IndonesiaDiscover –
Daihatsu dan Toyota belakangan tengah disorot berbagai pihak karena terlibat skandal. Daihatsu diketahui melakukan manipulasi pengujian keselamatan selama puluhan tahun, sedangkan Toyota baru-baru ini kedapatan melakukan manipulasi pada mesin diesel mereka.
Skandal di dunia otomotif sebenarnya bukan hal baru. Selain dua produsen di atas, sudah banyak pabrikan tersandung kasus besar yang mencoreng kepercayaan masyarakat terhadap merek otomotif tersebut. Apa saja? Simak beberapa skandal di dunia otomotif yang pernah tercatat berikut ini.
1. Volkswagen Dieselgate
Ini salah satu skandal otomotif modern yang menjadi perbincangan banyak orang. Kasus ini juga berdampak pada keberlangsungan mesin diesel di benua Eropa.
Bermula pada 2015, Agen Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat melaporkan bahwa VW telah menyematkan alat untuk mengatur pembuangan emisi pada ratusan ribu mesin mereka. Alat ini juga dipasang pada produk Porsche, Audi, Seat dan Skoda.
Perangkat ini mampu membantu mesin mobil memenuhi standar emisi gas buang saat dilakukan uji coba emisi. Penjelasannya, perangkat lunak komputer ini bisa mendeteksi skenario pengujian dengan memantau kecepatan, pengoperasian mesin, tekanan udara, hingga posisi roda kemudi. Nyatanya, mesin VW memuntahkan nitrogen oksida 40 kali lebih berbahaya dari ambang batas yang diizinkan.
VW pun mengakuit telah melakukan manipulasi ini pada 11 juta mesin diesel mereka, diantaranya 8,5 juta di Eropa. Kasus ini lantas membuat petinggi VW dimasukkan ke penjara dan mendenda VW miliaran dolar Amerika sebagai kompensasi pada konsumen dan diler yang dirugikan.
Akibat ulah mereka sendiri, VW harus mengucurkan dana lebih dari 26 triliun Euro. Dana ini digunakan untuk membayar denda, kompensasi dan membeli kembali unit terdampak di pasar Amerika. Skandal ini juga membuat benua Eropa memutuskan untuk menghentikan penjualan mesin diesel pada 2025 mendatang.
Otoritas industri Eropa juga sempat memeriksa beberapa produsen yang dicurigai menggunakan cara yang sama dengan VW, seperti BMW dan Mercedes-Benz. Kasus ini juga membuat seluruh produsen Eropa melirik kendaraan listrik lebih cepat dan meningkatkan pilihan pada mesin bensin lebih luas.
2. Takata Sabuk Keselamatan dan Airbag
Skandal ini mungkin masih diingat banyak orang. Takata merupakan perusahaan yang bergerak di bidang keselamatan berkendara dengan produk seperti sistem sabuk keselamatan dan airbags. Ini juga yang membuat skandal Takata terdampak pada hampir seluruh merek otomotif di dunia.
Skandal pertama terkait sabuk keselamatan dan terjadi pada 1995 silam. Berdasarkan investigasi Departemen Transportasi Amerika, terdapat kegagalan fungsi pada sabuk pengaman Takata yang banyak digunakan pada produk Honda. Investigasi ini meluas pada seluruh model pabrikan Jepang yang ada di Amerika saat itu.
Hasil investigasi menyebutkan, sabuk pengaman kerap terlepas dengan sendirinya, atau saat tabrakan dan gagal menahan tubuh dari benturan. Ini terjadi karena kepala sabuk saat itu dibuat dari plastik ABS yang akan rusak karena terpapar sinar matahari. Total ada 8,9 juta kendaraan terdampak skandal ini.
Melompat ke 2013, Takata kembali menjadi sorotan kini pada teknologi airbag mereka. Disebutkan, terdapat lebih dari 100 catatan cidera dan 13 kematian akibat produk airbag Takata. Ini akibat daya ledak airbag yang berlebihan menyebabkan luka pada pengemudi.
Sekitar 3,6 juta produk kendaraan mendapatkan recall karena masalah airbag ini. Takata menyebutkan bahwa pabrik mereka di Mexico salah dalam penggunaan bahan peledak dan menempatkan bahan kimia yang digunakan pada airbag mereka. Selain itu, ditemui juga pengaruh kelembaban pada beberapa wilayah yang membuat bahan peledak pada airbag tidak bekerja sebagaimana mestinya. Peledak airbag ini mampu melepaskan bahan metal pada area kemudi kearah pengemudi hingga menyebabkan luka bahkan kematian.
Kasus ini terus bergulir hingga kini. Kemungkinan sekitar 30 juta kendaraan mendapatkan recall dan Takata diberikan denda lebih dari 1 miliar dolar Amerika. Pada 2017, Takata mengumumkan mereka bangkrut. Kini mereka diambil alih oleh perusahaan Tiongkok, Key Safety System dan berubah nama menjadi Joyson Safety System.
3. Kasus Suap Daimler
Pada 2010 lalu, Daimler AG didakwa melanggar UU Suap Amerika Serikat. Ini terjadi setelah perusahaan Jerman itu ketahuan mengucurkan uang jutaan dolar Ameria dan membagikan mobil mewah kepada pejabat untuk memenangi kesepakatan bisnis.
Jaksa menyebutkan Daimler melakukan praktek busuk ini di berbagai negara seperti Rusia, Cina, Turki, Mesir, Nigeria, Irak, dan negara lain sejak 1998 hingga 2008. Kasus ini bahkan menyeret Perum Damri yang terindikasi mendapatkan keuntungan dari Daimler, meski kemudian dibantah.
Terdapat bukti yang menyebutkan Daimler memberikan mobil antipeluru untuk pejabat di beberapa negara dengan alasan sebagai hadiah ulang tahun. Praktek ini terus berlangsung untuk memperlancar usaha mereka di sebuah negara.
Akibat perbuatan ini, Daimler harus membayar denda lebih dari 180 juta dolar Amerika. Mereka juga mengaku bersalah telah melakukan tindakan tercela tersebut.
4. Skandal Suzuki, Mazda, Yamaha
Terdapat beberapa skandal yang melibatkan produsen Jepang selama beberapa waktu. Tiga pabrikan Mazda, Suzuki, Yamaha, kedapatan melakukan kesalahan pengujian konsumsi bahan bakar dan emisi kendaraan mereka pada 2018 lalu. Investigasi Kementerian Transportasi Jepang menemukan prosedur yang salah pada pengujian produk-produk merek tersebut. Pihak pabrikan mengungkapkan, pengujian dilakukan oleh personel yang tidak tersertifikasi sehingga menimbulkan kesalahan pengujian.
Suzuki mendapati 6.000-an unit mereka diuji secara salah sejak 2012. Mazda sekitar 70-an unit sejak 2014, sedangkan Yamaha sekitar 7 unit sejak 2016. Ketiga perusahaan pun meminta maaf dan telah melakuan langkah pengetatan dan pengawasan dalam pengujian yang sesuai prosedur.
5. Data Emisi Hino
Pabrikan yang dikenal dengan produk kendaraan niaga ini tersangkut masalah pada 2022 lalu. Hino disebut telah memalsukan hasil uji emisi dan sudah dilakukan dalam jangka waktu yang lama yakni 20 tahun.
Hino menjelaskan terdapat indikasi pemalsuan hasil uji emisi pada empat jenis mesin dan delapan model truk dan bus. Total unit yang terdampak skandal ini mencapai 67 ribu unit.
Kasus ini juga membuat petinggi perusahaan mengundurkan diri. Selain itu perusahaan juga meminta para petinggi untuk mengembalikan gaji sejak 2003 karena dianggap bertanggung jawab terhadap skandal emisi tersebut.
6. Skandal Nissan, Mitsubishi, Renault
Nissan pertama kali dilaporkan telah memalsukan data emisi pada 2018 lalu yang mempengaruhi beberapa model di Jepang. Selain emisi, klaim konsumsi bahan bakar juga terindikasi terdapat penyimpangan. Kasus ini membuat saham Nissan dan Renault yang terafiliasi dengan pabrikan Jepang itu, turun. Nissan sendiri sempat melakukan recall terhadap 1,2 juta unit kendaraan mereka di Jepang setahun sebelumnya karena persyaratan keselamatan yang tidak terpenuhi.
Skandal Mitsubishi terjadi pada 2016. Kala itu, perusahaan disebut telah memalsukan data angka jarak tempuh berbanding dengan konsumsi BBM lebih dari 600 ribu kendaraan. Perbuatan ini bahkan sudah dilakukan lebih dari 20 tahun terhadap model-model yang dijual di Jepang. Perusahaan kemudian meminta maaf dan berbenah serta tidak lagi memasukkan prediksi konsumsi bahan bakar di masa depan.
Terakhir adalah skandal yang tidak berhubungan dengan produk, namun petinggi aliansi Renault, Nissan, Mitsubishi. Carlos Ghosn merupakan sosok yang berpengaruh pada ketiga merek di media 2015-2017 silam. Sayangnya, Ghosn tersandung skandal besar yang melibatkan laporan pajak dan penyalahgunaan aset perusahaan. Sempat ditahan di Jepang, Ghosn berhasil melarikan diri dan kini menjadi buron karena kasus ini masih bergulir hingga sekarang.
Skandal di dunia otomotif menjadi suatu yang kerap ditemui. Regulasi yang semakin ketat dan tekanan untuk mendapatkan hasil maksimal dari bisnis yang dijalani jadi salah satu alasan yang membuat pabrikan melakukan langkah tidak terpuji.
Skandal Daihatsu dan Toyota yang belakangan hadir kemungkinan juga karena lalainya pabrikan untuk dapat memenuhi regulasi yang ditetapkan pemerintah. Ini tentu membuat kepercayaan pada produk otomotif pabrikan tersebut berkurang, terutama bila dirasakan dampaknya langsung di masyarakat. (STA/TOM)
Baca juga: Setelah Daihatsu, Toyota Kedapatan Memanipulasi Pengujian Mesin Diesel