Sosial Budaya Ayo, Garudaku! Terbanglah Lebih Tinggi

Ayo, Garudaku! Terbanglah Lebih Tinggi

15
0

  Pendukung Timnas Indonesia saat memberikan dukungan pada final Sea Games 2023. Riset Nielsen Sport menunjukkan bahwa 77 persen penduduk Indonesia adalah penggila si kulit bundar dan menjadi yang terbanyak di kawasan Asia Tenggara. ANTARA FOTO/ Muhammad Adimaja

Ayo, Garudaku! Terbanglah Lebih Tinggi

Kepercayaan diri tim nasional Indonesia tengah dibangkitkan kembali. Termasuk, melakukan uji coba melawan timnas yang peringkatnya jauh di atas Indonesia.

Sepak bola adalah cabang olahraga dengan jumlah penggemar terbanyak di Indonesia. Riset Nielsen Sport menunjukkan bahwa 77 persen penduduk Indonesia adalah penggila si kulit bundar dan menjadi yang terbanyak di kawasan Asia Tenggara. Mereka adalah bagian dari sekitar 3,5 miliar penduduk bumi yang menyukai pertandingan sepak bola. Tak hanya memiliki banyak penggemar, sepak bola juga telah berkembang sebagai sebuah industri.

Tengok saja bagaimana Mohamad Dian Revindo menghitung dampak dari sebuah kompetisi profesional Liga 1 di tanah air sewaktu musim 2019–2020 diadakan. Karena memberi dampak besar bagi perekonomian masyarakat, khususnya yang terkait dengan ekosistem persepakbolaan nasional.

Kepala Kajian Iklim Usaha dan Rantai Nilai Global Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia itu mengungkapkan, nilai ekonomi dari kompetisi sepak bola terbesar di Asia Tenggara itu dapat menembus angka Rp2,7 triliun sampai Rp3 triliun tiap musim. Kendati telah menjadi sebuah industri dan memiliki banyak penggemar, prestasi tim nasional Indonesia belum mampu berbicara banyak.

Setidaknya Indonesia baru kembali menjadi penguasa kawasan Asia Tenggara. Itu terjadi setelah timnas U-22 berhasil merebut medali emas cabang sepak bola SEA Games 2023 di Phnom Penh, Kamboja, 16 Mei 2023 lalu. Tetapi, pencapaian emas itu menjadi titik balik Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) untuk bangkit dan menata mimpi supaya bisa berbicara lebih banyak di pentas dunia.

Indonesia pernah tampil di level dunia, yakni ketika turun di Olimpiade Melbourne tahun 1956 silam. Ramang dan kawan-kawan yang sempat melaju hingga babak perempatfinal pernah merepotkan tim kuat dunia saat itu, Uni Soviet yang dikawal kiper legendaris Lev Yashin. Indonesia sempat menahan imbang 0-0 Yashin dan kawan-kawan di pertemuan pertama meski akhirnya digulung 0-4 pada laga selanjutnya.

Pada Kejuaraan Dunia Pemuda (FIFA Youth World) 1979 di Saitama, Jepang, Indonesia juga pernah mentas. Namun, sayang, tim Garuda Muda harus tersisih di fase grup.

Skuad Garuda juga pernah mencapai peringkat terbaik di urutan 76 dunia versi Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) pada September 1998. Sebelumnya hanya berada di urutan 108 dunia (Desember 1992) dan 119 dunia (Desember 1996). Sejak itu, peringkat Indonesia di sepak bola dunia terjerembab seiring terjun bebasnya prestasi kita di pentas internasional sampai akhirnya pernah berada di urutan 191 dunia. Itu terjadi ketika FIFA menghukum PSSI akibat kisruh di antara pengurusnya.

 

100 Besar

Masa lalu nan buruk itu tak ingin diulangi lagi dan PSSI bersama seluruh pemangku kepentingan sepak bola di tanah air termasuk skuad timnas bersiap untuk bangkit. Salah satunya adalah mengupayakan pasukan Garuda untuk beruji tanding melawan timnas dari negara-negara yang peringkatnya jauh di atas Indonesia, yang saat ini bertengger di urutan 149 dunia. Targetnya, mampu mengembalikan posisi Indonesia di 100 besar dunia dan bisa menembus pentas Piala Dunia.

Ujian pertama pun langsung dihadapi ketika timnas Argentina menyatakan siap meladeni anak-anak asuh pelatih Shin Tae-yong. La Albieceleste, julukan bagi Argentina, bukanlah kesebelasan sembarangan. Mereka adalah pemilik tiga gelar juara dunia termasuk pada Piala Dunia 2022 yang diadakan di Qatar, kedua kali di tanah Asia setelah tahun 2002 di Jepang dan Korea Selatan. Dalam partai final di Stadion Lusail, 18 Desember 2022, Lionel Messi dan kawan-kawan menang 4-2 atas Prancis melalui drama adu penalti.

Ketua Umum PSSI Erick Thohir mengumumkan langsung rencana laga bertajuk FIFA Match Day itu kepada awak media di Jakarta, Rabu (24/5/2023). Erick tak sendirian karena ia didampingi pula oleh manajer timnas Argentina, Daniel Cabrera yang terbang langsung dari Buenos Aires ke Jakarta. Bahkan Cabrera telah meninjau Stadion Utama Gelora Bung Karno, lokasi laga yang rencananya digelar 19 Juni 2023. Erick juga memastikan pelatih Lionel Scaloni akan membawa mahabintang mereka, Lionel Messi ke Jakarta. “Perfecto, itu kata Cabrera soal Stadion GBK,” ujar Erick.

Mengundang tim Tango yang menjadi pemilik peringkat teratas dunia FIFA untuk merumput di Jakarta memang bukan perkara mudah. Tetapi Erick juga bukan orang baru di sepak bola, terlebih ia tercatat pernah mempunyai saham di sejumlah klub dunia seperti DC United, anggota liga utama MLS Amerika Serikat dan Inter Milan, klub juara 19 kali kompetisi Serie A Italia. Erick juga tercatat memiliki saham klub lokal seperti Persib Bandung dan Persis Solo. “Saya memanfaatkan hubungan baik dengan jaringan sepak bola internasional yang menjadi relasi saya,” ujarnya.

Tak berhenti sampai di situ, PSSI pun menjadwalkan untuk beruji coba melawan Brasil, juara dunia lima kali dan Portugal, juara Euro 2016. Begitu pula uji coba melawan timnas Rusia serta Maroko, semifinalis Piala Dunia 2022. Ternyata ini hanya sebagian dari rencana besar PSSI dalam melakukan transformasi sepak bola di tanah air. Semua dilakukan untuk penguatan timnas Indonesia dari sisi mental, kemampuan, dan pengalaman bertanding melawan tim-tim dari luar Asia Tenggara dan Asia.

PSSI percaya, membangun timnas tidak bisa dilakukan hanya dalam bilangan bulan semata. Butuh waktu bertahun-tahun dengan pola pembinaan yang mumpuni. “Garuda harus terbang lebih tinggi. Pada SEA Games kemarin, saya lihat pentingnya kekuatan mental pemain dalam menghadapi tekanan. Argentina saya yakini, dengan status juara dunia dan peringkat 1 FIFA akan memberi tekanan, baik mental, teknik, atau strategi bagi timnas Indonesia. Tinggal bagaimana kita mengatasinya,” tegas Erick.

Sejak tiga tahun terakhir, PSSI banyak memfokuskan diri pada pembinaan pemain usia muda, rentang 16 tahun hingga 23 tahun, sesuai permintaan Presiden Joko Widodo. Mereka disiapkan untuk menggantikan para seniornya. Pelatih kelas dunia seperti Shin Tae-yong yang sudah bergabung sejak tiga tahun lalu merupakan pilihan terbaik saat ini.

“Saya mau bergabung karena melihat kesungguhan Indonesia untuk membentuk timnas yang tangguh,” kata Tae-yong. Proses naturalisasi pemain yang berkiprah di kompetisi global untuk masuk ke dalam skuad Merah Putih memang tak dapat dihindari demi mendongrak prestasi sekaligus berbagi pengalaman dengan pemain lokal.

 

Gandeng Jepang

Terbaru adalah upaya PSSI menggandeng Asosiasi Sepak Bola Jepang (JFA) yang dilakukan 22 Mei 2023 lalu. PSSI meminta JFA untuk ikut membantu pengembangan sepak bola Indonesia, termasuk sektor putri. Ini mengingat Jepang merupakan juara putri pada Piala Dunia 2011, Piala Dunia U-17 2014, dan Piala Dunia U-20 2018. Jepang telah membuktikan diri mampu menjadi kekuatan terbaik di Asia, di sektor putra dan putri. Saat ini timnas putra mereka ada di urutan 20 dunia dan putri di peringkat 11 FIFA Women.

Sejak menggelar Liga J pada Mei 1993 yang dijalankan dengan jadwal ketat, sistem kompetisi jelas, dan kedisiplinan tinggi, Jepang mulai memanen hasil. Peringkat mereka di FIFA ikut naik dari semula urutan 66 dunia pada 1992 perlahan menuju 21 dunia pada 1996. Puncaknya terjadi pada Desember 1997 ketika Samurai Biru, julukan timnas Jepang, melesat sampai peringkat sembilan besar dunia. Bahkan timnas putri mereka pernah berada di urutan tiga besar dunia FIFA Women, Maret 2014.

Lewat Liga J pula, JFA perlahan mulai menemukan banyak bibit bagus untuk memperkuat skuad Samurai Biru, julukan timnas Jepang. Kazuyoshi Miura, Hidetoshi Nakata, Shunsuke Nakamura menjadi generasi awal produk Liga J yang sukses besar berkarier di liga-liga ternama Eropa. Bahkan ketika mempersiapkan skuad Samurai Biru ke Piala Dunia 2022, 20 dari 26 pemain yang terpilih adalah para bintang yang merumput di liga Eropa. Jepang juga tercatat telah tujuh kali beruntun menembus putaran final Piala Dunia sejak 1998.

Kompetisi Liga J juga menjadi magnet bagi pesepak bola dunia. Tercatat nama-nama seperti bintang Spanyol, Andres Iniesta dan Fernando Torres serta pemain veteran Jerman Lukas Podolski merumput di sana. Presiden JFA, Tashima Kohzo menyebut kunci sukses Liga J terletak pada integritas, etos kerja, dan kerja keras dari seluruh komponen termasuk pemain, pelatih, dan klub. Ditunjang pula oleh pembinaan berjenjang pemain usia muda oleh klub peserta liga.

Inilah yang harus segera diserap oleh PSSI supaya semakin banyak tersedia pemain berkemampuan tinggi dan bermental juara untuk bergabung di dalam timnas. Ayo terbang lebih tinggi Garudaku!

 

Penulis: Anton Setiawan
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari


  Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang, dan atau menyalin konten ini dengan mencantumkan sumber Indonesia.go.id


Source link

Tinggalkan Balasan