“Banyak yang kita diskusikan dalam dua hari mengenai pangan, bagaimana krisis pangan, el nino, bagaimana kita semua mempersiapkan cadangan pangan, utamanya di ASEAN,” ungkapnya.
Arief menerangkan bahwa pertemuan itu menggarisbawahi isu penting yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait ancaman kekurangan pangan dan kelaparan di berbagai belahan bumi sebagai dampak dari perubahan iklim.
Ia pun memperingatkan bahwa tantangan di sektor pertanian juga bertambah dengan adanya perang masih berlangsung.
“Seperti apa yang disampaikan oleh Bapak Presiden, kita dalam kondisi tidak baik-baik saja. Kita harus alert (waspada, red) untuk mempersiapkan ini semua,” kata Arief.
Pertemuan tersebut, katanya, akan memperbarui informasi mengenai isu-isu terkini mengenai kebutuhan dari masing-masing negara ASEAN agar dapat diselesaikan melalui kerja sama antarnegara.
“Misalnya delegasi Malaysia nanti juga akan menyampaikan apa yang dibutuhkan. Nanti Indonesia, kemudian berapa yang kita cadangkan seperti beras. Kita sudah ada mencadangkan apabila dalam kondisi tertentu, kita bisa menyiapkan beberapa produk pangan, khususnya makanan pokok seperti beras,” ujar Arief.
Indonesia memegang Keketuaan ASEAN pada 2023 dengan mengusung tema “ASEAN Matters: Epicentrum of Growth”, yang memusatkan upaya antara lain untuk mempertahankan ASEAN sebagai pusat pertumbuhan ekonomi.
Presiden Joko Widodo saat membuka KTT ke-42 ASEAN Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, pada Mei menegaskan bahwa ASEAN harus makin memperkuat integrasi ekonomi.
Kelompok 10 negara Asia Tenggara itu juga diharapkan Presiden bisa mempererat kerja sama yang menyeluruh serta memperkokoh arsitektur kesehatan, pangan, energi, dan stabilitas keuangan.
ASEAN terdiri dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, Brunei Darussalam, Laos, Kamboja, Myanmar, dan Vietnam.