
MATCHA telah ada sejak ribuan tahun. Bubuk Bubuk teh hijau itu dibuat dari tanaman camellia sinensis, yang awalnya dibudidayakan untuk produksi teh di Cina sekitar 2700 SM. Namun, matcha populer dari Jepang. Popularitas matcha menular ke berbagai negara termasuk Indonesia.
Matcha disukai karena rasanya yang khas gurih (umami) dan warna hijaunya yang mencolok. Minuman lembut dan creamy ini juga menenangkan dan menyejukkan dengan rasa yang sedikit pahit. Selain itu, teh bubuk itu memiliki beragam manfaat kesehatan.
Khasiat Matcha
Nichola Ludlam-Raine, ahli gizi terdaftar dan penulis buku How Not To Eat Ultra Processed, matcha tidak seperti teh hijau biasa, di mana daun teh diseduh lalu dibuang. Matcha dikonsumsi seluruh daunnya, yang berarti konsentrasi nutrisi dan antioksidan yang lebih tinggi. Daunnya ditanam di tempat teduh, yang meningkatkan kandungan klorofil, sehingga matcha memiliki warna hijau cerah.
Karena itu, matcha kaya akan antioksidan, terutama kelompok yang disebut katekin. Antioksidan ini membantu melindungi sel dari kerusakan akibat radikal bebas. Katekin paling ampuh dalam matcha, EGCG (epigallocatechin gallate), telah dipelajari potensinya dalam mendukung kesehatan jantung dan mengurangi peradangan.
“Matcha juga mengandung L-theanine, asam amino yang mendorong relaksasi, yang dapat meningkatkan fokus dan kewaspadaan,” kata Nichola seperti dilansir The Independent.
Namun, perlu diingat bahwa meski memiliki banyak manfaat kesehatan, konsumsi matcha harus moderat. Matcha tidak bisa diandalkan sebagi satu-satunya nutrisi.
Kafein dalam Matcha
Matcha sering jadi pilihan pengganti kopi. Orang yang sadar kesehatan beralih ke minuman ini karena dapat memberikan dukungan mitokondria dan meningkatkan fokus tanpa rasa gelisah dan lemas seperti yang dapat disebabkan oleh terlalu banyak kopi. Bagi sebagian orang, kandungan kafein dalam matcha cukup untuk memicu perasaan ini, tergantung pada toleransi dan kebiasaan mengonsumsi kafein.
Matcha mengandung sedikit kafein, biasanya 19–44 mg kafein per gram (satu porsi normal berkisar antara 2-4 gram). Namun, jumlah kafein dalam matcha dapat bervariasi berdasarkan beberapa variabel, termasuk kualitas dan kesegaran daun, jumlah bubuk yang digunakan, dan lama penyeduhan.
Karena kadar L-theanine, matcha umumnya dianggap lebih baik untuk kesehatan usus daripada kopi. Kopi lebih asam sehingga lebih keras terhadap mikrobioma usus. Matcha juga memiliki sifat prebiotik, yang dilaporkan dapat membantu mengurangi peradangan, kembung, dan keluhan perut yang biasanya muncul setelah minum minuman berkafein lainnya.
Baca Juga: Cukupkah Kalori Makan Bergizi Gratis Mencegah StuntingBaca Juga: Mengurai Kasus Gagal Ginjal pada AnakBaca Juga: Stunting Juga Mengancam Si Kaya