Karnaval Nusantara Menari Menghadirkan Keberagaman Budaya di Yogyakarta
Ribuan seniman dari berbagai daerah di Indonesia hadir dalam karnaval yang bertajuk Indonesian Street Performance Jogja Cross Culture: Nusantara Menari, di kawasan Malioboro, Yogyakarta, pada Rabu malam, 6 Agustus 2025. Acara ini menjadi bagian dari agenda perhelatan Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI) 2025 yang diselenggarakan di Kota Yogyakarta, 5-9 Agustus 2025.
Para peserta karnaval melakukan aksi street performance atau seni pertunjukan di ruang publik, menampilkan kekhasan budaya masing-masing daerah. Jalanan Malioboro dijadikan sebagai panggung terbuka untuk merayakan keberagaman budaya nusantara.
Kekayaan Warisan Budaya
Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo menjelaskan bahwa Karnaval Nusantara Menari terbagi dalam tiga bingkai utama yang menampilkan kekayaan warisan budaya Indonesia. Bingkai-bingkai tersebut adalah Pusaka Wastra Nusantara, Pusaka Kriya Nusantara, dan Pusaka Ksatria Nusantara.
Di bingkai Pusaka Wastra Nusantara, para penari menghadirkan pertunjukan yang mengangkat kain-kain khas dari berbagai daerah. Menurut Hasto, wastra tidak hanya merepresentasikan keberagaman visual, tetapi juga menjadi simbol kemajuan teknologi sandang Nusantara di masa lampau.
Pada Pusaka Kriya Nusantara, para penampil membawakan seni kerajinan daerah, khususnya topeng. Hasto menyebutkan bahwa ragam gaya topeng mencerminkan kreativitas, daya imajinasi, serta identitas budaya tiap daerah. Topeng menjadi cermin hidup dari pusaka kriya Nusantara.
Sementara itu, di bingkai Pusaka Ksatria Nusantara, setiap daerah mempersembahkan figur lokal heroik. Hal ini bertujuan sebagai simbol kualitas manusia unggul dari wilayah masing-masing. Penampilan ini juga dilengkapi dengan berbagai senjata tradisional sebagai lambang semangat perjuangan dan nilai-nilai kebangsaan dalam membangun peradaban Nusantara.
Ruang Budaya Strategis
Hasto menjelaskan bahwa karnaval Nusantara Menari berlangsung di kawasan Malioboro, yang menjadi bagian dari Sumbu Filosofi Yogyakarta (Panggung Krapyak–Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat–Tugu Golong Gilig). Ia menilai tempat ini merupakan ruang kultural strategis yang menyatukan beragam ekspresi budaya.
Etalase Budaya Nusantara
Pemerintah Kota Yogyakarta memanfaatkan potensi tersebut melalui kolaborasi dengan Jogja Cross Culture (JCC) untuk mempersembahkan Indonesian Street Performance sebagai etalase budaya Nusantara. Atraksi seni dari berbagai daerah ini sekaligus menjadi cara Yogya mempererat solidaritas dan hubungan antardaerah dalam semangat kebinekaan.
Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta Yetti Martanti menyampaikan bahwa JKPI 2025 dihadiri oleh ribuan peserta dari 68 daerah dari total 75 anggota kabupaten/kota jaringan JKPI. “Karnaval ini melibatkan tak kurang dari 2.000 peserta dari 30 anggota JKPI dari berbagai kabupaten/kota Indonesia,” ujar Yetti.
Beragam Tarian dan Seni Budaya
Selain karnaval, acara ini juga menyajikan berbagai pertunjukan tari dan seni budaya yang mewakili kekayaan nusantara. Setiap daerah turut serta dalam pameran seni dan tari yang menampilkan tradisi dan inovasi. Masyarakat dan wisatawan dapat menyaksikan langsung bagaimana seni dan budaya dari berbagai wilayah Indonesia saling berkumpul dan bersinergi.
Dalam rangkaian acara JKPI 2025, para peserta dan pengunjung juga dapat menikmati berbagai aktivitas lain seperti pameran seni, diskusi budaya, dan workshop seni. Acara ini memberikan wadah bagi seniman dan komunitas budaya untuk berbagi dan memperluas jaringan mereka.
Dengan adanya karnaval ini, Yogyakarta kembali menegaskan perannya sebagai pusat budaya yang mampu menyatukan berbagai elemen keberagaman nusantara. Melalui seni dan pertunjukan, masyarakat dapat lebih memahami dan menghargai kekayaan budaya Indonesia.



