Nasional Kirim-Kirim Paket Lebaran di Era Ekonomi Digital

Kirim-Kirim Paket Lebaran di Era Ekonomi Digital

3
0

InfoMalangRaya –

Kirim-Kirim Paket Lebaran di Era Ekonomi Digital

Laporan e-Conomy SEA 2022 menyebut, Google bersama Temasek dan Bain & Co memproyeksikan ekonomi digital Indonesia mencapai USD130 miliar pada 2025.

Di hari Senin, pertengahan April 2023, menjelang istirahat siang, seperti biasa saya sudah menuntaskan beberapa pekerjaan yang menjadi tugas saya. Sembari menunggu pukul 12.00 WIB, jam waktu istirahat, di otak saya bermunculan pelbagai rencana berkaitan dengan Idulfitri 1444 Hijriah.

Semenit kemudian, ponsel saya berbunyi, menandakan ada pesan masuk. “Cak, ini saya ada tawaran untuk gift lebaran bagi relasi. Mungkin sampean [saya] butuh untuk relasi sampean,” bunyi pesan itu.

Pesan tersebut datang dari temen saya, Priagung, temen sekolah ketika di Malang, Jawa Timur. Saya pun membuka sejumlah lampiran yang dikirimkannya.

Isinya, tawaran hampers untuk kepentingan lebaran, mulai dari paket ciewme Malang, kue lebaran, bahkan set tea. Upaya bisnis itu sah dan halal saja. Harganya pun variatif, mulai dari puluhan ribu rupiah hingga ratusan ribu rupiah.

Memang perayaan Idulfitri 1444 Hijriah tinggal beberapa hari lagi. Oleh karenanya, di lini masa memang sudah mulai bertebaran tawaran paket lebaran atau dikenal dengan nama keren hampers lebaran.

Varian paketnya bukan lagi hanya kue-kue lebaran seperti dahulu. Kini, variannya sudah bermacam-macam yang disesuaikan dengan kebutuhan. Harganya tentu juga mengikuti isi dari paket lebaran itu.

Jika dulu, paket lebaran (hampers) hanya bisa ditemukan di toko-toko konvensional. Kini seiring dengan perkembangan teknologi digital, paket-paket lebaran cenderung ditawarkan melalui platform lini masa, seperti Line, Facebook, Twitter, Instagram, dan platform digital lainnya.

Nah, ini ada rekomendasi hampers lebaran yang mungkin bermanfaat dan pasti digunakan oleh keluarga atau relasi Anda dan langsung dikirimkan ke penerima hampers tersebut. Misalnya, perlengkapan ibadah seperti sarung, sajadah, mukena, kopiah, baju muslim, tasbih, hingga Alquran.

Berikutnya, perlengkapan perawatan tubuh, body care, peralatan makan, bahan pokok, buah-buahan, dan perlengkapan kesehatan. Itu semua tersaji di medium digital, sehingga wajar jika diklaim sebagai bagian perputaran ekonomi digital.

Laporan e-Conomy SEA tahun 2022, Google bersama Temasek dan Bain & Co memproyeksikan bahwa ekonomi digital Indonesia mencapai USD130 miliar pada 2025. Dengan pendekatan dengan Compound Annual Growth Rate (CAGR)–rata-rata tingkat pertumbuhan tahunan suatu investasi dalam jangka waktu tertentu lebih dari satu tahun–sebesar 19 persen, hingga 2030 ekonomi digital Indonesia diperkirakan akan tumbuh lebih dari tiga kali lipat di kisaran USD220 sampai USD360 miliar.

Pada tahun lalu, ketiga lembaga itu memproyeksikan pencapaian Gross Merchandise Value (GMV) senilai USD77 miliar, tumbuh sebesar 22 persen dalam setahun terakhir. Laporan multitahunan yang menggabungkan data dari Google Trends, data dari Temasek, dan analisis dari Bain & Company itu, selain juga memadukan informasi dari berbagai sumber di industri dan para ahli, mendapatkan kesimpulan soal ekonomi digital enam negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Di Indonesia, sektor e-commerce terus mendorong ekonomi digital dan nilainya diperkirakan mencapai USD59 miliar pada 2022. Meskipun aktivitas belanja offline kini mulai kembali bergairah, sektor e-commerce menyumbang 77 persen dari keseluruhan ekonomi digital.

“Indonesia memiliki sektor e-commerce dengan pertumbuhan tercepat kedua (setelah Vietnam). Tapi selain GMV, ada banyak dimensi pertumbuhan yang kini juga harus difokuskan,” ucap Randy Jusuf, Managing Director, Google Indonesia.

Randy berpendapat, untuk mendorong pertumbuhan jangka pendek, bisnis kini lebih berfokus mencapai profitabilitas dengan memangkas biaya dan mengoptimalkan operasi. “Setelah bertahun-tahun mengalami akselerasi, pertumbuhan penggunaan teknologi digital kini berangsur normal, dengan kalangan mampu dan kaum muda yang melek teknologi di perkotaan menjadi pengguna terbesar layanan digital,” tambah Randy.

Dari hasil riset Google, Temasek dan Bain & Co saat ini terbukti ekonomi digital dan ekonomi lebaran telah saling bersinggungan dan membangun nilai ekonomi yang luar biasa bagi perekonomian nasional. Di Indonesia, wujud ekonomi digital yang sangat dirasakan masyarakat adalah berkembangnya bisnis e-commerce (berupa paket-paket lebaran), transportasi dan pesan antar makanan. Ini merupakan tiga layanan digital teratas yang diadopsi oleh konsumen digital Indonesia.

 

Penulis: Firman Hidranto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari


Source link

Tinggalkan Balasan