
Kematian Bayi di Desa Bahomotefe Memicu Kecemasan terhadap Pelayanan Kesehatan
Kasus kematian seorang bayi di Desa Bahomotefe, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, kembali memicu sorotan tajam terhadap kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit dan puskesmas setempat. Kejadian ini menimbulkan pertanyaan besar tentang prosedur penanganan pasien yang berisiko tinggi, terutama ibu hamil dengan kondisi medis khusus.
Latar Belakang Kasus
Seorang ibu berusia 24 tahun dengan riwayat kehamilan berisiko tinggi datang ke RSUD Bungku. Ia membawa dua hasil USG dari dokter spesialis kandungan dan dokter umum yang menunjukkan bahwa bayi dalam kandungannya memiliki ukuran yang besar dan membutuhkan tindakan operasi caesar segera. Namun, ketika sampai di rumah sakit, dokter spesialis yang bertugas justru menyatakan bahwa berat bayi hanya sekitar 2,8 kilogram, sehingga bisa dilahirkan secara normal.
Akibatnya, pasien dipulangkan dan diarahkan untuk bersalin di Puskesmas Bahomotefe. Dua minggu kemudian, pada pukul 02.00 WITA, ketuban pasien pecah. Keluarga meminta tindakan caesar, tetapi tidak langsung mendapatkan respons. Pasien menunggu selama lebih dari delapan jam, dan ketika waktu yang dijanjikan tiba, kepala bayi sudah berada di pintu lahir, sehingga tindakan operasi tidak lagi mungkin dilakukan.
Proses Persalinan yang Berujung pada Kematian
Setelah proses persalinan normal yang berlangsung hampir tiga jam, dibantu oleh beberapa tenaga medis, bayi akhirnya lahir dalam kondisi meninggal dunia. Sang ibu mengalami luka serius serta trauma fisik dan psikologis. Hingga berita ini diturunkan, keluarga korban masih belum mendapatkan penjelasan maupun bentuk pertanggungjawaban dari RSUD Bungku maupun Puskesmas Bahomotefe.
Tanggapan dari Anggota DPRD
Anggota DPRD Morowali, Muslimin Dg Masiga atau MDM, mengecam tindakan yang dianggap sebagai kelalaian dalam penanganan pasien. Menurutnya, kasus ini bukan sekadar kesalahan prosedur, melainkan tragedi kemanusiaan yang memperlihatkan adanya kelemahan dalam sistem pelayanan kesehatan.
“Ini bukan sekadar kesalahan prosedur. Ini tragedi kemanusiaan. DPRD tidak bisa tinggal diam ketika pelayanan kesehatan diduga lalai hingga merenggut nyawa bayi. Kami mendesak dilakukan pemeriksaan total, audit medis menyeluruh, serta RDP dengan seluruh pihak terkait,” ujarnya.
MDM juga meminta Dinas Kesehatan Morowali untuk turun langsung melakukan investigasi mendalam dan membuka seluruh kronologi penanganan pasien secara transparan kepada publik. Ia menegaskan bahwa setiap fasilitas kesehatan wajib memberikan pelayanan cepat bagi ibu risiko tinggi, dan keterlambatan seperti ini tidak boleh terjadi lagi.
Tindakan yang Diambil oleh Fraksi MDM
Fraksi MDM memastikan akan mengawal kasus ini hingga tuntas dan mendorong penegakan akuntabilitas di seluruh fasilitas kesehatan. Mereka menekankan pentingnya tanggung jawab institusi kesehatan dalam menjaga keselamatan pasien, terutama mereka yang berisiko tinggi.
Harapan Masyarakat
Masyarakat Bahomotefe kini menantikan langkah konkret pemerintah daerah untuk memastikan tragedi serupa tidak kembali terulang. Mereka berharap ada perbaikan sistem pelayanan kesehatan dan peningkatan kesadaran para tenaga medis terhadap risiko yang muncul dalam situasi seperti ini.
Dengan adanya kasus ini, muncul kekhawatiran bahwa pelayanan kesehatan di wilayah tersebut belum cukup memadai. Diperlukan evaluasi menyeluruh agar kejadian serupa tidak terulang dan keselamatan pasien menjadi prioritas utama.






















































