

Gunung Merapi, yang terletak di perbatasan antara Magelang dan Boyolali, Jawa Tengah, kembali menunjukkan aktivitas vulkaniknya. Pada Senin (24/11) pagi, gunung ini meluncurkan awan panas yang mengkhawatirkan masyarakat sekitar.
Berdasarkan informasi dari Badan Geologi, guguran awan panas terjadi pada pukul 09:20 WIB dengan estimasi jarak luncur mencapai 1.500 meter atau setara 1,5 kilometer. Awan panas tersebut memiliki amplitudo maksimal sebesar 40 mm dan berlangsung selama 106 detik.
Awan panas tersebut mengarah ke wilayah barat, sehingga masyarakat diminta untuk tetap waspada. “Guguran mengarah ke barat daya hulu Kali Putih dan Krasak,” demikian peringatan dari Badan Geologi.
Aktivitas Gunung Merapi saat ini berada pada tingkat SIAGA (Level III), yang berarti potensi bahaya masih ada dan masyarakat harus mematuhi rekomendasi resmi. Berikut adalah beberapa rekomendasi yang dikeluarkan oleh Badan Geologi terkait dengan aktivitas Gunung Merapi:
Potensi bahaya saat ini meliputi guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya. Daerah yang terkena dampak meliputi Sungai Boyong hingga jarak maksimal 5 km, Sungai Bedog, Krasak, dan Bebeng hingga jarak maksimal 7 km. Di sektor tenggara, bahaya juga meliputi Sungai Woro hingga jarak maksimal 3 km dan Sungai Gendol hingga jarak maksimal 5 km. Jika terjadi letusan eksplosif, lontaran material vulkanik dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.
Suplai magma yang masih berlangsung dapat memicu terjadinya awan panas guguran di dalam daerah potensi bahaya. Hal ini menjadi perhatian serius bagi para ahli geologi.
Masyarakat diminta tidak melakukan kegiatan apa pun di daerah yang dianggap sebagai zona potensi bahaya. Area ini sangat rentan terhadap ancaman dari guguran dan awan panas.
Selain itu, masyarakat diimbau untuk mewaspadai bahaya lahar dan awan panas guguran (APG), terutama saat terjadi hujan di sekitar Gunung Merapi. Hujan dapat memperparah risiko lahar yang bisa mengalir ke daerah sekitar.
Abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi juga bisa menyebabkan gangguan kesehatan dan lingkungan. Masyarakat disarankan untuk memperhatikan kondisi udara dan menghindari paparan abu.
Jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan, maka tingkat aktivitas Gunung Merapi akan segera ditinjau kembali. Perubahan ini bisa memicu peningkatan risiko yang lebih besar.
Dengan adanya aktivitas seperti ini, penting bagi masyarakat sekitar untuk selalu memantau informasi resmi dan menjaga kesadaran akan bahaya alam yang bisa terjadi kapan saja. Dengan langkah-langkah pencegahan yang tepat, risiko terhadap keselamatan dan kesejahteraan masyarakat dapat diminimalkan.






















































