
BSI Menerima Alokasi Dana Rp10 Triliun untuk Memperkuat Pembiayaan
PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) baru-baru ini menerima alokasi dana sebesar Rp10 triliun dari program penempatan dana pemerintah di perbankan nasional. Langkah ini diharapkan dapat memperkuat rasio pembiayaan terhadap dana pihak ketiga (Financing to Deposit Ratio/FDR) dan meningkatkan kemampuan bank dalam menyalurkan pembiayaan ke sektor-sektor produktif.
Direktur Utama BSI, Anggoro Eko Cahyo, menjelaskan bahwa tambahan likuiditas ini akan memberikan dukungan yang kuat bagi kapasitas BSI dalam menyalurkan pembiayaan, khususnya kepada sektor riil yang menjadi penggerak utama perekonomian nasional. Ia juga menyatakan bahwa kebijakan ini dapat membantu mengurangi tekanan terhadap likuiditas perbankan, terutama dalam menghadapi dampak geopolitik global.
Imbal Hasil yang Diterima Pemerintah dari Penempatan Dana
Pemerintah menetapkan imbal hasil sebesar 80,476 persen dari BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI 7-DRR). Hal ini diharapkan menjadi pemicu turunnya imbal hasil dana kelembagaan pemerintah di perbankan, sehingga margin pembiayaan bisa ditekan dan pembiayaan kepada masyarakat serta pelaku usaha menjadi lebih terjangkau.
Saat ini, BI 7-DRR berada di level 5 persen. Artinya, imbal hasil yang diterima pemerintah dari penempatan dana di bank sekitar 4,02 persen, yang lebih rendah dibandingkan rata-rata bunga deposito berjangka tenor 6 bulan pada Juli 2025 sebesar 6,07 persen.
Dana Rp10 Triliun akan Kembali ke Masyarakat
BSI menyatakan siap memanfaatkan dana ini secara optimal, mengingat perannya sebagai bank syariah terbesar di Indonesia. Pembiayaan akan difokuskan pada sektor-sektor yang memberikan dampak langsung terhadap masyarakat dan pertumbuhan ekonomi, seperti UMKM, industri halal, serta program-program strategis pemerintah.
Anggoro menegaskan bahwa sebagai bank yang mendapat amanah men-support program pemerintah seperti Koperasi Desa Merah Putih, penyaluran rumah bersubsidi, dan program Makan Bergizi Gratis, dana ini akan kembali kepada masyarakat dalam bentuk fasilitas pembiayaan. Hal ini diharapkan berdampak pada peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Kinerja Keuangan BSI Hingga Juli 2025
Kinerja keuangan BSI sepanjang 7 bulan pertama tahun ini berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp4,15 triliun per Juli 2025, tumbuh 5,55 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp3,93 triliun.
Pertumbuhan laba BSI ditopang oleh peningkatan signifikan pada sektor pembiayaan. Mengacu pada laporan keuangan bulanan, total pembiayaan BSI mencapai Rp294,92 triliun, meningkat 20,31 persen secara tahunan (year on year/YoY) dibandingkan Rp245,49 triliun pada Juli 2024.
Kinerja pembiayaan yang agresif tersebut turut mendorong pendapatan setelah distribusi bagi hasil mencapai Rp11,21 triliun, atau naik 9,26 persen YoY dari posisi Rp10,25 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Dari sisi pendanaan, BSI juga menunjukkan pertumbuhan yang kuat. Dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun hingga akhir Juli 2025 mencapai Rp327,70 triliun, naik 9,55 persen YoY.
“Sejauh ini kinerja BSI solid dan sustain. Hingga Juli 2025, BSI masih dapat menumbuhkan pembiayaan dobel digit,” ujar Anggoro.
Inovasi Layanan dan Bisnis Baru
Selain itu, BSI juga terus mengembangkan layanan dan bisnis baru. Misalnya, daftar dan pembayaran iuran BPJS Ketenagakerjaan bisa dilakukan melalui agen BSI Smart. Bisnis Bullion Bank juga melesat dengan penjualan emas di BSI yang naik 441 persen. Layanan Bullion Bank akan digenjot dalam acara BSI International Expo 2025.