
Perjuangan Gregoria Mariska Tunjung di Final Kumamoto Masters 2025
Perjuangan tunggal putri Indonesia, Gregoria Mariska Tunjung, harus berakhir dengan hasil yang tidak sesuai harapan setelah kekalahan tipis yang dialaminya di final Kumamoto Masters 2025. Pemain yang dikenal dengan nama panggilan Jorji ini harus mengakui keunggulan mantan pemain nomor satu dunia, Ratchanok Intanon dari Thailand.
Pertandingan yang berlangsung sangat sengit dan menegangkan ini menjadi bukti bahwa Gregoria masih perlu meningkatkan konsistensi dalam bermain. Kesalahan sendiri dan sedikit ketidakstabilan dalam reli membuatnya kalah dalam laga yang cukup menantang.
Awal pertandingan menunjukkan bahwa kedua pemain menghadapi tantangan masing-masing. Gregoria terlihat kurang nyaman dengan net setelah serangkaian kesalahan yang terjadi karena kok sering membentur batas lapangan. Di sisi lain, Intanon tampak kurang akurat dalam pukulan memanjang ke area baseline, yang mungkin disebabkan oleh kondisi angin yang tidak stabil.
Meski begitu, Intanon lebih berhasil memanfaatkan peluang yang ada untuk meraih angka. Gregoria sempat mendapat kesempatan emas di awal pertandingan saat ia berhasil membalikkan skor dari 2-7 menjadi 9-7. Beberapa pengembalian Intanon yang keluar lapangan membantu Jorji memperbaiki situasi.
Namun, Gregoria terpancing untuk mengadu pukulan depan dengan Intanon, yang akhirnya mengubah momentum pertandingan. Intanon kemudian memimpin perolehan angka dan tidak pernah tertinggal sejak mencapai keunggulan 13-12.
Gim pertama akhirnya menjadi milik Intanon, yang didukung oleh kesalahan yang sering dilakukan Gregoria di poin-poin kritis. Situasi tidak berubah saat pergantian sisi lapangan. Intanon tampil lebih percaya diri dengan pukulan-pukulan memanjangnya, sementara Gregoria masih kesulitan dalam menyeberangkan kok dalam antisipasi-antisipasi lembut.
Permainan net Intanon memang sangat apik. Gregoria hanya bisa tersenyum saat netting tipisnya masih bisa dikembalikan oleh Intanon dengan backhand yang menyentuh sisi lainnya, sehingga skor menjadi 4-9. Meskipun terpaut enam angka, Gregoria terus berjuang dan hampir memangkas selisih tersebut menjadi 11-12.
Tantangan lebih besar datang saat Gregoria kembali tertinggal jauh di skor 13-18. Namun, dia tidak menyerah dan tetap menikmati pertandingan dengan merayakan setiap poin yang diraih. Sayangnya, Gregoria kembali kalah solid di poin-poin tua dari Intanon yang lebih berpengalaman.
Sebuah antisipasi memanjang yang jatuh di luar garis dari Gregoria memberi Intanon championship point dengan skor 20-16. Peluang yang hampir tertutup terus diperjuangkan Gregoria hingga smes lurusnya menghasilkan deuce 20-20.
Intanon kembali menunjukkan kemampuannya dengan netting silang yang sangat tipis, hingga kok sempat menyentuh bibir net. Pengembalian yang dilakukan Gregoria sambil menjatuhkan badan tidak cukup untuk membuat kok kembali menyeberang. Sambaran keras Intanon yang tidak dapat diantisipasi dengan baik oleh Gregoria menutup pertandingan yang alot.
Akhirnya, Gregoria kalah dengan skor 16-21, 20-22. Meski kalah, Intanon menunjukkan apresiasi dengan memberi jempol kepada Jorji sebagai bentuk penghargaan atas perjuangannya.






















































