
Kehilangan Kontrol: Sisi Lain Cristiano Ronaldo
Cristiano Ronaldo, salah satu pemain sepak bola terbesar sepanjang masa, dikenal dengan ketenangannya di lapangan dan kemampuannya mencetak gol krusial. Namun, di balik kesuksesannya, ada sisi lain yang sering kali muncul, yaitu emosinya yang mudah meledak. Hal ini kembali terbukti ketika Ronaldo menerima kartu merah ke-13 dalam kariernya saat Portugal dikalahkan Republik Irlandia pada November 2025.
Insiden tersebut terjadi setelah Ronaldo menabrak Dara O’Shea dengan sikunya, yang akhirnya membuat wasit Glenn Nyberg mengubah kartu kuning menjadi kartu merah setelah melihat rekaman VAR. Reaksi Ronaldo yang tidak puas terhadap keputusan wasit juga ditunjukkan dengan tepuk tangan sinis ke arah fans tuan rumah. Insiden ini memicu kekhawatiran bahwa Ronaldo mungkin absen dalam laga pertama Portugal di putaran final Piala Dunia 2026.
Riwayat Emosi yang Tidak Terkendali
Ronaldo tidak asing dengan insiden seperti ini. Sejak awal karier profesionalnya, ia sering kali gagal mengendalikan emosinya. Berikut adalah beberapa momen penting yang membuktikan hal ini:
- Manchester United (2004): Ronaldo mendapat dua kartu kuning dalam pertandingan melawan Aston Villa, sehingga harus meninggalkan lapangan lebih cepat.
Di musim debutnya, Ronaldo sering kali terpancing oleh provokasi lawan dan kerasnya Premier League. Salah satunya terjadi pada Januari 2006 saat ia melakukan tekel berbahaya terhadap Andrew Cole setelah merasa tidak dilindungi wasit.
Manchester City: Ronaldo muda sering kali terlihat emosional, termasuk saat ia terbang dalam tekel berbahaya menuju Andrew Cole setelah merasa tidak dilindungi wasit usai dilanggar Stephen Jordan.
Portsmouth (2007): Ronaldo menanduk Richard Hughes dalam situasi panas, yang justru dianggap Hughes sebagai momen paling berkesan dalam kariernya.
Real Madrid: Meski hijrah ke Real Madrid, Ronaldo tetap tidak bisa mengendalikan emosinya. Pada Desember 2009, ia diusir dari lapangan setelah menerima dua kartu kuning berturut-turut.
Malaga (2009): Ronaldo kembali diusir dari lapangan setelah siku yang diarahkan ke wajah Patrick Mtiliga menyebabkan hidung sang bek patah. Ia mengklaim insiden itu murni kecelakaan, namun penjelasannya terkesan meremehkan.
Atletico Madrid (2013): Ronaldo menerima kartu merah setelah menendang Gabi, gelandang Atletico Madrid, setelah diganggu sepanjang laga.
Athletic Club (2014): Ronaldo dihukum meski hanya bereaksi terhadap dorongan Gurpegi dan tekanan Iturraspe, yang membuat federasi mencopot penunjukan wasit yang dinilai keliru.
Cordoba (2015): Ronaldo kembali menunjukkan sisi gelapnya ketika menendang Edimar dalam laga melawan Cordoba. Ia kemudian meminta maaf di media sosial dan menyebut aksinya sebagai tindakan tidak berpikir panjang.
Barcelona (2017): Ronaldo memicu kontroversi besar saat menghadapi Barcelona di Camp Nou. Selebrasi membuka baju dan dugaan diving menghadirkan dua kartu kuning beruntun, diikuti hukuman lima pertandingan akibat mendorong wasit.
Juventus: Meski sudah berusia 40 tahun pada 2025, Ronaldo masih membawa bara persaingan yang sama seperti saat muda. Pada 2024, di Arab Saudi, ia terpancing provokasi Ali Al-Bulayhi dalam laga melawan Al Hilal. Siku yang diarahkan ke tubuh sang bek membuatnya diusir ketika Al Nassr sedang tertinggal dan frustrasi.
Kesimpulan
Dari Manchester hingga Riyadh, dari La Liga hingga kualifikasi Piala Dunia, sisi emosional Ronaldo berkali-kali menjadi bumerang. Namun, rangkaian kartu merah ini juga menunjukkan perjalanan seorang megabintang yang kariernya tidak hanya dipenuhi gol indah, tetapi juga momen-momen rawan kontroversi. Dua dekade berlalu, Ronaldo masih menjadi pusat perhatian setiap kali kehilangan kontrol. Kartu merah ke-13 yang ia dapatkan melawan Irlandia kini menjadi bab terbaru dalam kisah panjang seorang ikon yang bermain dengan emosi sama besarnya dengan ambisinya.




















































