Kemenangan yang Mengubah Perspektif
Di pinggir lapangan, Tomas Trucha tampak lebih banyak tersenyum daripada biasanya. Sorot lampu stadion yang memantul di wajahnya seperti memantulkan juga sisa-sisa euforia dari kemenangan besar atas PSBS Biak. Namun di balik tatapan teduh itu, ada sesuatu yang bergerak pelan: semacam penilaian ulang yang diam-diam mulai menggelinding, seiring bursa transfer yang semakin mendekat.
Trucha tak pernah benar-benar menyembunyikan prinsipnya. “Tidak ada perbedaan antara pemain asing dan pemain lokal,” ucapnya berulang-ulang, seolah ingin memastikan dunia benar-benar mendengar. Dalam beberapa pekan terakhir, kalimat itu bukan sekadar pernyataan—melainkan kode. Kode bahwa tak ada satu pun pemain PSM yang berdiri di zona aman.
Dan di malam kemenangan itu, semua pernyataan itu menemukan konteksnya.
Kemenangan Besar, Ruang Uji Besar
Skor telak atas PSBS Biak bukan hanya mencatatkan tiga poin, tapi membuka panggung evaluasi yang lebih tajam. Trucha memuji Alex Tanque dengan cara yang jarang ia tunjukkan sebelumnya. Hat-trick sang striker Brasil seperti menghidupkan kembali sesuatu yang sempat padam: keyakinan.
“Saya senang untuk Alex,” kata Trucha, dengan nada yang tak sepenuhnya bisa disembunyikan. Ia bahkan mengakui sering terbangun malam, menonton lagi video-video gol Tanque di klub sebelumnya. “Saya bilang kepadanya, lakukan saja seperti yang saya lihat di video. Dan dia melakukannya.”
Tapi pujian tidak berarti perlakuan khusus. Tanque tetap ditarik keluar. Bahkan kesempatan mencetak gol keempat pun tak diberikan. Malam itu, Trucha memilih taktik, bukan sentimentalitas. Keputusan-keputusan seperti itu melukiskan sesuatu: tidak ada nama yang lebih besar daripada kebutuhan tim.
Keputusan Tanpa Nama Besar
Beberapa pemain yang sudah mengantongi kartu kuning ditarik lebih cepat. Bukan karena performa buruk, bukan karena kesalahan, melainkan karena kebutuhan. “Kami tidak ingin bermain dengan 10 orang,” ujarnya.
Nada itu datar, tapi tegas. Seolah ingin mengirim pesan: di bawah Trucha, setiap keputusan harus steril dari rasa.
Dan di situlah letak benang merahnya—hat-trick Tanque, rotasi cepat, pergantian pemain yang presisi—semua menjadi bagian dari satu pola: tak ada jaminan bagi siapa pun.
Starter atau Cadangan, Semua dalam Satu Timbangan
Yang paling menarik dari laga itu bukan hanya skor 5-0 yang membelah dua babak—2-0 di awal, 3-0 di akhir—melainkan transisi yang mulus antara starter dan pemain pengganti. “Para pemain pengganti memberikan kinerja yang bagus,” kata Trucha. “Tidak ada perbedaan kualitas.”
Di klub lain, kalimat seperti itu mungkin terdengar diplomatis. Tapi di PSM, tim yang dalam dua musim terakhir naik-turun mencari konsistensi, ucapan itu seperti lampu indikator: semuanya sedang masuk daftar evaluasi.
Terutama sektor pemain asing, zona yang dalam setiap bursa transfer selalu jadi titik panas. Tak ada yang kebal. Tak ada yang memiliki kursi prioritas.
Menjelang Bursa Transfer: Hawa yang Mulai Berubah
Dari gaya bicara Trucha, dari cara ia memuji Tanque tanpa memberi keleluasaan berlebihan, dari rotasi yang ketat, hingga dari mantra “tidak ada perbedaan pemain asing dan pemain lokal”—semua mengarah pada satu hal: musim dingin nanti bisa membawa angin baru.
Bagi sebagian pemain, ini sinyal baik. Bagi sebagian lain, mungkin peringatan halus.
Di Makassar, kemenangan besar sering dianggap awal kebangkitan. Tapi bagi Trucha, kemenangan adalah ruang untuk melihat siapa yang benar-benar siap bertahan, dan siapa yang mungkin harus digantikan.
Dan di situlah letak senyumnya malam itu—bukan hanya senyum puas, tapi senyum seorang pelatih yang sudah mulai menimbang masa depan timnya.



