Nasional Armada Global Berangkat ke Gaza Melawan Blokade Israel

Armada Global Berangkat ke Gaza Melawan Blokade Israel

25
0

Armada Sumud Global Siap Berangkat ke Gaza

Puluhan kapal yang membawa ratusan aktivis dari 44 negara akan berpartisipasi dalam Armada Sumud Global. Rencananya, armada ini akan bertolak ke Gaza dari Spanyol pada hari Ahad, 31 Agustus 2025. Kata “Sumud” berasal dari bahasa Arab dan berarti “kegigihan”.

Komite Internasional untuk Mematahkan Pengepungan di Gaza mengumumkan bahwa Armada Sumud Global akan memulai perjalanannya pada hari Ahad dari Barcelona. Selain itu, ada rencana keberangkatan kedua dari Tunisia pada Kamis pekan depan. Tujuan dari armada ini adalah untuk menentang blokade Israel terhadap wilayah Palestina.

Para peserta akan mencoba menantang blokade laut Israel dan menyampaikan bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan kepada warga Palestina di Gaza. Bantuan tersebut termasuk makanan, obat-obatan, serta susu formula bayi. Kondisi di Gaza saat ini sangat memprihatinkan, dengan banyak warga yang mengalami kelaparan dan kurangnya akses layanan kesehatan.

Beberapa tokoh ternama juga akan ikut serta dalam Armada Sumud Global. Antara lain, Greta Thunberg, aktivis lingkungan asal Swedia, dan Mariana Mortagua, politikus sayap kiri Portugal. Mereka akan bergabung dengan ratusan orang dari 44 negara yang berangkat dari beberapa pelabuhan di Eropa ke Gaza. Selain itu, peserta juga melibatkan aktor Amerika Serikat Susan Sarandon, aktor Irlandia Liam Cunningham, mantan wali kota Barcelona Ada Colau, serta Mandla Mandela, cucu mantan presiden Afrika Selatan Nelson Mandela.

Komite tersebut menekankan bahwa konvoi ini bukan hanya sekadar kapal simbolis yang membawa bantuan, tetapi juga menyampaikan pesan kemanusiaan yang kuat. Pesan ini mencerminkan tekad global untuk mengakhiri pengepungan di Gaza. Setiap kapal membawa seruan harapan bagi warga Gaza dan suara global yang menuntut segera diakhirinya blokade dan ketidakadilan.

Armada Sumud Global terdiri dari empat inisiatif utama: Armada Sumud Maghreb, Gerakan Global ke Gaza, Koalisi Armada Kebebasan, dan Sumud Nusantara. Dalam sebuah pernyataan, komite tersebut menjelaskan bahwa armada ini merupakan protes dunia terhadap “pengepungan dan genosida” di Gaza. Mereka menuduh lembaga-lembaga internasional gagal dan terlibat dalam situasi ini.

Penyelenggara kampanye anti-pengepungan terbaru ini telah meminta pemerintah internasional untuk menekan Israel agar mengizinkan armada mereka—yang terbesar hingga saat ini—mencapai Gaza. Israel telah menggagalkan berbagai upaya serupa selama 15 tahun blokade di Gaza, termasuk penyerbuan oleh pasukan khususnya pada 2010 yang menewaskan setidaknya sembilan aktivis Turki.

Upaya ini merupakan kelanjutan dari upaya-upaya sebelumnya untuk menentang blokade tersebut. Beberapa contohnya termasuk kapal Turki Mavi Marmara pada 2010 dan misi kapal-kapal Al-Dhamir, Madleen, dan Handala tahun ini. Saif Abukeshek, salah satu penyelenggara, mengatakan bahwa kewenangan untuk menekan Israel agar membiarkan armada lewat ada di tangan politikus. Mereka perlu bertindak untuk membela hak asasi manusia dan menjamin perjalanan yang aman bagi armada ini.

Pada Juni lalu, pasukan angkatan laut Israel naik dan menyita sebuah kapal pesiar berbendera Inggris yang membawa Thunberg, bersama kapal-kapal lainnya. Armada Sumud datang di tengah peningkatan Operasi Gideon’s Chariots 2 oleh pasukan pendudukan Israel di Gaza. Operasi ini didukung oleh pemerintahan Amerika Serikat di bawah Donald Trump.

Pasukan angkatan laut Israel mencegat kapal bantuan Handala pada 26 Juli saat mendekati pantai Gaza dan mengawalnya ke Pelabuhan Ashdod. Kapal tersebut telah mencapai sekitar 70 mil laut dari Gaza, melampaui jarak yang ditempuh oleh Madleen, yang mencapai 110 mil sebelum dihentikan.

Sejak Oktober 2023, Israel telah membunuh hampir 63.400 warga Palestina di Gaza. Kampanye militer telah menghancurkan daerah kantong tersebut, yang sedang menghadapi kelaparan. November lalu, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya, Yoav Gallant, atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza. Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) atas perangnya di daerah kantong tersebut.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini