangan mau jadi pemimpin, lebih baik diam di rumah saja, nonton TV, jangan berdiri di depan kamera,” ucap Prabowo.
Prabowo memastikan, setelah dirinya terpilih sebagai presiden, saat ini rasa sakit hati mengenai ketersinggungan sudah tak lagi berguna. Menurutnya, rakyat saat ini ingin persatuan dan rasa sakit hati sudah bukan lagi suatu hal yang patut diutamakan.
“Tinggalkan perasaan-perasaan, tinggalkan rasa sakit hati, tinggalkan ketersinggungan, tidak ada artinya, hati tersinggung, hati sakit, tidak ada artinya dibandingkan tuntutan rakyat kita,” ucap Prabowo.
Selain itu, Prabowo juga meminta maaf secara terbuka kepada publik dan juga rekan sekoalisinya. Dia meminta maaf apabila selama proses kampanye terdapat kata-kata yang menyakiti dan kurang menyenangkan.
“Mungkin saya pernah bikin salah sama kawan-kawan, saya manusia, mungkin saya telah berkata yang kurang baik, sudah saya minta maaf,” ungkap Prabowo.
Prabowo juga menyinggung mengenai kondisi geopolitik Indonesia saat ini yang tengah berada dalam ancaman. Dia mengingatkan bila di negara lain, perang saudara menjadi hal yang biasa dan lazim terjadi.
“Kita bersyukur masih utuh dan kita bisa menyelenggarakan negara kita dengan baik dan damai,” pungkas Prabowo.