Olahraga Italia Kalahkan Moldova 2-0, Gattuso Kritik Sistem Kualifikasi

Italia Kalahkan Moldova 2-0, Gattuso Kritik Sistem Kualifikasi

17
0

Pelatih Italia Kritik Sistem Kualifikasi Piala Dunia 2026

Pelatih tim nasional Italia, Gennaro Gattuso, mengungkapkan kekecewaannya meskipun timnya berhasil meraih kemenangan 2-0 atas Moldova dalam laga lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Eropa. Pertandingan yang digelar di Stadion Zimbru pada Jumat (14/11/2025) waktu setempat atau pukul 03.45 WITA tersebut sejatinya membawa tambahan tiga poin bagi Azzurri. Namun, hasil ini tidak cukup untuk mengubah nasib Italia yang sudah dipastikan harus melalui jalur play-off.

Gattuso menilai sistem kualifikasi saat ini membuat negara-negara Eropa semakin sulit lolos ke Piala Dunia 2026, meskipun jumlah peserta telah diperluas menjadi 48 tim. Pelatih berusia 47 tahun itu bahkan menyebut aturan yang berlaku “tidak masuk akal”.

Situasi di Grup I membuat Italia berada dalam posisi kurang menguntungkan. Azzurri menempati peringkat kedua dengan satu pertandingan tersisa, tertinggal tiga poin dari Norwegia yang memimpin klasemen. Untuk bisa menyalip Norwegia, Italia harus menang dengan selisih sembilan gol pada pertemuan langsung—sebuah skenario yang hampir mustahil, apalagi Norwegia yang diperkuat Erling Haaland tampil sempurna sepanjang kualifikasi, termasuk kemenangan 3-0 atas Italia pada Juni lalu.

Kemenangan Italia atas Moldova pun tidak cukup mengubah nasib setelah Norwegia menundukkan Estonia 4-1 di waktu bersamaan. Dengan hasil itu, langkah Italia menuju play-off tak terhindarkan.

Dalam keterangan yang dikutip dari Football Italia, Gattuso menyinggung ketidakadilan dalam proses kualifikasi. “Itu bukan pertanyaan untuk saya, tapi untuk siapa pun yang menyusun aturan dan grup,” ujarnya. “Pada tahun 1994, hanya ada dua tim Afrika di Piala Dunia, sekarang jumlahnya harus lebih banyak dan terus bertambah.”

Gattuso juga membandingkan dengan format kualifikasi terdahulu. “Dulu, tim teratas di setiap grup akan lolos, ditambah runner-up terbaik. Kami sudah punya 18 poin, memenangkan enam pertandingan, dan masih harus menjalani dua pertandingan lagi untuk lolos. Rasanya kurang tepat,” lanjutnya.

Data turut mendukung keluhan Gattuso. Dari 54 negara Eropa peserta kualifikasi, hanya 29 persen yang akan lolos ke putaran final. Angka ini jauh lebih kecil dibandingkan konfederasi lain. Di Amerika Selatan, misalnya, enam dari sepuluh peserta—atau 60 persen—dipastikan lolos ke Piala Dunia 2026, bahkan bisa meningkat menjadi 70 persen melalui play-off antar-konfederasi.

Sebaliknya, Italia yang telah meraih enam kemenangan dari tujuh laga belum mengamankan tiket, sementara Paraguay di peringkat keenam zona CONMEBOL justru sudah memastikan satu tempat meski hanya mengoleksi tujuh kemenangan dari 18 pertandingan.

Tantangan dalam Sistem Kualifikasi

Sistem kualifikasi yang digunakan saat ini dinilai tidak adil oleh banyak pelatih dan pengamat sepak bola. Dalam konteks Piala Dunia 2026, peningkatan jumlah peserta menjadi 48 tim seharusnya memberikan peluang lebih besar bagi negara-negara Eropa. Namun, faktanya justru sebaliknya. Banyak negara Eropa yang sudah tampil sangat baik tetapi masih kesulitan untuk memenuhi syarat lolos.

Beberapa aspek yang menjadi sorotan adalah pembagian grup yang tidak merata dan aturan yang terlalu rumit. Misalnya, dalam beberapa grup, tim-tim kuat seperti Italia dan Prancis justru berada di bawah tekanan karena kompetisi yang sangat ketat. Hal ini membuat para pelatih merasa bahwa sistem kualifikasi tidak mencerminkan kemampuan sebenarnya dari sebuah tim.

Selain itu, adanya play-off sebagai opsi terakhir juga menjadi kendala. Meskipun play-off memberi kesempatan kepada tim-tim yang gagal lolos dari grup, namun persaingan di play-off juga sangat ketat dan tidak selalu memberikan peluang yang adil.

Kesimpulan

Gennaro Gattuso dan banyak pelatih lainnya mengkritik sistem kualifikasi Piala Dunia 2026 yang dianggap tidak rasional. Mereka berharap agar FIFA dan badan pengelola sepak bola internasional dapat melakukan evaluasi dan revisi aturan agar lebih adil dan mendorong partisipasi yang lebih merata dari semua konfederasi. Dengan demikian, setiap negara memiliki kesempatan yang sama untuk tampil di panggung dunia.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini