
Pembangunan Rumah Sakit Kardiologi Emirates–Indonesia di Solo Memasuki Tahap Akhir
Rumah sakit kardiologi yang berada di Kota Solo, Jawa Tengah, kini telah memasuki tahap akhir pembangunan. Proyek yang dibiayai oleh Pemerintah Uni Emirat Arab (UEA) ini akan segera diresmikan dan siap beroperasi. Meskipun pembangunan dimulai pada masa pemerintahan Wali Kota Solo sebelumnya, kini pengelolaannya telah diserahkan kepada pihak yang lebih terkait dengan sektor kesehatan.
Fasilitas Modern dan Kapasitas yang Luas
RS Kardiologi Emirates–Indonesia memiliki kapasitas sebanyak 130 kamar. Fasilitas yang tersedia sangat lengkap, mulai dari ruang ICU, PICU, IGD, hingga laboratorium khusus seperti cath lab dan ruang operasi. Selain itu, rumah sakit ini juga dilengkapi dengan fasilitas konsultasi, observasi monitoring, treadmill, serta ruang untuk prosedur jantung dan neurologi. Tersedia juga kamar VIP dan perawatan umum yang dapat digunakan oleh pasien.
Pengelolaan Sementara oleh RSUP Dr. Sardjito
Saat ini, pengelolaan rumah sakit tersebut masih berada di bawah Kementerian Kesehatan. Untuk sementara waktu, rumah sakit ini dikelola oleh RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Hal ini dilakukan sebagai bagian dari strategi percepatan operasional agar layanan kesehatan bisa segera dirasakan oleh masyarakat.
Wali Kota Solo, Respati Ardi, menyampaikan bahwa rumah sakit ini sudah menerima pasien. “Karena Sardjito memiliki pasien yang sangat banyak, maka kita alhamdulillah mendapat limpahan dari pasien Jogja,” ujarnya. Selain itu, rumah sakit ini juga terbuka bagi masyarakat umum yang ingin menggunakan layanan BPJS Kesehatan dengan mekanisme langkah demi langkah dari Puskesmas ke rumah sakit.
Percepatan Operasional oleh Menteri Kesehatan
Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, telah melakukan peninjauan langsung terhadap progres pembangunan rumah sakit ini. Ia menegaskan bahwa dokter spesialis jantung harus fokus bertugas di satu tempat. “Saya tidak ingin dokter baru yang tidak memiliki pengalaman dan praktiknya di banyak tempat,” ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa pemindahan dokter dan alat dari RSUP Dr. Sardjito adalah langkah tercepat agar rumah sakit segera beroperasi. Target beroperasi dari segi infrastruktur adalah dalam waktu satu bulan paling lama.
Dukungan SDM dari Pemkot Solo
Pemkot Solo juga memberikan dukungan tenaga kesehatan. Kepala BKPSDM, Dwi Ariyatno, mengungkapkan bahwa pihaknya akan mengirim 17 tenaga kesehatan untuk mendukung operasional rumah sakit. Sebanyak tujuh di antaranya sudah siap bertugas, sedangkan 10 perawat lainnya masih membutuhkan pelatihan khusus perawatan jantung.
Selain itu, proses rekrutmen tenaga eksternal juga dibuka untuk memenuhi kebutuhan sekitar 300 tenaga medis dan penunjang dalam dua tahun ke depan. “Beberapa personil sudah kita siapkan. Kekurangannya kita penuhi dari proses perekrutan,” jelas Dwi.
Proyek Hibah dari Pemerintah UEA
Rumah sakit ini dibangun dengan dana hibah hampir USD 25 juta atau sekitar Rp417,3 miliar dari Pemerintah Uni Emirat Arab. Proyek ini dimulai ketika Gibran Rakabuming Raka masih menjabat Wali Kota Solo. Peluncuran awal dan serah terima fasilitas berlangsung pada 29 September 2024, disaksikan oleh perwakilan kedua negara.
Fasilitas ini diharapkan menjadi simbol kerja sama strategis Indonesia–UEA di bidang kesehatan. Menteri dan pejabat terkait berharap keberadaan rumah sakit ini dapat memperluas akses layanan kardiologi modern di Jawa Tengah dan mengurangi beban perjalanan pasien yang memerlukan penanganan jantung khusus.






















































