
Kehidupan dan Karier Politik Dick Cheney
Dick Cheney, mantan Wakil Presiden Amerika Serikat, meninggal dunia pada usia 84 tahun. Kepergiannya terjadi pada Senin (3/11) malam waktu setempat. Keluarga menyampaikan kabar duka melalui sebuah pernyataan pada Selasa (4/11). Dalam pernyataan tersebut disebutkan bahwa Cheney wafat akibat komplikasi pneumonia, penyakit jantung, dan pembuluh darah. Istri yang dicintainya selama 61 tahun, Lynne, serta kedua putrinya, Liz dan Mary, berada di sampingnya saat ia meninggal.
Cheney memiliki jejak politik yang panjang dan signifikan. Minatnya terhadap politik membawanya ke Washington pada 1968 ketika ia menjadi congressional fellow. Di sana, ia dekat dengan Donald Rumsfeld, anggota DPR dari Illinois. Cheney bekerja di bawah Rumsfeld di dua lembaga pemerintahan dan Gedung Putih era Presiden Gerald Ford. Pada usia 34 tahun, ia menjadi chief of staff termuda dalam sejarah. Jabatan ini dijalaninya selama 14 bulan, kemudian kembali ke kampung halamannya di Casper dan maju sebagai calon anggota DPR untuk Wyoming.
Pada masa kampanye awalnya, Cheney sempat mengalami serangan jantung ringan. Meski begitu, ia tetap memenangkan pemilu dan mempertahankan kursinya hingga lima periode. Pada 1989, Cheney ditunjuk sebagai Menteri Pertahanan oleh Presiden George H.W. Bush. Ia memimpin Pentagon selama Perang Teluk 1990-1991 yang berhasil mengusir pasukan Irak dari Kuwait. Di antara dua periode pemerintahan Bush, Cheney menjabat sebagai CEO Halliburton, perusahaan konstruksi dan rekayasa besar yang berkaitan dengan industri minyak dan gas.
Setelah lima tahun di Halliburton, Cheney mengundurkan diri pada tahun 2000. Ia kemudian menerima tawaran George W. Bush untuk menjadi calon wakil presiden. Keputusan itu mengejutkan sejumlah pengamat karena sebelumnya Cheney sempat beberapa kali menolak pencalonan untuk jabatan politik yang lebih tinggi. Bush dan Cheney akhirnya menang dalam pemilu 2000 dan kembali terpilih pada 2004 setelah mengalahkan kandidat Partai Demokrat, Senator John Kerry.
Kebijakan Perang Irak
Cheney dan Donald Rumsfeld, yang pernah bekerja bersama di pemerintahan Richard Nixon, menjadi dua tokoh kunci yang mendorong invasi Amerika Serikat ke Irak pada Maret 2003. Menjelang perang, Cheney menyampaikan kemungkinan adanya keterkaitan Irak dengan al-Qaeda serta serangan 11 September 2001. Cheney juga memprediksi bahwa pasukan AS akan “disambut sebagai pembebas” oleh rakyat Irak dan operasi militer akan berjalan singkat, “beberapa minggu, bukan bulan.”
Pada Maret 2003 ketika AS dan koalisi sekutu mulai menyerang Irak, tidak ditemukan bukti kuat terkait tuduhan yang dilontarkan pemerintahan Bush. Keduanya kemudian terbukti keliru. Meskipun begitu Cheney tetap bersikeras, ia menilai pemerintah AS tetap harus melakukan apa pun untuk “melindungi Amerika”, meski langkah tersebut menuai kritik luas.
Menurut laporan Watson Institute for International and Public Affairs di Brown University melalui The Guardian, sejak 2001 setidaknya 800.000 orang tewas akibat kekerasan perang langsung di Irak, Afghanistan, Suriah, Yaman, dan Pakistan. Hal ini menggambarkan besarnya dampak konflik yang terkait dengan kebijakan luar negeri era Cheney.




















































