Nasional Dukung Program Pompanisasi, Kementan Gencarkan Listrik Masuk Sawah

Dukung Program Pompanisasi, Kementan Gencarkan Listrik Masuk Sawah

13
0

IndonesiaDiscover –

Dukung Program Pompanisasi, Kementan Gencarkan Listrik Masuk Sawah
Berbagai pompa yang digunakan untuk pengairan sawah(MI/HO)

KEMENTERIAN Pertanian RI, melalui Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, mendorong agar listrik masuk ke area persawahan. Hal itu dilakukan dalam rangka memasok energi untuk modernisasi dan mekanisasi pertanian.

Dirjen Tanaman Pangan Kementan Suwandi mengatakan untuk modernisasi alsintan diperlukan energi yang efektif dan efisien. Oleh sebab itu, sudah saatnya listrik masuk sawah.

“Berdasarkan berbagai pengalaman praktik lapangan dalam menggunakan energi untuk proses budidaya di sawah, petani merasakan lebih hemat menggunakan energi listrik, dibandingkan bahan bakar minyak dan gas. Sedangkan energi solarcell belum begitu meluas di petani,” ungkap Suwandi dalam Rakor LTT dan Elektrifikasi, Sabtu (13/4).

Baca juga : Kementan Salurkan Bantuan Pompanisasi Sawah Tadah Hujan di Banten

“Sesuai arahan Bapak Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, untuk mekanisasi ini diperlukan tenaga dan sumber energi yang lebih murah dan mudah didapat dari tenaga listrik, maka dikembangkan Listrik Masuk Sawah (LMS) dan beberapa daerah menyebut program Gerakan Listrik Masuk Sawah (Gelisah),” sambungnya.

Lebih lanjut, Suwandi memaparkan, salah satu yang menjadi contoh yakni program listrik masuk sawah di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. 

“Sebagai contoh program listrik masuk sawah yakni Kabupaten Ngawi mengembangkan sumur submersible lebih dari 17.000 unit dari swadaya petani dan bantuan untuk mengairi lahan kering tadah hujan sehingga bisa bertanam padi 3 kali setahun (IP300),” Paparnya.

Baca juga : Kementan Masifkan Pengairan melalui Pompa untuk Dongkrak Indeks Pertanaman Padi

Selain di Ngawi, lanjut Suwandi, program serupa juga dilakukan di Kabupaten Sragen. Lebih dari 23.000 sumur submesible guna memompa air dari dalam tanah untuk mengairi lahan tadah hujan sehingga indek pertanaman IP bisa ditingkatkan hingga IP300 bahkan IP400 lebih dari ribuan hektar.

“Setiap titik sumur submersible bisa melayani 2-30 hektare dengan biaya dari Rp8 juta hingga Rp150 juta tergantung jenis ukuran pipa dan pompa, kedalaman sumur, dan lainnya,” imbuhnya.

Terkait maraknya pembuatan jebakan tikus yang menggunakan aliran listrik, Suwandi dengan tegas mengimbau petani agar Listrik Masuk Sawah tidak digunakan untuk hal-hal yang membahayakan.

Baca juga : Petani CSA Jember Capai Produksi 9,2 Ton Per Hektare Gabah Kering Panen

“Listrik Masuk Sawah digunakan untuk menggerakan mesin pompa air, alat olah lahan, mesin pembuatan kompos, alat panen dan pascapanen, juga lampu perangkap hama dan lainnya. Dalam hal ini dilarang keras menggunakan kawat listrik untuk jabakan tikus sawah, sangat berbahaya bagi keselamatan jiwa,” tegas Suwandi.

Sementara itu, TAM Bidang Mekanisasi dan Alsintan PLN Astu Unadi mengatakan penggunaan listrik untuk energi mesin pompa air jauh lebih hemat dibandingkan dengan menggunakan bahan bakar lain. Pasalnya, untuk pengunaan listrik bisa disetting secara otomatis.

Astu memaparkan, mesin pompa itu bisa digerakan oleh beberapa sumber tenaga, antara lain dengan dengan diesel. Dan umumnya mesin pompa lebih dari 8 house power kalau diameter pipanya besar.

Baca juga : Tekan Biaya Produksi, Mentan Ingin Alsintan Berbasis Listrik Diterapkan Petani di Seluruh Indonesia

“Untuk Diesel 8 horse power, kalau kita rupiahkan dengan rata-rata harga  solarnya Rp6.800, saya kemarin ngecek di Palembang harganya bisa naik di tingkat petani 10.000 per liter. Jadi tinggal dikalikan saja 22.000 rupiah perjam. Kemudian kalau untuk bensin, 5 horse power kebutuhan bahan bakarnya antara antara 1,2 sampai 1,37 liter per jam. kalau harganya itu Rp10.000 per liter di pom bensin biasanya di petani di desa itu jauh lebih dari pom bensin sehingga harganya lebih mahal,” paparnya. 

Lebih lanjut Astu menjelaskan, saat ini harga pompa bensin itu harganya Rp13.700 per jam. Kemudian kalau listrik sama-sama 5 horse power, kalau dikonversi menjadi kilo wat itu adalah 3,75 kilo wat per jam.

“Nah kalau tarif listrik harganya Rp1.600 rupiah per KWH, maka harganya Rp6000. Mari kita lihat perbandingan antara 6.800 dengan power yang sama, dengan 13.700, ini belum termasuk oli, kemudian perlu operator dan lain-lain,” jelasnya.

“Kalau listrik, ini gak begitu perlu operator, kita bisa ngeset otomatis, gak perlu oli hanya langganan. Jadi ini hampir kurang dari setengahnya, mungkin 40 %, belum dihitung oli, kalau di hitung oli mungkin sepertiganya,” imbuhnya.

Pada sesi yang sama, Kabid Tanaman Pangan Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu mengungkapkan, saat ini, di Indramayu belum ada elektrifikasi sawah atau listrik masuk sawah, untuk itu sangat berharap program Listrik Masuk Sawah bisa segera terealisasi.

“Sampai saat ini belum pernah direalisasikan. Kami juga menunggu bagaimana  tindak lanjutnya, seperti apa listrik masuk sawah itu,” ungkapnya.

“Secara khusus akan kami dorong listrik masuk sawah,” Kata Kadistan Banten Agus Tauhid. (RO/Z-1)

Tinggalkan Balasan