Nasional Kerja Nyata Mengerek Nilai Sagu Meranti

Kerja Nyata Mengerek Nilai Sagu Meranti

19
0

InfoMalangRaya –

Kerja Nyata Mengerek Nilai Sagu Meranti

Selama ini masyarakat Meranti menjual sagu basah ke Malaysia. Padahal, sagu basah itu masih memiliki harga jual yang rendah.

Tanaman sagu di Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau, menjadi salah satu komoditas unggulan yang sedang dipacu nilai tambahnya. Dalam proses mendorong hilirisasi itu, Kementerian Perindustrian bersama dengan pemerintah daerah memaksimalkan potensi asli daerah tersebut melalui pengembangan Sentra IKM Sagu dengan menggunakan Dana Alokasi Khusus (DAK).

Sentra IKM Sagu Kepulauan Meranti telah empat kali mendapatkan alokasi DAK bagi pengembangan sentra tersebut, yaitu sejak 2016 hingga 2021, dengan total alokasi dana sebesar Rp41,9 miliar. Penggunaan anggaran DAK di Sentra IKM Sagu Kepulauan Meranti meliputi pembangunan gedung promosi sentra, gedung produksi, mesin produksi tepung sagu, hingga pembuatan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dan instalasi pengolahan air gambut (IPAG).

“Kami melihat bahwa produksi tepung sagu kering dapat memberikan nilai tambah yang sangat besar bagi ekosistem pelaku IKM pangan seperti produsen mie sagu, kue kering, kerupuk, hingga berbagai jenis produk turunan pangan lainnya,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian Reni Yanita di Jakarta, pada 19 Agustus lalu.

Dirjen IKMA menyatakan bahwa sebelum berdirinya sentra banyak petani maupun pemilik kilang sagu (pengolah batang sagu menjadi tepung sagu basah) yang menjual sagu basah ke luar negeri. Itu disebabkan lokasi Kepulauan Meranti yang berdekatan dengan negara Malaysia. Padahal, sagu basah itu masih memiliki harga jual yang rendah.

Provinsi Riau merupakan penghasil sagu terbesar di Indonesia dengan total luas perkebunan sagu mencapai 61.689 hektare, di mana Kabupaten Kepulauan Meranti memproduksi sebesar 90 persen dari total hasil produksi sagu di Provinsi Riau atau setara 70 persen produksi sagu secara nasional. Potensi inilah yang harus dimaksimalkan mengingat adanya kebutuhan pangan yang dapat dipenuhi dan posisi Kabupaten Kepulauan Meranti yang berada di salah satu bagian terluar Indonesia.

Saat ini, Sentra IKM Sagu di Kepulauan Meranti yang berlokasi di daerah Sungai Tohor telah memiliki kapasitas produksi tepung sagu kering sebesar 400 ton per bulan, dengan memiliki kemitraan sebanyak 18 IKM kilang sagu, dan mempekerjakan hingga 82 orang. Sentra ini menyuplai kebutuhan bahan baku para pelaku IKM pangan yang berasal dari berbagai wilayah di Provinsi Riau.

Kementerian Perindustrian juga mendorong pemerintah daerah untuk terus melakukan peningkatan daya saing dan kualitas produk tepung sagu yang dihasilkan. Saat ini produksi tepung sagu kering Sentra IKM Sagu Kepulauan Meranti telah memiliki beberapa sertifikat. Antara lain, Sertifikat Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP), Sertifikat Indikasi Geografis Sagu Meranti, Sertifikat Izin Edar Pangan Olahan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), serta Sertifikat Halal Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Selain lokasi produksi tepung sagu kering, Sentra IKM Sagu Meranti juga memiliki dapur produksi yang dilengkapi berbagai peralatan dan permesinan untuk digunakan mengolah tepung sagu kering menjadi berbagai olahan pangan. Dapur produksi di Sentra IKM Sagu ini juga memberikan peluang bisnis bagi masyarakat di sekitar sentra khususnya kaum ibu yang rutin membuat berbagai olahan kue kering.

Pohon sagu juga memiliki banyak manfaat yang sangat besar bagi masyarakat di Kepulauan Meranti. Pohon sagu dapat mencegah abrasi yang disebabkan kerentanan jenis tanah gambut di Kepulauan Meranti.

Pohon sagu yang sudah ditebang pun selain menghasilkan sagu, juga masih dapat memberikan manfaat lainnya. Kulit pohon sagu yang tidak dikonsumsi dijadikan bahan bakar untuk pembakaran tungku pengeringan tepung sagu. Adapun hasil bakaran kulit batang pohon sagu tersebut dapat diolah kembali menjadi briket arang sagu.

 

Penulis: Eri Sutrisno
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari


Source link

Tinggalkan Balasan