
Film Animasi Merah Putih: One for All yang Menjadi Sorotan
Film animasi Merah Putih: One for All kembali menjadi perbincangan setelah menempati posisi terbawah dalam daftar film-film yang sedang tayang di bioskop Indonesia. Meski memiliki anggaran produksi yang mencapai miliaran rupiah, film ini hanya berhasil menarik jumlah penonton yang jauh lebih kecil dibandingkan film-film lain.
Sampai Senin, 18 Agustus 2025, film yang dirilis pada 14 Agustus lalu hanya ditonton oleh sekitar 2.276 orang. Angka ini sangat jauh dari jumlah penonton film seperti Demon Slayer Infinity Castle, yang sudah mencapai lebih dari satu juta penonton. Dalam beberapa hari pertama penayangan, jumlah penontonnya meningkat secara bertahap. Pada hari pertama, film ini hanya ditonton oleh 720 orang.
Jika diasumsikan pendapatan per penonton adalah sebesar Rp15 ribu, maka total pendapatan yang diperoleh dari film ini hanya sekitar Rp34.140.000. Angka ini dihitung berdasarkan estimasi yang pernah diungkapkan oleh Triawan Munaf saat menjabat Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf). Ia menjelaskan bahwa pendapatan sebuah film bisa dilihat dari jumlah penontonnya. Produser mendapatkan rata-rata Rp15.000 per tiket yang terjual, dan angka tersebut dikalikan dengan jumlah penonton untuk memperoleh total pendapatan.
Rating Terendah dan Penurunan Jadwal Tayang
Film animasi ini juga mendapat banyak kritik dari netizen, terutama mengenai kualitas dan proses pembuatannya. Di platform IMDb, film ini hanya meraih rating 1 dari 10 bintang, menjadikannya salah satu film animasi lokal dengan skor terendah. Selain itu, jumlah jadwal tayang film ini mulai mengalami penurunan. Di beberapa bioskop, jumlah pemutaran film ini semakin sedikit.
Di Kemang Village XXI, misalnya, masih tersedia empat jadwal pemutaran yakni pukul 13.30, 14.55, 16.20, dan 20.10. Sementara itu, di Kelapa Gading XXI dan Alam Sutera XXI, masing-masing hanya tersisa dua jadwal. Di Puri XXI dan Mega Bekasi XXI, film ini hanya mendapat satu slot tayang. Bahkan, di Metmall Cileungsi XXI, film ini sudah tidak lagi diputar.
Alasan Penonton Menonton Film Ini
Beberapa penonton mengaku menonton film ini karena penasaran. Sisil, seorang penonton, mengatakan bahwa ia menonton karena ingin melihat bagaimana kualitas film ini. Ia menyebut bahwa ceritanya cukup baik, namun kualitas visualnya jauh dari harapan. Dayat, penonton lainnya, juga menyampaikan alasan serupa, yaitu ingin mengetahui bentuk film tersebut.
Kritik dari Sutradara Ternama
Sutradara ternama Hanung Bramantyo memberikan komentar keras terhadap film animasi ini. Ia menilai ada proses yang tidak jujur dalam pembuatan film ini. Meskipun sebelumnya beredar kabar bahwa film ini dibuat dengan anggaran hingga Rp6-7 miliar, akhirnya diklarifikasi bahwa angka tersebut tidak benar. Namun, Hanung tetap merasa ada sesuatu yang tidak wajar dalam proses produksinya.
Ia menegaskan bahwa investasi uang miliaran bukanlah hal yang mudah. Ia menyarankan para kreator dan investor untuk lebih hati-hati dalam menginvestasikan dana mereka. “Uang 6 miliar itu gede, itu bukan hal kecil,” ujarnya. Ia juga menilai bahwa pengelolaan dana yang tidak tepat sasaran membuat proyek film ini terkesan sia-sia.
Hanung Bramantyo juga menyampaikan bahwa film ini belum sepenuhnya selesai dalam proses produksi, namun dipaksakan untuk tayang. Hal ini menunjukkan bahwa ada ketidakprofesionalan dalam pengelolaan proyek film tersebut. Ia menilai bahwa film ini tidak layak disebut sebagai karya seni yang membanggakan.