PEMANGKASAN BI Rate oleh Bank Indonesia tak serta merta diikuti langsung oleh penurunan suku bunga kredit perbankan. Itu umum terjadi lantaran bank akan melakukan penyesuaian terlebih dulu sebelum mengikuti langkah bank sentral.
“Itu membutuhkan waktu sekitar tiga bulan ke depan. Itu karena bank harus menghitung kembali aset dan kewajiban atau assets and liabilities management-nya,” ujar pengamat perbankan Paul Sutaryono.
Kendati demikian, pemangkasan BI Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6% merupakan angin segar bagi perekonomian Indonesia. Itu juga disebut menjadi katalis yang positif bagi pasar modal dan sektor riil di dalam negeri.
Baca juga : Penurunan Suku Bunga Acuan Dorong Perekonomian RI Tetap Solid
Paul mengatakan penurunan BI Rate akan memacu penurunan bunga kredit dalam beberapa waktu ke depan.
“Hal itu akan diawali dengan menipisnya suku bunga deposito. Karena biaya dana (cost of fund) akan menipis pula. Namun, transmisi itu tidak berjalan serta merta,” tutur Paul.
Lebih lanjut, ia menyampaikan, penurunan BI Rate juga akan berdampak pada kekuatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, alias mengalami apresiasi. Itu juga tak lepas dari dampak bawaan penurunan suku bunga acuan The Federal Reserve (The Fed) atau The Fed Fund Rate (FFR).
Diketahui, Bank Indonesia memangkas BI Rate sebesar 25bps menjadi 6% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) September 2024. Penurunan bunga acuan itu sejatinya telah dinanti oleh banyak pihak lantaran dianggap akan mendukung kinerja perekonomian secara umum. (H-3)