“Kenapa bantuan beras ini kita berikan? Karena memang di seluruh dunia, di semua negara itu harga berasnya terkerek naik semuanya, naik. Karena apa? Panennya banyak yang gagal, panennya banyak yang puso,” jelasnya, dikutip dari Antara.
Selanjutnya, Presiden Jokowi menuturkan bahwa kegagalan panen diakibatkan perubahan iklim. Hal ini menyebabkan 22 negara menghentikan ekspor beras dan lebih memprioritaskan beras untuk kebutuhan di dalam negerinya.
“Oleh sebab itu, kita kesulitan untuk membeli beras di negara-negara lain karena beras mereka dipakai sendiri untuk rakyatnya” kata Jokowi.
Presiden menekankan kepada para petani agar terus tingkatkan produktivitas padi. Dengan harap suplai beras menjadi melimpah sehingga harga beras bisa ditekan kembali.
“Kalau produktivitas padi kita turun seperti tahun kemarin, harga pasti otomatis naik karena suplainya tidak cukup, otomatis harga pasti naik. Itu kejadian di semua negara,” ujar Presiden.
Pemerintah memberikan bantuan pangan berupa beras seberat 10 kilogram per bulan, dengan sasaran 22 juta penerima manfaat. Dijekaskan Jokowi, bantuan ini akan diterima hingga bulan Juni 2024 dan bisa diperpanjang jika anggaran negara mencukupi.
“Yang paling penting bapak ibu, Januari, Februari, Maret, April, Mei, Juni diberikan bantuan. Juli malah keterusan. Sementara sampai Juni. Nanti kalau APBN kita hitung-hitung cukup, bisa dilanjutkan lagi,” tuturnya.
Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi, Gubernur DIJ Sri Sultan Hamengkubuwono X, dan Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo juga ikut mendampingi Presiden Jokowi dalam kegiatan tersebut.