
Inovasi Aplikasi Ngupahan Berhasil Menekan Sampah Makanan di Kabupaten Bogor
Pemerintah Kabupaten Bogor berhasil mencatatkan pencapaian signifikan dalam mengurangi sampah makanan rumah tangga. Melalui inovasi aplikasi “Ngupahan” yang terintegrasi dengan Taman B2SA (beragam, bergizi, seimbang, dan aman), tingkat sampah makanan berhasil ditekan hingga 55%. Selain itu, lebih dari 1.131 kilogram pangan berhasil diselamatkan.
Sekretaris Daerah Kabupaten Bogor, Ajat Rochmat Jatnika, menyampaikan capaian ini saat menerima kunjungan Tim Validasi Innovative Government Award (IGA) 2025 di Dinas Ketahanan Pangan (DKP), Cibinong, Kabupaten Bogor. Ia menjelaskan bahwa hanya empat persen sampah makanan yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Hal ini menjadi bukti adanya perubahan perilaku masyarakat.
Perubahan Perilaku Masyarakat Mulai Terbentuk
Sebelum inovasi diterapkan, tingkat sampah makanan rumah tangga masih cukup tinggi. Namun, setelah intervensi Taman B2SA dan aplikasi “Ngupahan” dilakukan, tingkat food waste berhasil dikurangi hingga 55%. Hingga Oktober 2025, total pangan yang diselamatkan mencapai 1.131,585 kilogram.
Ajat menjelaskan bahwa aplikasi “Ngupahan” memiliki makna yang bermakna. Kata “Ngupahan” merupakan singkatan dari ngabagi (membagi), ngubah (mengubah), dan ngurai (mengurai) sampah makanan. Aplikasi ini berperan sebagai penghubung antara pangan berlebih dan warga yang membutuhkan. Selain itu, aplikasi ini juga membantu mengalihkan sebagian sampah organik ke pengolahan kompos.
Fitur Unggulan Aplikasi “Ngupahan”
Salah satu fitur utama dari aplikasi “Ngupahan” adalah “piring berbagi”. Warga yang memiliki kelebihan makanan atau bahan pangan dapat mengunggah informasi dan membagikannya kepada masyarakat sekitar. Fitur ini tidak hanya membantu mengurangi sampah makanan, tetapi juga memberikan manfaat sosial bagi warga yang membutuhkan.
Selain itu, fitur “bank komposter” mendorong pemilahan sampah makanan untuk diolah menjadi kompos. Dengan demikian, sampah makanan tidak langsung dibuang ke TPA, melainkan diolah menjadi bahan yang bermanfaat.
Peran Taman B2SA dalam Edukasi Pola Konsumsi
Taman B2SA kini berkembang di 40 kecamatan dan menjadi basis edukasi pola konsumsi beragam, bergizi, seimbang, dan aman. Dari taman-taman ini, perubahan perilaku konsumsi dan pengelolaan pangan rumah tangga mulai terbentuk.
Ajat menegaskan bahwa penurunan tingkat food waste dan peningkatan jumlah pangan yang terselamatkan memberikan dampak positif pada pengurangan beban TPA. Kabupaten Bogor, yang menghasilkan sekitar 3.000 ton sampah per hari, kini hanya mencatat 4% sampah makanan yang benar-benar masuk TPA.
Manfaat Lingkungan dan Sosial
Dengan pengurangan sampah makanan, lingkungan juga ikut terlindungi. Pengolahan sampah organik menjadi kompos tidak hanya mengurangi limbah, tetapi juga meningkatkan kualitas tanah untuk pertanian. Selain itu, partisipasi masyarakat dalam membagikan makanan berlebih memberikan dampak sosial yang positif, terutama bagi kelompok masyarakat yang kurang mampu.
Inovasi ini menunjukkan bahwa perubahan bisa terjadi jika ada kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat. Dengan teknologi dan pendidikan, masyarakat dapat diajarkan untuk mengelola sumber daya secara lebih efisien dan berkelanjutan.
Kedepannya
Kabupaten Bogor terus berkomitmen untuk mempertahankan dan meningkatkan inovasi ini. Dengan terus mengembangkan program-program seperti Taman B2SA dan aplikasi “Ngupahan”, diharapkan angka sampah makanan akan semakin berkurang dan pangan yang terselamatkan akan semakin bertambah.






















































