
Penelitian Baru Menunjukkan Bahaya Rasio Lingkar Pinggang terhadap Tinggi Badan
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan dari University of Pittsburgh dan University of Pittsburgh Medical Center (UPMC) di Amerika Serikat menemukan bahwa rasio lingkar pinggang terhadap tinggi badan (waist-to-height ratio atau WHtR) lebih akurat dalam memprediksi risiko penyakit jantung dibandingkan indeks massa tubuh (IMT). Temuan ini dipublikasikan pada 31 Oktober 2025 dalam jurnal The Lancet Regional Health dan berpotensi mengubah cara masyarakat dan tenaga medis menilai risiko kardiovaskular, terutama bagi mereka yang tidak termasuk dalam kategori obesitas.
Bisa Jadi Berisiko Meski Tidak Obesitas
Penelitian ini menganalisis data dari 2.721 orang dewasa yang terlibat dalam studi ELSA-Brasil (Brazilian Longitudinal Study of Adult Health). Para partisipan tidak memiliki penyakit jantung saat awal penelitian dan dipantau selama lebih dari lima tahun. Hasilnya menunjukkan bahwa IMT, lingkar pinggang, dan WHtR semuanya terkait dengan risiko penyakit jantung, tetapi hanya WHtR yang tetap signifikan setelah disesuaikan dengan faktor risiko klasik lain seperti usia, jenis kelamin, kebiasaan merokok, olahraga, diabetes, tekanan darah tinggi, dan kadar kolesterol.
“Setelah memperhitungkan faktor risiko lain, hanya rasio pinggang terhadap tinggi badan yang masih menjadi prediktor,” kata Thiago Bosco Mendes, instruktur klinis kedokteran di University of Pittsburgh dan peneliti utama studi ini.
Menariknya, efek ini paling kuat ditemukan pada mereka dengan IMT di bawah 30, alias belum tergolong obesitas. Artinya, orang yang terlihat “tidak gemuk” pun bisa memiliki risiko penyakit jantung yang lebih tinggi.
Lingkar Pinggang Lebih Mencerminkan Lemak Berbahaya
Berbeda dari IMT yang hanya membandingkan berat dan tinggi badan, WHtR menggambarkan langsung distribusi lemak di tubuh, terutama lemak viseral di sekitar organ dalam, yang diketahui paling berbahaya bagi kesehatan jantung.
Orang dengan IMT di bawah 30 tetapi rasio pinggang terhadap tinggi badan di atas 0,5 berpotensi memiliki penumpukan kalsium di arteri koroner, salah satu tanda awal penyakit jantung, meskipun tekanan darah, kolesterol, atau berat badan mereka tampak normal.
“Menggunakan rasio pinggang terhadap tinggi badan sebagai alat skrining kardiovaskular dapat membantu mendeteksi risiko lebih awal dan melakukan intervensi sebelum terlambat,” ujar Marcio Bittencourt, penulis senior studi sekaligus profesor kedokteran di University of Pittsburgh dan dokter jantung di UPMC.
Bagaimana Menghitung WHtR?
Untuk menghitung WHtR, cukup bagi lingkar pinggang dengan tinggi badan (gunakan satuan yang sama). Jika hasilnya 0,5 atau lebih, artinya risiko kesehatan jantungmu bisa meningkat.
Temuan ini menunjukkan bahwa cara sederhana seperti mengukur pinggang bisa seakurat pemeriksaan medis kompleks dalam menilai risiko jantung. Sederhana, tapi bisa menyelamatkan jantungmu.
Manfaat dari Penggunaan WHtR
Penggunaan WHtR sebagai indikator kesehatan jantung memberikan manfaat yang signifikan, terutama karena metode ini mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat khusus. Dalam praktik medis, hal ini bisa digunakan untuk menilai risiko kardiovaskular secara lebih akurat, terutama pada individu yang tidak memiliki berat badan berlebih.
Selain itu, penggunaan WHtR juga bisa membantu masyarakat lebih sadar akan pentingnya menjaga keseimbangan lemak tubuh, bukan hanya berdasarkan berat badan saja. Dengan demikian, upaya pencegahan penyakit jantung bisa dilakukan lebih awal dan efektif.
Kesimpulan
Penelitian ini menegaskan bahwa WHtR adalah indikator yang lebih baik dalam memprediksi risiko penyakit jantung dibandingkan IMT. Dengan menggunakan rasio ini, kita bisa lebih memahami risiko kesehatan jantung secara lebih akurat, bahkan pada orang-orang yang tampak sehat secara fisik. Hal ini sangat penting dalam upaya pencegahan dan pengelolaan penyakit jantung di masa depan.




















































