
Latar Belakang Film Animasi Merah Putih One For All
Film animasi yang diberi judul Merah Putih One For All kini menjadi sorotan publik di Indonesia. Gagasan pembuatan film ini berasal dari dua tokoh, yaitu Bintang Takari dan Endiarto. Bintang Takari dikenal sebagai seorang animator yang tinggal di Singapura. Ia kemudian menjadi sutradara film animasi yang berbiaya hampir Rp 7 miliar. Sementara itu, Endiarto bertindak sebagai produser eksekutif.
Meski film ini memiliki ambisi besar untuk menyebarkan semangat persatuan melalui petualangan delapan anak dari berbagai suku di Indonesia, informasi mengenai kedua tokoh tersebut sangat minim. Bahkan, tidak banyak data yang tersedia tentang latar belakang mereka di media sosial atau internet. Selain itu, rumah produksi yang terlibat dalam pembuatan film ini, yaitu Perfiki Kreasindo, juga tidak memberikan banyak informasi.
Keterbatasan Informasi Tentang Produsen dan Tim
Akun Instagram @perfiki.tv, yang diduga milik rumah produksi tersebut, tampaknya belum memproduksi film apa pun. Hanya terlihat aktivitas seperti penyelenggaraan acara Pemilihan Putri Asuransi Indonesia. Jumlah pengikut yang sedikit menunjukkan bahwa Perfiki Kreasindo bukan perusahaan besar dalam industri film. Namun, dalam sebuah video yang diunggah di akun tersebut pada tanggal 4 April 2025, terdapat foto Endiarto, yang juga merupakan CEO Perfiki Kreasindo, sedang berdiskusi dengan Wakil Menteri Kebudayaan, Giring Ganesha, mengenai program-program kebudayaan.
Sementara itu, jejak digital Bintang Takari, sang sutradara dan animator, sangat minim. Akun Instagram yang diduga miliknya hanya memiliki nol unggahan, nol pengikut, dan dua orang yang mengikuti.
Jadwal Tayang dan Strategi Harga Tiket
Film Merah Putih One For All akan dirilis secara serentak di bioskop mulai 14 Agustus 2025. Dalam rangka merayakan hari kemerdekaan, yaitu 17 Agustus 2025, harga tiket film ini ditawarkan dengan harga spesial, yaitu Rp17.000. Hal ini dilakukan sebagai bentuk apresiasi terhadap masyarakat.
Namun, meskipun memiliki rencana strategis dalam pemasaran, film ini justru mendapat kritik tajam dari kalangan pengamat dan penonton. Banyak yang menganggap animasi dalam film ini kaku dan tidak sesuai standar industri. Cerita dan grafis film ini dinilai jauh di bawah standar film animasi modern, padahal telah menghabiskan anggaran nyaris Rp 7 miliar.
Perbandingan dengan Film Animasi Lain
Beberapa orang bahkan membandingkan kualitas film Merah Putih: One For All dengan film animasi “Jumbo”, yang sukses menarik lebih dari 10 juta penonton di bioskop dan tercatat sebagai film animasi terlaris sepanjang masa di Indonesia. Hal ini membuat film ini semakin dikritik karena biaya produksi yang besar tetapi hasil yang tidak memadai.
Proses Produksi dan Dukungan Anggaran
Film Merah Putih: One For All diproduksi oleh Perfiki Kreasindo di bawah Yayasan Pusat Perfilman H Usmar Ismail. Toto Soegriwo bertindak sebagai produser utama, sementara Endiarto dan Bintang Takari bertugas sebagai sutradara dan penulis naskah. Beberapa sumber menyebutkan bahwa film ini mendapatkan pendanaan dari pemerintah.
Film ini dimaksudkan sebagai simbol persatuan dan semangat kebangsaan. Namun, justru memicu perdebatan mengenai kualitas film, transparansi anggaran, serta etika produksi. Kritik ini menunjukkan bahwa film ini masih memiliki banyak hal yang perlu diperbaiki agar bisa mencapai ekspektasi yang diharapkan.


















































