Ragam Dapur SPPG Bandung Kini Kolaborasi dengan Buruan SAE

Dapur SPPG Bandung Kini Kolaborasi dengan Buruan SAE

17
0

Program Dapur SPPG di Kota Bandung Mulai Berkembang

Program Dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Kota Bandung mulai menunjukkan perkembangan yang signifikan. Salah satu inisiatif yang dilakukan adalah kerja sama dengan Buruan SAE dalam memenuhi kebutuhan bahan pangan segar. Saat ini, dapur SPPG telah beroperasi di beberapa lokasi, termasuk Batununggal dan Kiaracondong, yang aktif bekerja sama dalam penyediaan komoditas pangan.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung, Gin Gin Ginanjar, menjelaskan bahwa pola kerja sama ini masih berada pada tahap awal. Ia menyebutkan bahwa saat ini baru ada sekitar satu hingga dua dapur yang mulai menjalin kerja sama melalui koperasi. Seluruh bahan yang disuplai berasal dari Buruan SAE, kecuali komoditas yang tidak tersedia yang kemudian dipenuhi melalui petani binaan lain.

Komoditas yang paling banyak disuplai untuk kebutuhan produksi MBG adalah sayuran, terutama wortel, buncis, dan pakcoy. DKPP juga tengah menyesuaikan pola tanam Buruan SAE agar selaras dengan kebutuhan standar dapur SPPG. Selain itu, pihaknya telah memberikan pelatihan budidaya kepada para pemuda, termasuk anggota karang taruna, agar dapat terlibat sebagai pemasok sayuran.

Meski demikian, kapasitas pemenuhan pasokan masih jauh dari memadai. Gin Gin mencontohkan, satu dapur baru mampu menerima sekitar 25 kilogram wortel dan 20–25 kilogram buncis dari Buruan SAE. Padahal, kebutuhan ideal satu dapur SPPG mencapai 150–200 kilogram bahan pangan per hari untuk mendukung proses produksi.

Dalam skema yang berjalan saat ini, koperasi berfungsi sebagai pemasok cadangan ketika pemasok utama tidak dapat memenuhi permintaan. Namun, pihaknya menilai kerja sama masih perlu diperluas, terutama di tingkat penyedia layanan MBG. “Pihak MBG saat ini masih belum sepenuhnya membuka diri untuk memperluas pola kerja sama,” tandasnya.

Tantangan dan Langkah Penyelesaian

Salah satu tantangan utama yang dihadapi program ini adalah kurangnya pasokan bahan pangan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan harian dapur SPPG. Meskipun Buruan SAE telah menjadi sumber utama, kapasitas produksi mereka masih terbatas. Hal ini membuat DKPP harus mencari alternatif lain, seperti melibatkan petani binaan yang lebih luas.

Selain itu, perlu adanya peningkatan koordinasi antara DKPP, Buruan SAE, dan para petani binaan. Dengan begitu, pasokan bahan pangan bisa lebih stabil dan mencapai target yang ditetapkan. Pelatihan budidaya juga menjadi langkah penting untuk meningkatkan keterampilan para petani dan memastikan kualitas hasil pertanian.

Strategi Pengembangan Masa Depan

Untuk mengatasi kendala ini, DKPP sedang merancang strategi pengembangan yang lebih luas. Salah satunya adalah memperluas jaringan kerja sama dengan pihak-pihak lain, baik dari kalangan swasta maupun masyarakat. Dengan adanya kerja sama yang lebih luas, diharapkan pasokan bahan pangan akan lebih mudah dipenuhi dan lebih efisien.

Selain itu, DKPP juga akan fokus pada pengembangan infrastruktur pertanian yang lebih modern. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil pertanian. Dengan teknologi yang lebih canggih, petani bisa memproduksi lebih banyak dan lebih berkualitas.

Kesimpulan

Program Dapur SPPG di Kota Bandung memiliki potensi besar untuk mendukung ketahanan pangan masyarakat. Namun, masih ada beberapa tantangan yang perlu diatasi, seperti kapasitas pasokan yang terbatas dan kurangnya koordinasi antara berbagai pihak. Dengan upaya yang terus-menerus, diharapkan program ini bisa berkembang lebih pesat dan memberikan manfaat yang lebih luas bagi masyarakat.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini