Ekonomi & Bisnis Marak PHK, Menperin Dorong Industri Manufaktur Serap Banyak Pekerja

Marak PHK, Menperin Dorong Industri Manufaktur Serap Banyak Pekerja

33
0
Marak PHK, Menperin Dorong Industri Manufaktur Serap Banyak Pekerja
MENTERI Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita.(Dok. Antara)

MENTERI Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mendorong industri manufaktur menyerap tenaga kerja baru lebih banyak. Hal ini merespons maraknya buruh yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Pada tahun lalu, lebih dari 70.000 orang kehilangan pekerjaan dan di tahun ini 10.665 karyawan Sritex kena PHK.

“Kemenperin terus berupaya meningkatkan investasi baru di sektor manufaktur guna mendorong munculnya industri baru untuk mulai berproduksi sehingga menyerap tenaga kerja baru,” ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima Media Indonesia, Selasa (4/2).

 

Menperin menyebut sebagian besar penutupan pabrik disebabkan turunnya permintaan domestik karena pasar dalam negeri dibanjiri produk impor. Selain itu, faktor penyebab gelombang PHK juga didorong oleh pelemahan belanja dalam negeri, dan kelangkaan bahan baku.

“Memang benar ada penutupan beberapa pabrik dan PHK. Tapi, dari beberapa alasan tersebut, kita tidak bisa kendalikan, terutama alasan terkait lemahnya permintaan pasar ekspor,” ucapnya.

Politikus Partai Golkar itu menyampaikan selama ini sektor manufaktur menyerap tenaga kerja baru lebih banyak, dibanding jumlah pekerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja. Hal ini diketahui dari pelaku industri yang melaporkan mulai melakukan produksi pada Kemenperin. Berdasarkan data dari Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas), pada tahun 2024, jumlah tenaga kerja baru yang diserap industri manufaktur yang mulai berproduksi tahun 2024 mencapai 1.082.998 tenaga kerja baru.

Angka ini dikatakan lebih besar dari jumlah PHK yang dilaporkan Kemenaker pada tahun 2024 sebesar 48.345 orang (sesuai data Kementerian Ketenagakerjaan). Sebagai catatan, jumlah pekerja yang kena PHK pada periode tersebut bukan hanya merupakan pekerja di sektor manufaktur, tetapi angka total untuk semua sektor ekonomi.

“Hal ini menunjukkan bahwa banyak perusahaan industri manufaktur bermunculan dan mulai berproduksi dengan menyerap tenaga kerja baru yang lebih banyak pula,” kata Agus.

Ia menyampaikan pertumbuhan sektor industri manufaktur juga membuka lapangan kerja yang semakin luas. Jumlah tenaga kerja pada industri pengolahan nonmigas terus meningkat, dari 17,43 juta di 2020 menjadi 19,96 juta di 2024. Data dalam Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas) tersebut menunjukkan, pada tahun lalu rasio penambahan tenaga kerja baru di sektor manufaktur terhadap jumlah tenaga kerja yang terkena PHK mencapai 1 banding 20. Artinya, ketika 1 tenaga kerja kena PHK sektor manufaktur mampu menciptakan dan menyerap 20 tenaga kerja baru.

Kemenperin, tegas Agus, akan fokus memonitor penutupan industri yang terutama disebabkan karena kelangkaan dan hambatan bahan baku produksi serta upgrade teknologi produksi, untuk bisa mencari penyelesaiannya.

“Kami menyampaikan empati kepada perusahaan industri dan pekerja yang mengalami hal tersebut. Kami akan mencari solusi bersama mengenai masalah tersebut,” pungkasnya. (H-3)

Tinggalkan Balasan