Nasional Keracunan MBG di Bandung Barat: Air Terkontaminasi E. coli dan Nitrit Terungkap

Keracunan MBG di Bandung Barat: Air Terkontaminasi E. coli dan Nitrit Terungkap

11
0

Penyebab Keracunan Massal Siswa MBG di Bandung Barat Terungkap

Laboratorium Kesehatan Masyarakat (Labkesmas) Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat (KBB) telah menemukan penyebab utama keracunan massal yang menimpa siswa penerima program Makan Bergizi Gratis (MBG). Hasil pemeriksaan menunjukkan adanya bakteri E. coli dan kandungan nitrit positif dalam sampel air dan makanan yang dikonsumsi para siswa.

“Setelah kejadian, kami memeriksa sisa makanan dan air. Hasilnya, memang positif mengandung nitrit,” ujar Koordinator Laboratorium Kesehatan Masyarakat (Labkesmas) Dinas Kesehatan (Dinkes) KBB, Sudarsono, saat dihubungi.

Menurut dia, nitrit sebenarnya dapat terbentuk secara alami dari nitrat (NO₃) yang terdapat pada sayuran. Namun, perubahan dari nitrat menjadi nitrit bisa terjadi ketika ada kontaminasi bakteri, termasuk dari air yang tidak steril. “Bakteri dari air atau peralatan masak bisa memicu perubahan nitrat menjadi nitrit. Itulah yang berbahaya karena bisa mengikat hemoglobin dalam darah dan menghambat penyerapan oksigen,” ujarnya.

Dia menjelaskan, dari hasil pemeriksaan Labkesmas menunjukkan sejumlah satuan pelayanan pemenuhan gizi (SPPG) di Bandung Barat menggunakan air yang mengandung bakteri Coliform dan E. coli. Padahal, sesuai Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 2 Tahun 2023, kadar Coliform maupun E. coli di air minum harus nol. “Sekarang diwajibkan untuk memasak hanya menggunakan air minum, bukan air bersih biasa,” katanya.

Untuk mencuci peralatan, katanya, masih boleh memakai air bersih. Tapi, harus melalui perebusan atau disterilisasi lebih dulu. Instruksi Badan Gizi Nasional (BGN), seluruh dapur MBG harus menggunakan air bersertifikat, yakni air minum yang telah memenuhi standar SNI atau sertifikasi BPOM. Ia pun mewajibkan setiap SPPG di Bandung Barat memasang alat penyaring (filter) dan sinar ultraviolet (UV) untuk membunuh bakteri dalam air. “Sekarang semua SPPG harus dilengkapi filter dan UV. Itu membunuh bakteri di air supaya tidak ada lagi kontaminasi,” ucapnya.

Sudarsono juga menanggapi pernyataan BGN yang menyebut KBB menjadi daerah pemicu kasus keracunan MBG secara nasional. Ia tak menampik adanya kelalaian dalam pengelolaan air. Dia menegaskan Pemkab Bandung Barat telah melakukan langkah korektif. “Tapi sekarang semua sudah diperbaiki. Air diolah pakai UV dan hasil uji terbaru sudah nol bakteri,” ujarnya.

Keracunan Lagi

Sementara itu, sebanyak 18 siswa SMP Bina Karya di Desa Sukatani, Kecamatan Ngamprah KBB dilarikan ke Puskesmas Ngamprah Selasa 11 November 2025 akibat dugaan keracunan MBG. Informasi awal menyebutkan, para siswa mengalami gejala mual dan pusing beberapa saat setelah makan siang MBG. Sejumlah siswa langsung dibawa ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan penanganan medis.

Pantauan di Puskesmas Ngamprah, seluruh siswa yang sempat dirawat telah dipulangkan dan kondisi mereka dinyatakan membaik. Sementara di dapur SPPG Sukatani terlihat sejumlah aparat kepolisian dari Inafis Polres Cimahi melakukan pemeriksaan dan mengambil sampel makanan sisa untuk diuji di laboratorium. Selain kepolisian, petugas Dinkes KBB juga berada di lokasi SPPG Sukatani untuk melakukan pemantauan dan evaluasi proses produksi dan distribusi makanan.

Kepala SPPG Sukatani, Muhammad Tiogranada, membantah kejadian tersebut disebabkan menu MBG yang mereka olah. Ia menegaskan seluruh proses memasak dan pendistribusian dilakukan sesuai SOP. “Proses kami sudah sesuai SOP, dari pengolahan bahan hingga distribusi. Kami tidak memasak terburu-buru, bahan juga kami jaga dengan ketat,” ujar Tiogranada ditemui di dapur SPPG.

Berdasarkan pengecekan langsung ke sekolah, katanya, beberapa siswa diketahui berolahraga dan jajan di luar sekolah sebelum menyantap MBG. Hal itu perlu diperiksa juga. Ia menjelaskan, dapur SPPG Sukatani setiap hari memproduksi sekitar 1.200 porsi MBG untuk didistribusikan ke 15 sekolah jenjang PAUD, TK, SD, hingga SMP. Menurutnya, distribusi MBG ke sekolah dilakukan dengan memperhatikan jarak agar makanan tetap higienis dan layak konsumsi.

Sebagai bentuk tanggung jawab, pihaknya langsung membantu proses evakuasi siswa ke Puskesmas. “Kami bergerak cepat. Mobil distribusi dan kendaraan pribadi dapur kami gunakan untuk membawa siswa ke puskesmas,” ujarnya. Terkait kualitas air di Bandung Barat yang terkontaminasi bakteri, dia memastikan, dapurnya tak menggunakan air mentah, melainkan air galon bersih yang diganti setiap hari. “Kami juga mengajukan pemasangan filter UV,” tuturnya.


TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini