Nasional Robot Humanoid Meledak di Tiongkok, Howard Huang Jadi Miliarder

Robot Humanoid Meledak di Tiongkok, Howard Huang Jadi Miliarder

19
0

Perkembangan Teknologi Robot Humanoid di Tiongkok

Popularitas robot humanoid di Tiongkok tidak hanya mempercepat perkembangan teknologi, tetapi juga menciptakan miliarder baru dalam industri tersebut. Salah satu contohnya adalah Howard Huang (45), pendiri sekaligus CEO perusahaan Orbbec. Kekayaannya meningkat pesat setelah saham perusahaannya naik lebih dari 315 persen dalam waktu satu tahun.

Menurut catatan Forbes, kapitalisasi pasar Orbbec di Bursa Shanghai kini mencapai 5,2 miliar dolar AS, atau sekitar Rp 86,25 triliun. Perusahaan yang berbasis di Shenzhen sejak 2013 ini awalnya dimulai dari penelitian Huang mengenai teknologi pengukuran optik. Seiring berkembangnya perusahaan, Orbbec berhasil merancang teknologi kamera visi 3D yang membuat mesin mampu mengenali kedalaman ruang seperti penglihatan manusia. Teknologi ini menjadi pilar utama kebangkitan industri robot humanoid di Tiongkok.

Salah satu bukti aplikasinya terlihat pada Tiangong Ultra, robot humanoid dari X-Humanoid yang berhasil menjuarai ajang setengah maraton humanoid pertama di dunia pada April lalu. Forbes menyebut teknologi Orbbec sebagai pemicu tumbuhnya sektor robot humanoid di Tiongkok.

Pasar Robot Humanoid yang Menjanjikan

Meskipun robot humanoid belum sepenuhnya diproduksi secara massal, kinerja keuangan Orbbec menunjukkan sinyal positif. Pada semester pertama 2025, perusahaan mencatat laba bersih sebesar 30 juta yuan (sekitar 4 juta dolar AS), berbalik dari kerugian 81 juta yuan di periode yang sama tahun sebelumnya. Pendapatan Orbbec bahkan melonjak dua kali lipat menjadi 436 juta yuan, di mana 62 persen di antaranya berasal dari penjualan modul pengenalan wajah di sektor ritel dan kesehatan.

Lonjakan tersebut turut didorong oleh penggunaan kamera visi 3D untuk sistem pembayaran nirsentuh seperti Alipay milik Ant Group. Ant Group, perusahaan fintech yang dibangun Jack Ma, juga tercatat sebagai pemegang saham eksternal terbesar Orbbec dengan kepemilikan 9 persen melalui Shanghai Yunxin Venture Capital.

Pada paruh pertama 2025, 31 persen pendapatan Orbbec berasal dari robotika, 4 persen dari sektor “lainnya”, sementara sisanya berasal dari aplikasi industri seperti pemindaian 3D untuk deteksi cacat hingga simulasi perakitan. Pelanggannya meliputi Pudu Robotics dan Gausium (robot pembersih), Robocare (robot perawatan pasien), serta Twinny dari Korea Selatan (robot gudang). Perusahaan ini mengeklaim menguasai lebih dari 70 persen pangsa pasar kamera visi 3D untuk robot layanan di Tiongkok.

Pengembangan Teknologi dan Kolaborasi

Belakangan, teknologi Orbbec juga digunakan oleh para pengembang humanoid, seperti Tiangong Ultra hasil kolaborasi X-Humanoid dan Ubtech Robotics milik miliarder Zhou Jian. Robot lain yang memanfaatkan teknologi Orbbec adalah R1 “Robbyant” milik Ant Lingbo Technology yang dirilis September 2025.

Melihat besarnya potensi pasar, Orbbec berencana menghimpun dana 1,9 miliar yuan melalui penempatan saham privat. Dana ini akan dialokasikan untuk pengembangan chip, perangkat lunak, serta teknologi “AI vision” yang memungkinkan robot meniru cara pandang manusia. Perusahaan memproyeksikan pendapatan dari robotika bisa meningkat 100 persen setiap tahun dalam tiga hingga lima tahun ke depan.

Perjalanan Howard Huang: Dari Laboratorium ke Bursa

Sebelum mendirikan Orbbec, Huang adalah peneliti pasca-doktoral di Singapore-MIT Alliance for Research and Technology. Ia meraih gelar doktor teknik dari City University of Hong Kong, gelar magister dari National University of Singapore, dan sarjana dari Peking University.

Tonggak awal kesuksesan Orbbec terjadi pada 2017, ketika mereka mendapat kontrak dari Ant Group untuk menyematkan kamera visi 3D ke sistem pembayaran wajah Alipay. Setahun berikutnya, Orbbec bekerja sama dengan Oppo menghadirkan ponsel Android pertama di dunia dengan teknologi pengenalan wajah 3D, hanya tujuh bulan setelah Apple merilis fitur serupa di iPhone.

Dalam wawancara dengan Guangdong Radio and Television pada 2023, Huang mengenang awal mula kerja sama dengan pabrikan ponsel Oppo, membuat ponsel Android pertama dengan teknologi pengenal wajah (facial recognition). “Awalnya mereka ragu karena perusahaan kami masih kecil, tapi akhirnya mereka tak menemukan yang lebih andal. Kalau Apple bisa (Face ID), mengapa kami tidak?” ujar Huang.

Orbbec yang sempat menarik investor seperti SAIF Partners dan MediaTek Ventures itu akhirnya melantai di Star Market Shanghai pada 2022 dengan IPO senilai 1,2 miliar yuan. “Meraih pengaruh global dalam industri robotika adalah puncak ambisi kami,” kata Huang menutup pernyataan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini