
IndonesiaDiscover.com – Survei Orientasi Bisnis Perbankan OJK (SBPO) yang melibatkan menunjukkan kinerja perbankan akan tetap terjaga baik pada triwulan I 2024. Fungsi intermediasi juga menguat sejalan dengan kemampuan perbankan dalam mengelola risiko kemampuan mengelola risiko. Sektor rumah tangga, perdagangan, dan pengolahan jadi penyumbang kredir terbesar.
Optimisme perbankan tecermin dari indeks orientasi bisnis perbankan (IBP) yang tercatat sebesar 56 (zona optimis). Meskipun kondisi makroekonomi global yang kurang kondusif seperti indeks ekspektasi kondisi makroekonomi (IKM) pada triwulan I 2024 di posisi 47 (zona pesimis). Terutama disebabkan oleh perkiraan pelemahan nilai tukar dan peningkatan inflasi.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana menilai kondisi perbankan Indonesia cukup solid dalam menghadapi berbagai tekanan dan kondisi yang mengancam ketahanan perbankan global. Kondisi saat ini terdapat dua risiko utama yang perlu diwaspadai yaitu pelemahan pasar properti komersial dan keterkaitan bank dengan lembaga jasa keuangan non- bank.
Sebagai perbandingan, lanjut dia, rasio modal inti perbankan Amerika Serikat (AS) hanya 14,41 persen. Untuk Uni Eropa rasio model inti sebesar 17,03 persen. Mencermati perkembangan risiko-risiko terhadap sektor perbankan global itu, Dian mencermati bahwa perbankan Indonesia masih terjaga dari risiko-risiko tersebut.
Menurut dia, ada tiga sektor ekonomi penyumbang kredit terbesar pada posisi Januari 2024. Sektor rumah tangga menjadi penyumbang kredit terbesar dengan 23,67 persen.
Lalu diikuti kredit sektor perdagangan besar mencapai 15,81 persen dan industri pengolahan 15,65 persen. Sedangkan sektor real estate hanya menyumbang 5,09 persen total kredit sektor perbankan.
OJK telah mengambil sejumlah langkah agar pengaturan di sektor perbankan Indonesia. Juga akan terus mengantisipasi berbagai dinamika kebijakan ekonomi dan perbankan global. Tensi geopolitik global dan volatilitas kondisi pasar mampaknya masih akan terus terjadi dengan berbagai dinamikanya.
Sepanjang prinsip kehati-hatian dan praktik-praktik perbankan yang sehat terus dijaga, perbankan Indonesia akan tetap tangguh dan akan terus bertumbuh dengan sehat sebagaimana kondisi saat ini. ungkapnya.
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk menebar dividen jumbo. Nilainya mencapai Rp 33,03 triliun atau 60 persen dari laba bersih konsolidasi perseroan di 2023.
Secara fundamental, Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi menyatakan, besaran dividen telah mempertimbangkan posisi likuiditas serta struktur permodalan bank dalam mendukung rencana tahun ini. Dia memproyeksi, CAR Bank Mandiri sampai dengan akhir tahun nanti pada level yang kurang lebih sama dengan Desember 2023. Yakni sebesar 21,4 persen.
Didorong beragam pengembangan serta inovasi digital dalam mendukung rencana bisnis berkelanjutan. “Termasuk mendorong fungsi intermediasi yang menjadi core bisnis perseroan. Sejalan dengan momentum pertumbuhan ekonomi,” ucap Darmawan.
Total aset konsolidasi bank berlogo pita emas itu menembus Rp 2.174,2 triliun. Naik 9,12 persen YoY dari tahun sebelumnya sebesar Rp 1.992,5 triliun. Seiring dengan realisasi penyaluran kredit Bank Mandiri di 2023 yang mencapai Rp 1.398,1 triliun atau tumbuh 16,3 persen secara tahunan.
Pertumbuhan kredit juga diimbangi dengan kualitas aset yang terjaga. Tercermin dari rasio kredit macet alias non-performing loan (NPL) Bank Mandiri (bank only) yang turun 86 basis poin (bps) secara tahunan ke level 1,02 persen. Rasio pencadangan (NPL coverage ratio) masih di level konservatif sebesar 384 persen.