
Memahami Perilaku “Playing Victim”
Perilaku “playing victim” sering kali ditemukan dalam berbagai situasi sosial. Ini merupakan posisi seseorang yang yakin bahwa dirinya adalah korban dari segala situasi yang dihadapinya. Kondisi ini membuat orang tersebut terus mengambil kesimpulan bahwa dirinya telah dirugikan oleh orang lain, meskipun kenyataannya tidak selalu demikian.
Pola pikir yang muncul dari perilaku ini membuat seseorang selalu merasa sebagai korban, bahkan ketika hal itu tidak sepenuhnya benar. Mereka sering menganggap bahwa orang lain memperlakukan mereka secara tidak adil. Sikap seperti ini akan menyulitkan seseorang untuk menerima masukan atau bertanggung jawab atas tindakannya sendiri. Akibatnya, sikap tersebut bisa merugikan diri sendiri dan menjadi bentuk kekerasan emosional bagi orang lain.
Perilaku “playing victim” juga dapat merusak hubungan sosial dan menciptakan lingkungan yang tidak sehat. Terlebih jika sikap ini terjadi secara berulang, maka bisa saja memanipulasi perasaan orang terdekat atau di sekitarnya. Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Personality and Individual Differences (2020), disebutkan bahwa perilaku “playing victim” merupakan ciri kepribadian yang disebut sebagai tendency for interpersonal victimhood (TIV).
Ciri-Ciri Umum Orang dengan Perilaku “Playing Victim”
Berikut beberapa ciri-ciri umum dari seseorang yang memiliki perilaku “playing victim”:
- Menganggap orang lain tidak bisa dipercaya
- Yakin bahwa dirinya tidak bisa memiliki kendali atas hidupnya sendiri
- Cenderung menyalahkan orang lain saat berhadapan dengan suatu masalah
- Menolak atau menghindari tanggung jawab terhadap suatu masalah
- Membesar-besarkan kesalahan orang lain sambil meremehkan tindakan dan kesalahannya sendiri
- Mudah frustasi, marah, dan depresi
- Mempunyai rasa kepercayaan diri yang rendah
- Negatif self talk dan self sabotage
Cara Menghadapi Seseorang dengan Perilaku “Playing Victim”
Menghadapi seseorang dengan perilaku “playing victim” bisa menjadi tantangan tersendiri. Salah satu cara yang efektif adalah dengan menjaga batasan yang sehat ketika berinteraksi. Lebih baik berusaha untuk tidak memperbaiki perilaku mereka, tetapi fokus pada apa yang ingin dikomunikasikan. Mintalah dengan tegas agar mereka merenungkan peran mereka dalam suatu masalah.
Dalam situasi ini, lawan bicara bisa mencoba membujuk dengan tenang dan perlahan mencoba memahami kondisi mereka. Seseorang dengan perilaku ini sering kali menggunakan perasaan bersalah sebagai cara untuk membenarkan status korban mereka. Oleh karena itu, sangat penting untuk tidak memperparah rasa bersalah tersebut.
Jika ingin memberikan dukungan, pastikan kamu juga memberdayakan mereka dengan cara membantu membangun kepercayaan diri melalui berbagai dukungan lainnya.
Penyebab Perilaku “Playing Victim”
Perilaku “playing victim” sering kali terjadi karena ada pemicu atau penyebab tertentu. Beberapa penyebab yang umum antara lain pengkhianatan, ketergantungan, trauma di masa lalu, hingga manipulasi dari orang lain. Biasanya, seseorang yang memiliki kepribadian ini memiliki pengalaman yang kurang menyenangkan dan bisa disebabkan karena kondisi mental yang dialaminya.
Dengan memahami ciri-ciri dan penyebab dari perilaku ini, kita bisa lebih waspada ketika berhadapan dengan hubungan sosial yang memiliki kepribadian seperti ini. Hal ini juga penting untuk menjaga kesehatan hubungan sosial serta kesehatan mental masing-masing individu.























































