Nasional Putin Desak Pasukan Ukraina di Kursk Menyerah, Zelensky Ragukan Niat Perdamaian Rusia

Putin Desak Pasukan Ukraina di Kursk Menyerah, Zelensky Ragukan Niat Perdamaian Rusia

8
0

IndonesiaDiscover –

Putin Desak Pasukan Ukraina di Kursk Menyerah, Zelensky Ragukan Niat Perdamaian Rusia
Presiden Rusia Vladimir Putin meminta pasukan Ukraina di Kursk menyerah di tengah negosiasi gencatan senjata yang dimediasi AS.(Sputnik)

PRESIDEN Rusia Vladimir Putin telah meminta pasukan Ukraina di wilayah Kursk, Rusia, untuk menyerah, di tengah negosiasi diplomatik terkait kemungkinan gencatan senjata yang dimediasi AS dengan Kyiv.

Dalam pertemuan dengan anggota dewan keamanan Rusia, Jumat, Putin menuduh pasukan Ukraina di wilayah tersebut melakukan kejahatan terhadap warga sipil. Namun, ia mengakui keinginan Presiden AS Donald Trump untuk menyelamatkan nyawa para tentara saat pasukan Rusia merebut kembali wilayah itu dan mengklaim nyawa tentara yang menyerah akan dijamin.

Ia juga mengatakan Rusia sedang berupaya memulihkan hubungan dengan AS setelah hubungan tersebut “praktis hancur, dihancurkan pemerintahan Amerika sebelumnya.”

“Secara keseluruhan, situasinya mulai bergerak,” kata Putin mengenai hubungannya dengan pemerintahan Trump. “Mari kita lihat bagaimana hasilnya.”

Dengan Kyiv kehilangan kendali atas Kursk, satu-satunya aset negosiasi teritorialnya, banyak pihak percaya Putin mungkin menunda pembicaraan terkait proposal gencatan senjata AS-Ukraina hingga wilayah tersebut sepenuhnya berada di bawah kendali Rusia. Awal pekan ini, pejabat Ukraina menerima proposal AS untuk gencatan senjata selama 30 hari yang mencakup seluruh garis depan setelah melakukan pembicaraan dengan pejabat AS di Arab Saudi.

Pernyataan Putin muncul setelah ia bertemu dengan Utusan Khusus AS Steve Witkoff pada di Moskow—kunjungan yang oleh Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio disebut sebagai alasan untuk “optimisme yang hati-hati.” Trump sebelumnya di hari yang sama mengungkapkan nada serupa, menyebut pembicaraan itu “baik dan produktif” dalam sebuah unggahan di Truth Social, serta menambahkan “ada peluang sangat besar perang yang mengerikan dan berdarah ini akhirnya bisa berakhir.”

Trump juga mengatakan telah “meminta dengan tegas” agar Putin menyelamatkan nyawa pasukan Ukraina di Kursk.

“Kami memahami seruan Presiden Trump untuk mempertimbangkan aspek kemanusiaan dalam menangani para prajurit ini,” kata Putin. “Dalam hal ini, saya ingin menegaskan jika mereka meletakkan senjata dan menyerah, mereka akan dijamin keselamatannya serta diperlakukan dengan layak sesuai dengan hukum internasional dan hukum Federasi Rusia.”

Namun, ia menambahkan militer Ukraina harus terlebih dahulu mengeluarkan perintah bagi pasukan di Kursk untuk menyerah.

Pada Februari, Misi Pemantauan Hak Asasi Manusia PBB di Ukraina menyatakan keprihatinannya terhadap laporan puluhan tentara Ukraina yang menyerah kepada Rusia sejak akhir Agustus 2024 telah “dieksekusi di tempat.”

“Semua tuduhan eksekusi terhadap personel militer Ukraina yang ditawan serta pernyataan publik yang menyerukan atau membenarkan tindakan semacam itu harus diselidiki,” kata Danielle Bell, kepala misi tersebut, saat itu.

‘Setiap Hari Perang Berarti Kehilangan Nyawa’

Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyatakan skeptis terhadap motif Putin dan mendesak AS untuk mengambil “langkah tegas” guna menekan Rusia agar mengakhiri perang terhadap Kyiv.

Dalam serangkaian unggahan di X, pemimpin Ukraina tersebut menyatakan negaranya menginginkan perdamaian, dengan menulis, “Sejak menit pertama perang ini, kami hanya menginginkan satu hal—agar Rusia membiarkan rakyat kami hidup dalam damai dan agar para penjajah Rusia pergi dari tanah kami.”

“Setiap hari perang berarti kehilangan nyawa rakyat kami—hal paling berharga yang kami miliki,” katanya.

Zelensky juga menuduh Putin berusaha menyabotase negosiasi damai dan berbohong tentang “situasi sebenarnya” di medan perang. Pada Kamis, pemimpin Rusia itu mengajukan sejumlah syarat untuk gencatan senjata, termasuk setiap kesepakatan harus mencakup apa yang Kremlin anggap sebagai “akar permasalahan” konflik tersebut.

Rusia pertama kali menginvasi Ukraina tahun 2014 dan meluncurkan invasi skala penuh tahun 2022. Saat itu, Putin menuntut agar Ukraina tidak pernah diizinkan bergabung dengan NATO dan agar aliansi tersebut menarik kembali kehadiran militernya di Eropa Timur dan Tengah.

“Putin tidak bisa keluar dari perang ini karena itu akan membuatnya kehilangan segalanya,” kata Zelensky. “Itulah mengapa dia sekarang melakukan segala cara untuk menyabotase diplomasi dengan menetapkan syarat yang sangat sulit dan tidak dapat diterima sejak awal, bahkan sebelum gencatan senjata.”

Zelensky menegaskan ia “sangat mendesak” negara-negara yang memiliki pengaruh terhadap Rusia, terutama AS, untuk mengambil langkah guna membantu mengakhiri perang.

“Tekanan harus diberikan kepada pihak yang tidak ingin menghentikan perang. Tekanan harus diberikan kepada Rusia. Hanya tindakan tegas yang dapat mengakhiri perang ini, yang telah berlangsung selama bertahun-tahun,” katanya.

Pemimpin Ukraina itu dijadwalkan menghadiri pertemuan virtual dengan para pemimpin Eropa dan NATO pada hari Sabtu untuk membahas dukungan bagi Ukraina, yang akan dipandu oleh Perdana Menteri Inggris Keir Starmer. (CNN/Z-2)

Tinggalkan Balasan