Ragam Perusahaan Dunia Ini Manfaatkan Jerami Jadi Bahan Bakar Seperti Bobibos

Perusahaan Dunia Ini Manfaatkan Jerami Jadi Bahan Bakar Seperti Bobibos

6
0

Energi Alternatif dari Jerami: Potensi dan Tantangan

Bobibos kini menjadi sorotan publik sebagai salah satu bahan bakar alternatif yang menjanjikan. Bahan baku utamanya berasal dari jerami, yang diolah menjadi bioetanol. Meskipun terdengar baru, penggunaan jerami sebagai bahan baku energi sebenarnya sudah dikenal dalam berbagai penelitian internasional.

Pada 2005, laman BioCycle melaporkan bahwa kemajuan bioteknologi memungkinkan para peneliti mengubah jerami dan limbah tanaman lainnya menjadi etanol selulosa. Etanol ini memiliki kandungan energi bersih tiga kali lebih tinggi daripada etanol dari jagung, serta emisi gas rumah kaca yang lebih rendah. Dengan demikian, etanol selulosa berpotensi mengurangi konsumsi bensin secara signifikan.

Menurut pernyataan bersama dari Dewan Pertahanan Sumber Daya Nasional (NRDC) dan Persatuan Ilmuwan Peduli, etanol selulosa bisa menjadi pilihan energi untuk transportasi berkelanjutan. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dipublikasikan di Bloomberg pada 2021, yang menyebutkan bahwa produksi etanol dari jerami akan sangat menguntungkan di Eropa.

Teknologi dan Pengembangan di Eropa

Clariant AG, sebuah perusahaan kimia Swiss, telah membuka fasilitas produksi di Rumania untuk memproduksi biofuel canggih dari limbah pertanian. Teknologi ini dirancang untuk menghasilkan bahan bakar yang dapat dicampur dengan bensin dan solar, lebih ramah lingkungan dibandingkan etanol generasi pertama yang terbuat dari bahan pangan seperti gula atau jagung.

CEO Clariant, Conrad Keijzer, menjelaskan bahwa penghematan karbon dari pendekatan baru ini membuat etanol lebih menguntungkan. Ia memperkirakan harga etanol akan dua kali lipat lebih mahal dibandingkan generasi pertama, meski hanya karena regulasi undang-undang yang ada.

Teknologi Clariant juga digunakan dalam industri kimia dan penerbangan, sebagai contoh solusi ekonomi sirkular. Perusahaan internasional lain, DP, juga mengembangkan energi dari jerami dengan membangun lebih dari 40 pembangkit listrik tenaga jerami di Eropa dan Tiongkok. Boiler berbahan bakar jerami ini dirancang khusus untuk menangani berbagai jenis jerami seperti gandum, jagung, dan padi.

Riset dan Pemilihan Bahan Baku

Riset-riset internasional menunjukkan potensi besar dari bahan bakar berbasis sisa tanaman seperti jerami. Namun, perlu dilakukan studi lebih lanjut mengenai kapasitas bahan baku dan teknologi pengolahannya agar benar-benar bisa menjadi energi alternatif.

Founder Bobibos, M. Iklas Thamrin, menjelaskan pemilihan jerami sebagai bahan baku didasarkan pada riset panjang. Penentuan ini didasarkan pada kelimpahan, keberadaannya, dan tidak meningkatkan harga pokok produksi (HPP). Menurut Iklas, jerami merupakan bahan baku yang mudah diperoleh tanpa perlu meminta masyarakat untuk menanam.

Iklas meyakini bahwa keputusan menggunakan jerami sebagai bahan baku tepat karena tidak membuat HPP membengkak. Dengan demikian, harapan harga jual Bobibos bisa lebih murah dibandingkan bahan bakar lain.

Proses Produksi dan Rahasia Teknis

Proses produksi Bobibos melibatkan penyuntikan serum “rahasia” yang membuat jerami menjadi bahan bakar. Iklas enggan merinci proses tersebut karena menjadi bagian dari resep rahasia Bobibos. Ia menjelaskan bahwa proses ini terdiri dari lima tahap, mulai dari ekstraksi dengan biochemistry hingga ekstrak tanaman, menggunakan mesin khusus yang dirancang sendiri.

Meski prosesnya belum dijelaskan secara rinci, Iklas menegaskan bahwa hasil akhirnya adalah bahan bakar nabati berkinerja tinggi. Namun, tidak ada informasi yang menjelaskan apa yang membedakan Bobibos dengan energi serupa yang telah diolah oleh perusahaan asing.

Kesiapan Regulasi dan Uji Kelayakan

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menegaskan bahwa belum ada sertifikasi resmi terhadap Bobibos. Dirjen Migas Kementerian ESDM Laode Sulaeman menjelaskan bahwa pengujian di laboratorium Lemigas tidak otomatis berarti produk tersebut disetujui pemerintah.

Laode menekankan bahwa setiap inovasi bahan bakar harus melalui proses uji teknis panjang untuk memastikan kelayakan dan kualitasnya. Pengujian mencakup uji oksidasi, uji mesin, hingga evaluasi lanjutan sebelum dinyatakan layak digunakan.

Praktisi migas Hadi Ismoyo menjelaskan bahwa setiap penemuan BBM baru harus melalui tiga tahapan pokok sebelum dinyatakan layak edar. Ketiga tahapan tersebut mencakup pengujian mutu dan sertifikasi, perizinan usaha, serta pengawasan distribusi dan pengedaran.

Pengujian Mutu dan Sertifikasi

Dalam pengujian mutu, dilakukan dua jenis uji utama, yakni uji laboratorium dan uji lapangan. Uji laboratorium mencakup penilaian terhadap nilai oktan, kandungan sulfur, kandungan aditif, serta karakteristik fisika bahan bakar. Sementara uji lapangan dilakukan dengan mencoba bahan bakar pada berbagai jenis kendaraan di lokasi dengan perbedaan suhu.

Tujuan dari pengujian ini adalah memastikan bahwa BBM tersebut aman bagi semua kendaraan dalam jangka panjang. Setelah pengujian mutu dan sertifikasi selesai, tahap berikutnya adalah perizinan usaha. Proses ini meliputi izin usaha pengolahan, izin usaha umum, izin transportasi BBM, serta izin penyimpanan (storage).

Setiap izin berfungsi sebagai dasar hukum bagi badan usaha dalam memproduksi dan menyalurkan bahan bakar. Dengan demikian, semua BBM yang beredar di masyarakat harus memenuhi standar mutu yang ditetapkan oleh pemerintah.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini