
Peringatan dari CEO DBS Bank tentang Potensi Gejolak Pasar Keuangan Global
CEO bank terbesar di Asia Tenggara, DBS Bank, Tan Su Shan, memberikan peringatan penting kepada para investor mengenai potensi gejolak yang mungkin terjadi di pasar keuangan global. Ia menilai bahwa lonjakan valuasi saham di Amerika Serikat bisa memicu koreksi besar dalam waktu dekat.
“Kami telah melihat banyak volatilitas di pasar. Volatilitas ini bisa terjadi pada saham, suku bunga, atau nilai tukar,” ujar Tan saat berbicara kepada CNBC. Menurutnya, ketidakstabilan tersebut belum akan mereda dalam waktu dekat.
Tan mulai memimpin DBS pada Maret lalu menggantikan Piyush Gupta. Ia menyebutkan bahwa kekhawatiran utama investor saat ini muncul dari valuasi tinggi saham teknologi besar yang dikenal sebagai Magnificent Seven: Amazon, Alphabet, Meta, Apple, Microsoft, Nvidia, dan Tesla.
“Misalnya, ada triliunan dolar yang terikat hanya pada tujuh saham itu. Dengan konsentrasi seperti itu, wajar kalau muncul pertanyaan: kapan gelembung ini akan pecah?” ujarnya.
Risiko Koreksi di Wall Street
Dalam konferensi Global Financial Leaders’ Investment Summit di Hong Kong, sejumlah pemimpin keuangan dunia memperkirakan koreksi pasar sebesar 10 hingga 20 persen bisa terjadi dalam satu hingga dua tahun ke depan. CEO Morgan Stanley, Ted Pick, menilai penurunan seperti itu penting untuk menjaga keseimbangan pasar. Tan sepakat dengan pandangan tersebut.
“Terus terang, koreksi akan sehat,” katanya. Beberapa saham teknologi besar, seperti Advanced Micro Devices (AMD) dan Palantir, mencatatkan hasil kuartalan di atas ekspektasi. Namun harga saham keduanya tetap turun, mengikuti pelemahan indeks Nasdaq.
Peringatan Tan sejalan dengan pandangan Dana Moneter Internasional (IMF), Ketua Federal Reserve Jerome Powell, dan Gubernur Bank of England Andrew Bailey, yang menilai harga saham global sudah terlalu tinggi.
Diversifikasi Jadi Kunci
Tan menyarankan investor tidak menaruh semua modal di satu pasar. “Baik itu portofolio investasi, rantai pasokan, atau distribusi permintaan—lakukan diversifikasi,” ujarnya. Dengan pengalaman lebih dari 35 tahun di perbankan dan manajemen kekayaan, Tan melihat Asia berpeluang menarik lebih banyak investasi dari Amerika Serikat. Ia menilai pergeseran tersebut bisa membawa keseimbangan baru bagi ekonomi kawasan.
Menurut Tan, Singapura punya posisi strategis sebagai pusat diversifikasi investasi. “Kami punya supremasi hukum, sistem keuangan yang transparan dan terbuka, serta stabilitas politik. Singapura adalah tempat yang baik untuk berinvestasi,” katanya. “Saya rasa kami bukan tempat yang buruk untuk mempertimbangkan diversifikasi investasi Anda.”
Strategi Investasi yang Tahan Banting
Selain menekankan pentingnya diversifikasi, Tan juga menyoroti perlunya strategi investasi yang lebih tahan banting. Ia menyarankan investor untuk tidak hanya fokus pada saham teknologi, tetapi juga mempertimbangkan aset lain seperti obligasi, real estate, atau instrumen keuangan yang memiliki risiko lebih rendah.
Ia juga menekankan pentingnya memantau perkembangan ekonomi global secara terus-menerus. Dengan situasi yang terus berubah, investor harus siap mengambil langkah cepat dan tepat untuk melindungi portofolio mereka.
Kesimpulan
Peringatan dari Tan Su Shan menjadi pengingat bahwa pasar keuangan global masih penuh ketidakpastian. Meskipun ada potensi koreksi yang bisa terjadi, hal ini juga bisa menjadi kesempatan bagi investor yang bijak untuk menyesuaikan strategi dan memperkuat portofolio mereka. Dengan pendekatan yang tepat, investor dapat menghadapi tantangan ini dengan lebih percaya diri.


















































