IndonesiaDiscover –
– Dua negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) tak memberikan restu Swedia dan Finlandia untuk masuk aliansi militer tersebut.
Baca juga : Airlangga: Start-Up Percepat Pertumbuhan Ekonomi Nasional
“Kami bekerja sama. Kami melakukan kontak dekat setiap hari mengenai masalah ini,” ungkap Perdana Menteri Finlandia Sanna Marin dikutip dari cnnindonesia.com Sabtu (4/2/23).
Ia kemudian mengatakan, “Tentu saja, kami ingin Turki dan Hungaria menyetujui permohonan kami [masuk NATO] secepat mungkin.”
1. Turki
Tak lama usai insiden pembakaran Al Quran, Turki murka. “Kami mengecam tindakan provokasi ini yang jelas mencirikan kebencian,” demikian menurut Kementerian Luar Negeri Turki.
Presiden Recep Tayyip Erdogan sampai-sampai memperingatkan Swedia tak perlu berharap mendapat restu dari Turki untuk masuk NATO.
Belakangan sikap Erdogan semakin jelas terhadap pengajuan keanggotaan Swedia ke NATO. “Swedia tak perlu repot-repot di titik ini. Kami tak akan mengatakan ‘Ya’ untuk permohonannya masuk NATO selama mereka mengizinkan pembakaran Al Quran,” unglap Erdogan
Swedia memang menjunjung tinggi kebebasan berpendapat dan berekspresi. Saat aksi Paludan berlangsung, tampak sejumlah polisi memantau, tetapi mereka tak banyak berbuat.
2. Hungaria
Menteri Luar Negeri Hungaria Peter Szijjarto menyebut membakar Al Quran sebagai bagian dari kebebasan betul-betul bodoh. “Menyatakan membakar kitab suci merupakan bagian dari kebebasan berbicara adalah kebodohan yang nyata,” jelasnya
Sikap Hungaria terkait memberi restu ke Swedia dan Finlandia juga sempat menjadi sorotan.
Tahun lalu, Budapest dianggap sengaja menunda meratifikasi kedua negara Nordik itu. Langkah ini disebut sebagai upaya Budapest untuk mempengaruhi Uni Eropa yang membekukan dukungan finansial terhadap negara itu. Kemudian pada November 2022, Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban berjanji bakal mempercepat proses ratifikasi keanggotaan Swedia dan Finlandia di NATO.
(rz/hn/um)