
Kehidupan Haji Abidin Syam yang Penuh Makna
Haji Abidin Syam adalah sosok yang sangat dekat dengan Anregurutta Mangkoso. Meskipun usianya sudah mencapai delapan puluh tahun, ia masih tetap aktif dalam berbagai kegiatan di pesantren. Ia sering hadir dalam acara-acara di Pesantren DDI Mangkoso, baik di Kampus 1 Mangkoso, Kampus 2 Putra Tonrongnge, maupun Kampus 3 Putri Bululampang.
Dalam sebuah acara peletakan batu pertama pembangunan Masjid Raya Ahlussuffah Kampus 2 Putra Nurul Jihad Tonrongnge, Haji Abidin Syam hadir dan meletakkan batu pertama. Acara tersebut juga dihadiri oleh beberapa tokoh penting seperti Anregurutta HM Faried Wadjedy, Kepala Kanwil Kemenag Sulsel Ali Yafid, serta para pejabat lainnya.
Haji Abidin Syam memang seorang donatur utama dalam pembangunan masjid tersebut. Meski kondisi fisiknya tidak terlalu baik, ia tetap semangat dalam melakukan kebaikan. Bahkan, ia selalu hadir dalam setiap acara yang diselenggarakan oleh pesantren.
Sejarah hidup Haji Abidin Syam tidak mudah. Ia pernah merantau ke Kalimantan dan Papua, menjalani berbagai pekerjaan kasar agar bisa bertahan hidup. Saat itu, ia sering merasa ragu apakah berkah benar-benar ada dalam hidupnya. Namun, setelah bertemu kembali dengan Anregurutta Mangkoso pada tahun 2013, ia mulai merasakan perubahan dalam hidupnya.
Ketika bertemu Anregurutta Mangkoso, Haji Abidin Syam mengenalkan dirinya dan mencium tangan sang kiai sebagai tanda penghormatan. Sejak saat itu, hubungan mereka semakin dekat. Ia sering mengundang Anregurutta Mangkoso ke Papua untuk berbagai acara, baik keluarga maupun pesantren.
Setelah itu, ia merasa mendapatkan berkah yang selama ini ia tunggu-tunggu. Usahanya berkembang pesat, dan ia pun memutuskan kembali ke kampung halaman, Barru. Di sana, ia mulai meninggalkan dunia bisnis dan fokus pada amal ibadah, khususnya ibadah sosial.
Ia membangun masjid di dekat rumahnya yang kini telah menjadi tempat ibadah yang megah. Ia juga terlibat langsung dalam pembangunan sarana dan prasarana di almamaternya, Pondok Pesantren DDI Mangkoso. Tidak perlu proposal atau publikasi, ia langsung membantu ketika Anregurutta Mangkoso menyampaikan kebutuhan pesantren.
Beberapa proyek yang ia bantu antara lain pembangunan masjid di Kampus 3, pembangunan Ma’had ‘Aly, hingga pembangunan Masjid Raya Ahlussuffah di Kampus 2 Putra Tonrongnge. Bahkan, sehari sebelum peletakan batu pertama, ia menyerahkan cek senilai Rp10 Miliar kepada Anregurutta Mangkoso.
Selain itu, ketika mobil Anregurutta Mangkoso rusak karena tertabrak, Haji Abidin Syam langsung menyerahkan mobilnya, Toyota Fortuner, untuk digunakan oleh Anregurutta. Mobil itu kini digunakan untuk berkeliling menebar dakwah.
“Hanya tiga bulan setelah saya menyerahkan mobil ke Anregurutta, Allah SWT langsung menggantinya dengan Toyota Alphard yang saya pakai sekarang. Rupanya Allah bukan hanya menggantinya dengan yang lebih baik, tapi juga memberi kemudahan karena inilah satu-satunya mobil yang saya beli kontan, tanpa menyicil,” jelas Haji Abidin Syam.
Pada acara peletakan batu pertama, Haji Abidin Syam menyampaikan pelajaran penting tentang keikhlasan dan berkah. Ia menegaskan bahwa berkah pasti ada, meski seringkali kita harus menunggunya.
Dari bibirnya yang bergetar saat bicara, terlihat bahwa sesungguhnya yang bicara adalah hatinya yang ikhlas. Mulut hanya tempat keluarnya kalimat, namun maknanya sangat dalam. Acara tersebut menjadi momen berharga dalam rangkaian Peringatan Hari Santri Nasional Tahun 2025 tingkat Provinsi Sulawesi Selatan.























































