Nasional Mayoritas Driver Ojol Pilih Diskon 20% Jika Pesanan Lancar dan Ada Asuransi

Mayoritas Driver Ojol Pilih Diskon 20% Jika Pesanan Lancar dan Ada Asuransi

49
0

Kebutuhan Pengemudi Ojek Online di Tengah Perubahan

Banyak pengemudi ojek online (ojol) tidak hanya memandang potongan aplikasi sebagai angka yang terpampang di layar ponsel. Mereka lebih menginginkan kepastian, jumlah pesanan yang stabil, serta perlindungan ketika risiko di jalan muncul. Hal ini menjadi fokus utama dalam survei yang dilakukan oleh Tenggara Strategics pada 16–17 September 2025 lalu.

Dari 1.052 driver ojol aktif di Jabodetabek yang diwawancara, sebanyak 82 persen menyatakan bahwa mereka lebih nyaman dengan skema potongan 20 persen, asalkan pesanan lancar dan ada jaminan tambahan. Jaminan tersebut bukan hanya tentang kesehatan pribadi, tetapi juga perlindungan dari kecelakaan dan bantuan dalam merawat kendaraan, yaitu alat utama untuk mencari nafkah.

Seorang driver di Jakarta Timur, yang sudah lima tahun bekerja sebagai ojol, berujar: “Potongan besar tidak apa-apa, yang penting motor bisa terawat dan badan juga aman.” Ucapan ini menunjukkan bahwa kebutuhan dasar pengemudi adalah perlindungan dan kenyamanan saat menjalankan tugas.

Menariknya, 54 persen responden menyebut potongan 20 persen masih wajar selama aplikasi memberikan manfaat ekstra. Bahkan, beberapa pengemudi yang pernah merasakan potongan 10 persen justru mengaku pendapatan mereka tidak lebih baik. Sebanyak 43 persen mengatakan pendapatan sama, sementara 42 persen merasa lebih rendah. Hanya 15 persen yang benar-benar merasakan peningkatan pendapatan.

Status Hubungan Kerja dan Harapan Tambahan

Soal status hubungan kerja, mayoritas driver ojol tidak mempermasalahkan tetap disebut “mitra”. Bagi mereka, fleksibilitas waktu lebih penting dibandingkan status resmi. Meski begitu, 33 persen responden berharap ada skema mitra plus manfaat tambahan seperti BPJS dan asuransi. Hanya 15 persen yang ingin menjadi karyawan tetap, namun dengan syarat tidak ada seleksi ketat yang menghilangkan banyak rekan-rekan mereka.

Mayoritas pengemudi ojol dalam survei ini berusia 31–40 tahun, diikuti oleh kelompok usia 21–30 tahun. Banyak dari mereka bergabung tiga sampai enam tahun terakhir, khususnya setelah pandemi Covid-19. Bahkan, ada yang baru dua tahun terakhir, terdorong karena kehilangan pekerjaan akibat gelombang PHK. Data Kementerian Ketenagakerjaan mencatat, sejak pandemi hingga kini, lebih dari 42 ribu orang kehilangan pekerjaan.

Kepercayaan dan Representasi Suara Pengemudi

Survei ini dilakukan dengan tingkat kepercayaan 95 persen dan margin of error ±3,04 persen. Tenggara Strategics menyebut hasilnya cukup merepresentasikan suara pengemudi ojol di Jabodetabek. Suara yang sederhana, tetapi penting: potongan bisa dinegosiasikan, tapi jangan sampai mereka kehilangan rasa aman di jalanan.

Dalam situasi yang semakin dinamis, harapan pengemudi ojol terhadap sistem kerja dan perlindungan terus berkembang. Mereka tidak hanya ingin mendapatkan penghasilan yang layak, tetapi juga keamanan dan kenyamanan dalam menjalani profesi mereka. Dengan demikian, perlu adanya komunikasi yang lebih baik antara platform ojol dan para pengemudinya agar kebutuhan dasar dapat terpenuhi secara maksimal.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini