
Film Animasi Merah Putih One For All Dikritik karena Kualitas yang Kurang Memuaskan
Film animasi Merah Putih One For All telah tayang di bioskop sejak 14 Agustus 2025 lalu. Meskipun film ini diharapkan menjadi karya yang mewakili industri animasi Indonesia, banyak penonton merasa kecewa dengan kualitasnya. Beberapa pengguna menganggap film ini terlalu terburu-buru dalam proses produksi dan tidak layak disebut sebagai karya yang membanggakan.
Beberapa ulasan negatif bermunculan di berbagai platform. Di situs IMDb, film ini mendapatkan rating sekitar satu bintang dari 128 pengguna. Banyak pengguna menyampaikan kekecewaan mereka terhadap kualitas visual dan narasi yang dianggap kurang memadai. Salah satu komentar menyoroti bahwa film ini terlihat seperti pemborosan uang dan bahkan dinilai sebagai penghinaan bagi industri animasi Indonesia.
“Kualitasnya buruk, saya akan memberi nilai minus kalau bisa. Sungguh pemborosan uang dan penghinaan bagi animasi Indonesia. Saya juga memperhatikan beberapa karakter dicuri dan plot yang dihasilkan AI juga terlihat jelas. Saya sarankan kalian untuk tidak menonton ini, baik untuk bersenang-senang maupun untuk konten, karena sama sekali tidak layak ditonton,” tulis salah satu pengguna.
Pengguna lain menambahkan: “Kita semua sepakat film ini pantas mendapatkan rating satu. Tidak perlu penjelasan, tonton saja trailernya. Mimpi buruk. Malah, menurutku karya/tugas mahasiswa animasi semester awal jauh lebih bagus daripada ini. Film ini tampak belum selesai, bahkan tidak layak disebut storyboard.”
Proses Produksi yang Unik dan Tantangan yang Dihadapi
Meski kritik terus mengalir, produser dan sutradara film Merah Putih One For All membantah isu bahwa film ini membutuhkan dana besar. Mereka menyatakan bahwa proses produksinya nyaris tanpa biaya karena digarap oleh tim secara sukarela tanpa bayaran. Tim sepakat untuk membagi keuntungan jika film ini berhasil menghasilkan pendapatan saat tayang di bioskop.
Namun, kritik terhadap kualitas film tetap menghiasi diskusi publik. Film ini mencuri perhatian banyak orang, baik dari para penggemar animasi maupun masyarakat umum. Pro dan kontra terus mewarnai penayangan film ini, membuatnya menjadi topik hangat di media sosial dan forum diskusi.
Alur Cerita yang Mengedepankan Niat Baik
Merah Putih One For All menceritakan tentang sejumlah anak yang tergabung dalam Tim Merah Putih. Mereka diberi tugas untuk menjaga bendera pusaka yang akan dikibarkan dalam upacara Kemerdekaan 17 Agustus. Namun, sebelum perayaan tiba, bendera tersebut hilang secara misterius.
Delapan anak dari berbagai latar belakang budaya seperti Betawi, Papua, Medan, Tegal, Jawa Tengah, Makassar, Manado, dan Tongkok melakukan pencarian untuk menemukan bendera Merah Putih yang hilang. Mereka harus melintasi sungai, hutan, hingga gunung, serta menghadapi berbagai rintangan selama perjalanan.
Selama perjalanan, mereka harus mampu meredam ego demi tetap pada tujuan awal yaitu menemukan bendera Merah Putih agar dapat dikibarkan pada Hari Kemerdekaan. Alur cerita ini bertujuan untuk menyampaikan pesan penting tentang kerja sama, persatuan, dan semangat kebangsaan.
Kesimpulan
Meski memiliki niat baik dan pesan yang positif, Merah Putih One For All masih dianggap kurang memenuhi harapan oleh sebagian penonton. Kritik terhadap kualitas visual, narasi, dan produksi yang dianggap terburu-buru terus menghiasi diskusi publik. Bagaimanapun, film ini tetap menjadi bahan perbincangan yang menunjukkan antusiasme masyarakat terhadap karya animasi lokal.