
Perkembangan Ekonomi dan Wisata di Batu Putih, Aceh Barat
Di ujung barat Pulau Sumatera, tepatnya di kawasan Batu Putih, Gampong Ujong Kalak, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat, geliat ekonomi lokal terus berkembang. Kawasan ini kini menjadi tempat yang tidak hanya digunakan untuk bersantai oleh warga sekitar, tetapi juga menjadi destinasi wisata favorit bagi pengunjung yang datang ke Meulaboh.
Menurut Muhammad Wali, salah satu pemilik Cafe Meuligoe Agam, perputaran ekonomi di kawasan Batu Putih saat ini cukup besar. Ia menjelaskan bahwa dulu kawasan ini hanya dikenal karena sejarahnya, namun kini Batu Putih sudah menjadi tempat wisata kuliner yang ramai setiap hari.
“Hari Sabtu dan Minggu lebih ramai pengunjung dari hari-hari biasa. Banyak warung dan kafe di sepanjang pantai yang buka, dan semuanya terus berkembang pesat,” katanya.
Ia menambahkan, adanya dukungan fasilitas jalan yang semakin baik serta tugu-tugu bersejarah seperti Tugu Kupiah Meukeutop dan Tugu Parasamya turut mendukung perkembangan kawasan ini.
Pantai Batu Putih menawarkan pengalaman berbeda bagi wisatawan. Di sore hari, para pengunjung dapat menikmati keindahan sunset yang menawan, sembari menyeruput kopi Aceh yang khas atau menyantap hidangan laut segar. Laut lepas yang membentang di belakang kafe menambah suasana romantis dan menenangkan.
“Banyak yang datang hanya untuk menikmati pemandangan matahari terbenam. Itu daya tarik utama kami,” ungkap Wali. Ia juga mengatakan, pada bulan Ramadan, kawasan ini menjadi salah satu lokasi paling ramai dikunjungi.
“Setiap sore menjelang berbuka puasa, semua kafe penuh. Banyak keluarga dan komunitas yang memilih berbuka bersama di sini,” tambahnya.
Selain keindahan alam, pengunjung juga dapat merasakan atmosfer khas pesisir Aceh Barat yang ramah. Para pelaku usaha kuliner memadukan cita rasa lokal dengan suasana modern, menjadikan kawasan ini sebagai perpaduan antara tradisi dan kekinian.
Kesadaran Kebersihan dan Harapan Wisata Islami
Meski berkembang pesat, Muhammad Wali berharap agar kesadaran pengunjung terhadap kebersihan semakin meningkat. Ia mengusulkan agar pemerintah setempat menyediakan lebih banyak tempat sampah dan papan himbauan di area wisata.
“Saya berharap ada tong-tong sampah di setiap sudut dan spanduk atau pamflet dengan pesan yang menyentuh, agar pengunjung lebih peduli menjaga kebersihan. Kalau tempat ini bersih dan tertib, kita bisa wujudkan wisata yang Islami dan nyaman,” katanya dengan penuh harap.
Nilai Sejarah yang Tak Terlupakan
Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Aceh Barat, Said Azmi, menegaskan bahwa Batu Putih bukan hanya sekedar destinasi kuliner, tetapi juga memiliki nilai sejarah penting. Kawasan ini merupakan lokasi syahidnya Pahlawan Nasional Teuku Umar, tokoh besar dalam perjuangan melawan penjajahan Belanda.
“Batu Putih adalah daerah bersejarah, tempat Teuku Umar gugur ditembak oleh Belanda. Sekarang, kawasan itu pemerintah akan kembangkan menjadi destinasi wisata sejarah sekaligus wisata kuliner,” ujar Said Azmi.
Ia menambahkan, dibalik deretan cafe yang kini berdiri megah, terbentang lautan luas tempat kapal-kapal besar berlabuh. Kapal-kapal pengangkut batu bara dan kapal industri lainnya sering terlihat di kejauhan, menghadirkan pemandangan unik yang tidak bisa ditemukan di tempat lain.
“Wisatawan bisa menikmati kuliner sambil melihat aktivitas industri di laut, suasananya sangat menarik,” ujarnya.
Menuju Pusat Kuliner Meulaboh
Dengan potensi yang terus tumbuh, pemerintah daerah berencana menjadikan kawasan Batu Putih sebagai pusat kuliner Meulaboh termasuk daerah Ujung Karang. Dukungan infrastruktur dan kebijakan pengelolaan wisata terus diupayakan agar kawasan ini dapat berkembang secara berkelanjutan tanpa mengabaikan nilai sejarah dan lingkungan.
“Harapan kita, Batu Putih menjadi kawasan kuliner yang terpusat, terkelola dengan baik, bersih, dan tetap mempertahankan nuansa Islami serta sejarahnya,” tutur Said Azmi.
Kini, saat mentari tenggelam di ufuk barat dan cahaya jingga menyapu langit Meulaboh, Batu Putih memantulkan semangat baru bagi masyarakatnya. Di antara aroma kopi dan deburan ombak, denyut ekonomi terus berputar, membawa harapan bahwa dari pantai bersejarah ini, kemajuan pariwisata Aceh Barat akan terus bersinar.






















































