InfoMalangRaya –
Industri Migas Masih Menjanjikan
Pemerintah menargetkan di tahun ini sebanyak enam wilayah kerja (WK) migas yang ditawarkan kepada investor.
Sepanjang 2021 dan 2022, industri minyak dan gas mengalami pemulihan yang kuat. Sejumlah indikator mendukungnya, seperti harga migas pernah mencapai level tinggi, selain faktor mulai menderunya mesin produksi di sejumlah negara konsumen emas hitam.
Meskipun sejumlah indikator itu tentu sangat memberikan harapan, industri migas tetap masih diselimuti ketidakpastian yang cukup besar mengenai pertumbuhan di masa depan sebagai imbas dari masih berkecamuknya perang Ukraina-Rusia di Benua Eropa.
Namun secara umum, gambaran di atas tetap memberikan harapan bahwa bisnis migas masih cukup cerah di masa mendatang. Sejumlah sinyal dari transaksi bisnis di lini usaha itu akhir-akhir ini memberikan tanda-tanda itu.
Salah satunya, keberhasilan penuntasan divestasi Blok Masela. Artinya, divestasi Shell, kemudian masuknya Pertamina dan Petronas di blok raksasa Masela, telah memberikan angin segar bagi iklim investasi di Indonesia.
Dahulu, Blok Masela dimiliki masing-masing Inpex Masela (65 persen) dan Shell (35 persen). Namun seiring waktu, blok itu mengalami kondisi jalan di tempat selama 25 tahun.
Kemudian Shell memutuskan keluar dari blok itu pada 5 Jui 2020. Shell beralasan, proyek migas itu kurang kompetitif dibandingkan dengan portofolio proyek Shell di negara lain.
Tiga tahun sejak keputusan Shell untuk keluar dari Blok Masela, tepatnya pada Selasa (25/7/2023) akonsorsium Pertamina-Petronas Sdn Berhad dan Shell mencapai kesepakatan sales and purchasing Agreement (SPA) untuk pelepasan saham 35 persen atau senilai USD650 juta setara dengan Rp9,75 triliun (asumsi kurs Rp15.002 per dolar AS).
Dengan adanya SPA itu, Inpex Masela tetap menguasai 65 persen saham. Sedangkan 36 persen saham sisanya dimiliki masing-masing Pertamina melalui PT Pertamina Hulu Energi (PHE) sebanyak 20 persen hak partisipasi Blok Masela, sementara Petronas 15 persen.
Tuntasnya divestasi Shell Abadi Masela tentu patut disyukuri, sama sepertinya diungkapkan Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto di sela-sela agenda IPA Convex, BSD Tangerang, Selasa (25/7/2023). “Divestasi Shell sudah tuntas. Alhamdulillah. Berikutnya, kami harapkan proyeknya segera jalan lagi,” ujar Dwi Soetjipto.
Tidak terlalu lama setelah divestasi Blok Masela tuntas, berikutnya Kementerian ESDM mengumumkan pemenang lelang tiga wilayah kerja (WK) Akia, WK Beluga, dan WK Bengara pada Kamis (27/7/2023).
Dari lelang WK migas tahap I-2023, pemerintah berhasil menarik investasi dalam negeri sebesar USD22,85 juta atau sekitar Rp 344,39 miliar, terdiri dari komitmen pasti tiga tahun USD22,20 juta dan bonus tanda tangan USD650.000.
Khusus 2023, pemerintah menargetkan sebanyak enam wilayah kerja (WK) yang ditawarkan kepada investor. Artinya, pencapaian keberhasilan lelang dan memperoleh investor masih sesuai dengan target ditetapkan tahun ini.
Sebagai perbandingan, pada 2022 pemerintah telah meneken lima kontrak kerja sama hasil lelang WK yaitu Agung I, Agung II, North Ketapang, Bertak Pijar Puyuh, dan Bawean.
Keberhasilan penuntasan divestasi Shell di Masela, dan keberhasilan pemerintah menawarkan sejumlah wilayah kerja migas kepada investor melalui lelang, merupakan sinyal yang positif bagi iklim usaha di sektor migas nasional.
Ini juga sesuai dengan data SKK Migas mengenai investasi di sektor hulu migas yang terus meningkat dalam lima tahun terakhir. Pada 2019 misalnya, investasi tercatat mencapai USD11,7 miliar, USD10,5 miliar (2020), USD10,9 miliar (2021), USD12,3 miliar, (2022) dan tahun ini diharapkan bisa tembus USD15,5 miliar.
Tren positif juga terlihat dari kinerja dari sisi produksi. Menurut data SKK Migas, hingga kuartal I-2023, realisasi lifting minyak dan gas (migas) bumi mengalami tren kenaikan.
Realisasi lifting minyak sepanjang Januari-Maret 2023 tercatat sebanyak 613.700 barrel setara minyak per hari (mbopd) atau hanya 92,8 persen dari target APBN tahun ini yang sebesar 660.000 mboepd.
Kemudian dari realisasi lifting atau produksi gas tercatat mencapai 5.399 juta standar kaki kubik per hari (mmscfd), atau mencapai 87,6 persen dari target yang sebesar 6.160 mmscfd. Meski begitu, tetap meningkat dari realisasi kuartal I-2022 yang sebanyak 5.321 mmscfd.
Berikutnya, realisasi reserves replacement ratio (RRR) tercatat mencapai 21 persen dari cadangan PoD atau OPLL hingga 31 Maret 2023, yakni 135 juta barel minyak ekuivalen (mmboe) dari target 642 (mmboe).
Sementara itu, untuk cost recovery hingga kuartal I-2023 tercatat sebesar USD1,53 miliar. Realisasi itu setara 18,5 persen dari target USD8,25 miliar di sepanjang tahun ini.
Yang jelas, dari sejumlah gambaran industri migas Indonesia seperti disebutkan di atas, kita wajib optimistis bisnis migas tanah air masih memberikan harapan yang menjanjikan pada 2023. Meskipun, lingkungan internasional masih terkena imbas berkepanjangan dari perang Rusia-Ukraina.
Penulis: Firman Hidranto
edaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari