
Pengelolaan Situs Warisan Budaya di Dubrovnik
Dubrovnik, sebuah kota yang terletak di sebelah Laut Adriatik, dikenal dengan bangunan batu kuno dan tembok kota yang menjadi ciri khasnya. Tahun 2025 menjadi tahun yang sangat dinamis bagi kota ini, karena jumlah wisatawan yang mengunjungi ‘Mutiara Laut Adriatik’ terus meningkat. Hampir setengah juta orang telah berkunjung ke Tembok Kota Dubrovnik sepanjang tahun ini, sementara Tembok Ston mencatat rekor jumlah pengunjung pada bulan Juli.
Pemerintah setempat memanfaatkan pendapatan dari kunjungan wisatawan untuk melindungi monumen-monumen yang rapuh. Pendapatan tersebut tidak hanya digunakan untuk pemeliharaan, tetapi juga untuk proyek restorasi yang penting dalam melestarikan warisan budaya.
Pendapatan untuk Restorasi dan Pemeliharaan
Tembok Kota dan Tembok Ston adalah landmark bersejarah yang sangat penting di Dubrovnik. Pendapatan dari penjualan tiket masuk dialokasikan langsung untuk mendanai Society of Friends of Dubrovnik Antiquities (DPDS), sebuah organisasi nirlaba yang bertujuan melestarikan dan mempromosikan situs-situs warisan budaya.
Sebanyak 40 persen dari pendapatan tiket disalurkan ke DPDS, sedangkan sisanya, yaitu 60 persen, masuk ke Kota Dubrovnik. Tahun lalu, DPDS berhasil mengumpulkan sekitar 8 juta euro atau sekitar Rp 152 miliar. Dari jumlah tersebut, 3,6 juta euro berasal dari Dubrovnik Pass, dan 4,8 juta euro dari penjualan tiket langsung. Setelah biaya-biaya seperti gaji karyawan dan pajak dipenuhi, surplus pendapatan dialokasikan untuk proyek restorasi dan pemeliharaan situs-situs warisan yang berkelanjutan.
Proyek Restorasi Situs Warisan Budaya
Dana yang diperoleh digunakan untuk pengembangan proyek strategis baru dan pemeliharaan rutin. Salah satu proyek besar adalah restorasi Benteng Koruna di Ston, yang diperkirakan akan dibuka pada awal musim turis 2026. Proyek ini merupakan salah satu yang paling padat modal, menunjukkan betapa pentingnya melestarikan landmark bersejarah di Kroasia.
Selain itu, ada proyek lain yang sedang berlangsung, seperti restorasi Mala Kua di Pulau Lopud, yang akan diintegrasikan ke dalam Istana Rektor yang ikonis. Istana Rektor di Janjina juga sedang dipersiapkan untuk inspeksi teknis dan akan segera dibuka untuk umum setelah izin yang diperlukan diperoleh.
Strategi untuk Pariwisata Berkelanjutan
Cara Dubrovnik menghadapi lonjakan wisatawan dinilai dapat membantu mendukung pariwisata berkelanjutan dan mengurangi beban pada objek wisata. Sebelumnya, Kepulauan Balearic menerapkan pajak ekologi pada tahun 2016 untuk mengatasi dampak negatif pariwisata terhadap ekosistem pulau yang rapuh di Menorca, Majorca, Formentera, dan Ibiza. Pendapatan dari pajak ini digunakan untuk mendanai proyek-proyek budaya dan sejarah.
Slovenia juga menggunakan pendapatan pariwisata untuk mendanai revitalisasi dan pelestarian situs yang sedang berlangsung. Ini mencakup revitalisasi taman, renovasi struktur kastil, serta pengembangan produk pariwisata dan budaya baru seperti jalur bertema dan pengalaman realitas virtual.
Kesimpulan
Dengan pendekatan yang tepat, Dubrovnik mampu menjaga keseimbangan antara pertumbuhan pariwisata dan perlindungan situs warisan budaya. Pendapatan yang dihasilkan dari kunjungan wisatawan tidak hanya digunakan untuk pemeliharaan, tetapi juga untuk proyek restorasi yang berkelanjutan. Hal ini memberikan contoh bagaimana kota-kota sejarah dapat mengelola wisata secara bertanggung jawab tanpa mengorbankan nilai budaya mereka.


















































