InfoMalangRaya –
Buah 65 Tahun Persahabatan Jepang-Indonesia
Jepang telah membuka lapangan kerja di hampir 2.000 perusahaannya bagi 7,2 juta orang Indonesia. Transfer teknologi, utamanya di bidang manufaktur, pun telah terjadi.
Raut wajah Hironomiya Naruhito terlihat gembira ketika memasuki kabin masinis atau pusat kendali operasi di gerbong kereta saat berkunjung ke Depo Moda Raya Transportasi atau MRT Jakarta di kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Minggu (18/6/2023) sekitar pukul 10.30 WIB. Kaisar Jepang ke-126 itu tampak tekun mendengarkan penjelasan Direktur Utama PT MRT Jakarta Tuhiyat.
Sekitar 10 menit kemudian ia keluar dari kabin masinis dan berjalan ke bagian perawatan kereta. Kedatangannya ke Depo MRT Jakarta untuk melihat perkembangan dari proyek kerja sama pengembangan fase pertama kereta canggih Indonesia yang didanai dari pinjaman lunak Badan Kerja Sama Internasional Jepang (JICA).
Nilainya sebesar 125 miliar yen atau sekira Rp13,18 triliun dan tenornya mencapai 40 tahun dengan bunga antara 0,1 persen sampai 0,2 persen. Pemancangan tiang pertama dilakukan pada 10 Oktober 2013 dan resmi beroperasi pada 24 Maret 2019.
Fase pertama MRT Jakarta melayani rute Lebak Bulus-Bundaran Hotel Indonesia. Ini membuat moda transportasi massal berbasis kereta canggih di Jakarta setara Singapura dan kota-kota modern kawasan Asia Timur dan Timur Tengah.
Proyek MRT Jakarta merupakan satu di antara banyak program kerja sama pembangunan sejumlah sektor yang dilakukan oleh kedua negara. Sejauh ini di dalam daftar kunjungan Kaisar Naruhito tidak disebutkan adanya acara penandatanganan kesepakatan kerja sama pembangunan lanjutan antara kedua negara.
Kaisar Naruhito tiba di Jakarta bersama Permaisuri Owada Masako, Sabtu (17/6/2023) sore, untuk melaksanakan kunjungan kenegaraan perdana ke luar negeri sejak ia naik takhta pada 1 Mei 2019, menggantikan sang ayah, Akihito, yang menyatakan mundur 30 April 2019 karena alasan kesehatan.
Seperti dikutip dari siaran pers Kementerian Luar Negeri Jepang hanya disebutkan bahwa Kaisar berada di Indonesia selama tujuh hari dan kembali ke negaranya pada 23 Juni 2023. Dalam daftar kunjungan ia bersama istri juga berkunjung ke Yogyakarta, di antaranya bertemu Sultan Hamengkubuwono X serta berwisata ke Candi Borbodur.
Jepang pernah meninggalkan masa kelam di dalam kehidupan bangsa Indonesia saat berstatus sebagai negara penjajah sejak Januari 1942 sampai Agustus 1945 atau selama tiga tahun delapan bulan. Cerita muram di masa lampau itu kemudian coba diperbaiki melalui penandatanganan Perjanjian Perdamaian Jepang-Indonesia di Jakarta, pada 20 Januari 1958 silam.
Hal itu merupakan buah dari perundingan di San Fransisco, Amerika Serikat pada tahun 1951 yang meminta Jepang bertanggung jawab kepada 12 negara di Asia termasuk Indonesia sebagai bentuk ganti rugi perang. Dalam perjanjian di Jakarta itu Indonesia diwakili Menteri Luar Negeri Soebandrio dan Jepang oleh Menlu Aiichiro Fujiyama.
Oleh Indonesia, kesepakatan itu kemudian diratifikasi dalam Undang-Undang nomor 13 tahun 1958 tentang Perjanjian Perdamaian dan Persetujuan Pampasan Perang Antara RI dan Jepang. Selanjutnya pada 1960 Jepang diterima sebagai anggota Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan atau OECD.
Melalui OECD ini Jepang menyalurkan bantuan luar negeri dalam bentuk dana dan teknik kepada negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Program tersebut dikenal sebagai Bantuan Pembangunan Pemerintah (Official Development Assitance/ODA).
Kucuran perdana bantuan Jepang via ODA untuk Indonesia terjadi pada 1960 senilai total USD14,28 juta (Rp214,2 miliar) dan terus berlangsung hingga 50 tahun kemudian. Kerja sama dan bantuan pun meluas ke beberapa sektor seperti energi, transportasi, pertanian dan perkebunan, perikanan, lingkungan, kesehatan, pendidikan, dan penanggulangan bencana.
Indonesia pun turut merasakan transfer teknologi yang dilakukan oleh Jepang terutama pada sektor manufaktur lewat pemanfaatan robot untuk membantu percepatan produksi.
Kerja Sama Multisektor
Memasuki era 2009, Jepang tercatat sebagai negara pemberi donor untuk Indonesia, mendekati USD1,4 miliar (Rp21 triliun) termasuk memberi bantuan dana rekonstruksi dan rehabilitasi pascagempa dan tsunami yang melanda Aceh, 26 Desember 2004 silam, dan mencapai USD640 juta (Rp9,6 triliun). Terlepas dari itu semua, hubungan bilateral kedua negara terus terjalin karena kesamaan empat hal yakni, kebebasan, demokrasi, hak asasi manusia, dan penegakan hukum.
Demikian disampaikan Duta Besar Jepang untuk Indonesia Kanasugi Kenji saat menjadi pembicara dalam seminar “Peringatan 65 Tahun Hubungan Diplomatik Jepang-Indonesia” di Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia, pada 8 Mei 2023. Dubes Kanasugi menyatakan, sebagai dua negara maritim terbesar di kawasan Indo-Pasifik, Indonesia dan Jepang memegang peranan penting sebagai episentrum pertumbuhan kawasan.
“Apalagi Indonesia tahun 2023 ini menjadi Ketua KTT ASEAN dan Jepang tuan rumah KTT G-7. Jepang dan Indonesia juga menjadi anggota Forum G-20,” jelasnya seperti dikutip dari website Kedubes Jepang di Jakarta.
Dubes Kenji mengungkapkan, hingga 2022, Jepang tercatat sebagai negara pemberi ODA terbanyak kepada Indonesia, yaitu mencapai lebih dari USD50 miliar (Rp750 triliun). Negara Matahari Terbit juga menjadi terbanyak kedua setelah Singapura sebagai investor asing langsung (foreign direct investor). Buktinya, hampir 2.000 perusahaan asal Jepang telah beroperasi di Indonesia.
“Mereka mempekerjakan 7,2 juta tenaga kerja Indonesia dan berkontribusi setidaknya 8,5 persen terhadap pendapatan nasional serta 25 persen dari kegiatan ekspor,” terang Dubes Jepang.
Otomotif dan Energi
Investasi Jepang didominasi oleh sektor manufaktur, terutama subsektor otomotif dan suku cadangnya, selain pembangkit energi. Dalam beberapa tahun terakhir, investasi perusahaan-perusahaan Jepang telah melebar ke sektor lain seperti properti, jasa keuangan, ritel, serta makanan dan minuman.
Jepang turut menjadikan Indonesia sebagai pusat produksi dan ekspor kendaraan mereka ke kawasan Asia dan Timur Tengah, sebagian Afrika, Amerika Selatan, dan Australia. Penjualan produk otomotif nasional di pasar domestik baik roda dua dan roda empat masih didominasi oleh merek asal Jepang.
Belakangan, Jepang pun tertarik untuk ikut berperan di dalam program transisi energi nasional dan mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil. Kabar terbaru, di sela-sela Pertemuan Tingkat Menteri Kerangka Ekonomi Indo-Pasifik (IPEF) di Detroit, AS, 27 Mei 2023 lalu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengadakan pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri Yamada Kenji.
Menlu Jepang menyampaikan dukungan negaranya terhadap proyek pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Air Kayan di Kalimantan Utara yang melibatkan Sumitomo Corporation dan swasta nasional. Proyek itu juga dikaitkan dengan Asian Zero Emission Community (AZEC) dan ikut mendukung target Indonesia untuk mencapai Net Zero Emission di 2060 nanti.
Sebelumnya, pada 14 Februari 2023 Dubes Kanasugi juga telah menandatangani nota pemberian pinjaman bersuku bunga rendah senilai 30 miliar yen (Rp2,16 triliun) dengan masa pengembalian selama 15 tahun. Pinjaman ini ditujukan bagi pemulihan sosial ekonomi dari pandemi.
Pertama Kali
Ketika digelarnya latihan militer bersama TNI dan Angkatan Bersenjata Amerika Serikat bertajuk Super Garuda Shield, Indonesia turut mengundang Pasukan Bela Diri Jepang. Ini merupakan pertama kalinya dalam sejarah hubungan diplomatik, militer Indonesia dan Jepang menggelar latihan bersama.
Kedubes Jepang mengungkapkan, kini ada sekitar 10.000 pekerja magang asal Indonesia bekerja di Negara Sakura dan 40.000 orang lainnya sedang menempuh pendidikan melalui program beasiswa Pemerintah Jepang serta bekerja di sektor teknik. Terakhir adalah kerja sama sektor olahraga ketika Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) menggandeng Asosiasi Sepak Bola Jepang (JFA) untuk peningkatan prestasi persepakbolaan di tanah air.
Kerja sama bidang olahraga itu khusus pada sepak bola putri dan kualitas perwasitan. Jepang pernah juara dunia sepak bola putri. Tim nasional putra mereka telah tujuh kali beruntun lolos ke putaran final Piala Dunia dan pernah menjadi tuan rumah Piala Dunia 2002 bersama Korea Selatan. Saat ini, timnas putra Jepang berada di peringkat 20 dunia atau terbaik di Asia, dan sepak bola putri ada di urutan sembilan besar dunia.
Kompetisi Liga J menjadi yang terbaik di Asia dan sudah tak terbilang jumlah pesepak bola lokal Jepang yang berhasil menembus Eropa dan menjadi andalan klub-klub ternama di Benua Biru. Semoga hubungan persahabatan Indonesia-Jepang terus berkembang dan menyentuh pula sektor-sektor produktif lainnya hingga menuju satu abad mendatang.
Penulis: Anton Setiawan
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari