Korban Tewas Akibat Banjir dan Longsor di Sumatera Utara Mencapai 116 Orang
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan bahwa jumlah korban tewas akibat bencana banjir dan longsor di Sumatera Utara mencapai 116 orang. Data ini dirilis pada Jumat (28/11/2025). Selain itu, masih ada 24 korban lainnya yang belum ditemukan.
Berikut rincian korban tewas berdasarkan wilayah:
- Tapanuli Tengah: 47 jiwa
- Tapanuli Selatan: 32 jiwa
- Sibolga: 17 jiwa
- Tapanuli Utara: 11 jiwa
- Humbang Hasundutan: 6 jiwa
- Pakpak Bharat: 2 jiwa
- Kota Padangsidimpuan: 1 jiwa
Bencana yang terjadi di wilayah Sumatera Barat juga mendapat perhatian dari Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB) Institut Teknologi Bandung (ITB). Menurut para ahli ITB, bencana tersebut disebabkan oleh tiga faktor utama, yaitu dinamika atmosfer ekstrem, kondisi geospasial wilayah, dan penurunan kapasitas daya tampung lingkungan.
Puncak Musim Hujan dan Curah Ekstrem
Dr. Muhammad Rais Abdillah, Ketua Program Studi Meteorologi ITB, menjelaskan bahwa Sumatra bagian utara sedang memasuki puncak musim hujan. Karakteristik hujan di wilayah ini adalah sepanjang tahun dengan dua puncak intensitas.
- Curah Hujan Sangat Lebat: Beberapa lokasi mencatat curah hujan di atas 150 milimeter, bahkan beberapa stasiun BMKG merekam angka lebih dari 300 milimeter. Angka ini nyaris mendekati kejadian ekstrem Jakarta 2020.
- Siklon Tropis Senyar: Pada 24 November, terdapat vortex (pusaran udara) yang berkembang menjadi Siklon Tropis Senyar di Selat Malaka. Sistem ini secara signifikan meningkatkan suplai uap air dan memperkuat intensitas pembentukan awan hujan.
Penurunan Kapasitas Tampung Wilayah
Di sisi geospasial, Dr. Heri Andreas, Dosen Teknik Geodesi dan Geomatika ITB, menyoroti degradasi lingkungan sebagai amplifikasi bencana.
- Hilangnya Tutupan Alami: Proporsi air yang menjadi limpasan (runoff) meningkat tajam karena kawasan penahan air alami seperti hutan dan rawa berkurang, berganti menjadi permukiman atau lahan terbuka.
- Aliran Cepat: Ketika kemampuan tanah untuk menyerap air (infiltrasi) menurun, air hujan langsung mengalir cepat ke sungai, memicu banjir dan longsor dalam skala besar.
Wali Kota Sibolga yang Hilang Ditemukan
Wali Kota Sibolga, Sumatera Utara yang sempat hilang kontak selama tiga hari usai bencana banjir dan longsor akhirnya ditemukan. Akhmad Syukri ditemukan selamat pada Kamis (28/11/2025).
Akhmad Syukri hilang terjebak banjir dan longsor sejak Senin (24/11/2025). Kondisi Akhmad Syukri diungkapkan Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto. Ia mengatakan sudah berkomunikasi langsung dengan Syukri melalui sambungan telepon.
“Kebetulan tadi sudah langsung berkomunikasi dengan Wali Kota Sibolga, tadi pada saat berkomunikasi dia kan masih muda jadi kelihatannya capek tapi mukanya seger,” ujar Suharyanto dalam siaran pers di Tapanuli Utara, Kamis (28/11/2025).
Suharyanto menambahkan, selama hilang kontak, Syukri harus berjalan kaki selama empat hari karena terjebak longsor.
“Beliau ngomong ke saya jalan kaki empat hari, karena kebetulan beliau terjebak di rute longsoran yang saya katakan antara Sibolga dengan Tarutung, Tapanuli Utara yang sekarang sudah dibuka dan besok sudah ditembus,” ujarnya.
Menurut Suharyanto, kondisi Syukri sehat dan diperkirakan dapat meninjau kondisi Sibolga yang terdampak banjir dan longsor pada Jumat (29/11/2025).
“Beliau alhamdulilah tidak ada masalah, sehat wal afiat besok rencana kami ketemu untuk melihat Sibolga, kan berita awal Sibolga parah, ternyata setelah kita sampai di sini, Sibolga justru tidak terlalu parah justru yang parah Tapanuli Tengah,” ucapnya.



