Sosial Budaya Merasa Penasaran, Ribuan Warga AS Kunjungi KBRI Washington

Merasa Penasaran, Ribuan Warga AS Kunjungi KBRI Washington

13
0

  Warga AS antre untuk mencicipi aneka penganan khas Indonesia dalam Festival Passport di KBRI Washington D.C. AS. KEMENLU

Merasa Penasaran, Ribuan Warga AS Kunjungi KBRI Washington

Berlangsung selama satu bulan penuh, Festival Passport DC dimanfaatkan menjadi ajang promosi budaya dan pariwisata Indonesia di AS.

Amerika Serikat, sebagai salah satu mitra penting Perhimpunan Negara-Negara Asia Tenggara atau ASEAN, selalu memiliki cara menarik dalam menyambut datangnya musim panas. Ada banyak festival digelar untuk mengajak masyarakat keluar rumah dan menikmati kehangatan mentari musim panas, sekaligus melihat beragam kegiatan yang diadakan.

Salah satunya adalah festival budaya bernama Passport DC yang diadakan di ibu kota Washington DC. Ini adalah festival budaya tahunan antarbangsa terbesar di AS yang melibatkan seluruh perwakilan resmi negara-negara yang membuka kantor kedutaannya di Washington.

Pemrakarsanya adalah organisasi bernama Events DC dan dilakukan dalam rangka merayakan Bulan Kepedulian Budaya Internasional (International Culture Awareness Month). Dalam festival yang diadakan selama satu bulan penuh itu, masyarakat AS dapat mengunjungi hampir seluruh 170 kantor kedutaan secara bebas.

Mereka bahkan dapat masuk ke dalam bangunan utama kedutaan, sesuatu yang tak mudah dilakukan di hari-hari biasa. Para pengunjung juga dapat mengikuti dan menikmati berbagai kegiatan yang digelar oleh setiap kantor kedutaan.

Selain itu, mereka dapat melakukan office tour di kantor kedutaan yang sebagian merupakan bangunan bersejarah. Acara ini sudah diadakan sejak 13 tahun lalu dan selalu dibanjiri oleh ribuan masyarakat dan menjadi sarana paling jitu bagi para pengelola kedutaan untuk mempromosikan budaya dan pariwisata negara masing-masing.

Untuk 2023 ini, Passport DC mengkhususkan dua hari Sabtu pertama pada Mei 2023 untuk kegiatan open house di kantor kedutaan dan perwakilan negara. Ada sekitar 60 dari 177 kedutaan dalam rute Passport DC yang membuka pintu mereka lebar-lebar untuk dikunjungi masyarakat AS.

 

Antre Sejak Pagi

Misalnya saja pada Sabtu (6/5/2023), para pengunjung bisa mengikuti kegiatan Tur Keliling Kedutaan di Dunia atau Around the World Embassy Tour (AWET). Mereka dapat menyambangi sejumlah kedutaan besar (kedubes) yang membentang mulai dari Massachusetts Avenue NW, menyusuri Dupont Circle dan Upper Northwest. 

Masyarakat Washington mengenal kawasan tadi sebagai Embassy Row, karena dari sekitar 177 kantor kedubes dan perwakilan asing yang berada di ibu kota AS, lebih dari 100 di antaranya memilih berkantor di lokasi ini, termasuk kantor Kedubes RI. Embassy Row bersama Kalorama dan Dupont Circle juga dikenal sebagai kawasan elite Washington karena banyak terdapat bangunan bersejarah peninggalan para saudagar miliuner AS di masa lampau.

Para pengunjung bisa mendapatkan beragam pengalaman baru. Selain dapat menikmati keunikan dari setiap kantor kedubes yang mereka kunjungi, juga dapat melihat pertunjukan seni budaya, menjajal aneka pakaian dan kerajinan tradisional dan cara pembuatannya, mencicipi beragam kuliner, dan belajar aneka tarian dan lagu-lagu tradisional tiap negara serta alat musik yang dimainkan.

Kedubes RI beruntung karena menjadi salah satu yang paling diserbu oleh pengunjung. Meski gerbang KBRI yang terbuat dari besi hitam tinggi dan berukir baru dibuka pada jam 10.00 waktu setempat, antrean ratusan orang sudah terlihat sejak dua jam sebelumnya. Jalan di depan kantor kedutaan yang beralamat di 2020 Massachusetts Avenue NW tampak macet dan puluhan mobil terparkir tepat di depan KBRI, sebagian besar adalah milik pengunjung yang ingin masuk ke dalam Kedubes RI.

Sejumlah pegawai KBRI dikerahkan untuk ikut membantu mengatur antrean pengunjung. Tampak beberapa penanda budaya khas Indonesia seperti payung adat dari Bali turut dipajang di luar pagar KBRI. Semakin mendekati waktu dibukanya pintu kompleks KBRI yang berhalaman asri dengan tanaman perdu dan rumput menghijau, antrean makin panjang.

Panitia memutuskan untuk meminta pengunjung membentuk dua barisan dan hampir menutupi lebar trotoar. Tepat pukul 10.00 pintu gerbang pun dibuka dan mereka secara tertib bergerak menuju sebuah tenda putih kecil dan menyerahkan semacam buku mirip paspor untuk mendapatkan stempel Indonesia.

Ini merupakan salah satu daya tarik dari Passport DC, karena setiap kali berkunjung ke kantor kedutaan, masyarakat akan langsung mendapatkan stempel, mirip ketika kita melewati loket imigrasi ketika akan memasuki suatu negara. Buku mirip paspor itu disediakan oleh penyelenggara yang dibagikan ketika masyarakat mendaftarkan diri kepada Events DC.

 

Promosi Budaya-Pariwisata

Duta Besar Rosan Roeslani menyambut langsung setiap pengunjung yang memasuki gedung KBRI. Mereka disuguhi beragam atraksi budaya seperti tari dari Bali dan tari jaipong.

Pengunjung juga bisa menikmati sajian musik tradisional, dan tentu saja aneka masakan khas Indonesia dengan citarasa rempah yang kuat dan menggoda selera. Pihak KBRI juga turut mempromosikan objek-objek wisata terkenal di Indonesia selain Pulau Dewata seperti Raja Ampat, Bunaken, Danau Toba, dan Candi Borobudur.

Mereka juga bisa melihat dan menjajal cara membuat batik serta belajar seni beladiri pencak silat. Keduanya adalah seni budaya asli Indonesia yang telah mendunia. Bahkan batik telah ditetapkan UNESCO sebagai salah satu Warisan Dunia Takbenda. Pihak KBRI juga turut membagikan berbagai produk terkenal dari Indonesia seperti kopi dan teh, mie goreng serta agar-agar dan menjadi rebutan pengunjung. 

Diaspora Indonesia yang mahir membatik, Ratna Cary, begitu bersemangat menceritakan hal ikhwal terkait batik. Misalnya, mengenai jenis-jenis pembuatan batik seperti metode batik tulis dan batik cap beserta motif-motif favorit. “Saya sangat bangga bisa mengenalkan Indonesia lewat batik dan mengajak pengunjung untuk ikut membatik. Semua yang disuguhkan mendapat respons yang sangat baik,” ujarnya seperti dilansir VOA

Salah satu pengunjung bernama Ellie yang berasal dari Massachusetts berbagi pengalamannya mengikuti acara ini. Ia mengaku baru saja pindah ke Washington dan tertarik untuk ikut Festival Passport DC karena ingin mengetahui lebih jauh tentang budaya bangsa lain. “Hari ini sangat luar biasa karena saya bisa mengenal Indonesia lebih jauh dan tentunya membuat saya ingin berwisata ke Indonesia,” ujarnya.

Membanjirnya masyarakat mengunjungi kompleks KBRI ikut ditunjang oleh daya tarik gedung kedubes yang merupakan salah satu gedung bersejarah (historical heritage) di AS. Dulunya bangunan berdesain klasik itu dikenal sebagai Walsh Mansion lantaran pernah menjadi kediaman dari salah satu orang terkaya di AS pada masa lampau, Thomas F Walsh. Ia adalah pemilik tambang emas terbesar di Colorado dan membangun rumahnya itu pada 1903 lampau.

Pemerintah Indonesia masih mempertahankan keaslian bentuk bangunan serta merawat keasriannya. Pengunjung juga dapat melihat Ruang Presiden yang berisi foto-foto presiden yang pernah memerintah di Indonesia. Terdapat sebuah tangga terbuat dari kayu mahoni warna cokelat tua dan telah berusia di atas 120 tahun dan menghubungkan lantai satu dengan lantai dua.

Uniknya, pada bagian tengah tangga ini seperti membelah membentuk huruf “Y”. Tepat di persimpangannya ada dua patung penari Roma seperti sedang menyambut siapa pun yang datang. Lokasi ini menjadi favorit pengunjung untuk berfoto karena desainnya sangat indah dan klasik.

Hal lain yang tak boleh dilewatkan adalah melihat replika dari Hope Diamond, sebuah perhiasan berlian warna biru 45 karat yang diletakkan di dalam sebuah kotak kaca. Dulunya perhiasan tersebut dimiliki oleh Evalyn Walsh-McLean, putri dari Thomas Walsh.

“Saya bersyukur akhirnya bisa masuk ke dalam kantor KBRI ini. Karena sebelumnya saya hanya bisa melihat dari luar saja setiap kali melintasi jalan di depan kedutaan ini,” kata Henry William, warga setempat memboyong keluarganya ke acara Passport DC di KBRI.

Dubes Rosan gembira dengan tingginya animo masyarakat AS berkunjung ke KBRI saat Passport DC. Pihaknya mencatat, dalam satu hari open house itu, KBRI menerima kunjungan dari sekitar 5.100 masyarakat AS.

Alhamdulilah sangat ramai. Ini menunjukkan ketertarikan warga AS kepada Indonesia yang tinggi. Acara ini bertujuan untuk semakin mempererat hubungan Indonesia dan AS di tingkat masyarakat, dan meningkatkan minat wisatawan AS untuk datang ke Indonesia,” ujar Dubes Rosan, seperti dikutip dari website Kementerian Luar Negeri RI.

Acara di hari libur akhir pekan itu pun berakhir tepat pada pukul 16.00 waktu setempat. Kantor KBRI pun berangsur sepi oleh pengunjung dan mereka tampak puas karena dapat mempelajari dan mengetahui tentang budaya dan banyak hal mengenai Indonesia. Ditunggu kedatangannya di Indonesia, ya!

 

Penulis: Anton Setiawan
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari


  Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang, dan atau menyalin konten ini dengan mencantumkan sumber Indonesia.go.id


Source link

Tinggalkan Balasan