Ragam Musim Pancaroba! 7 Tips Kesehatan dari dr. Ngabila Salama

Musim Pancaroba! 7 Tips Kesehatan dari dr. Ngabila Salama

37
0

Masa Pancaroba dan Ancaman Kesehatan yang Harus Diperhatikan

Masa pancaroba, yang ditandai dengan peralihan musim, umumnya dari kemarau ke hujan atau sebaliknya, membawa perubahan cuaca yang drastis dan tidak menentu. Kondisi ini secara signifikan meningkatkan kerentanan tubuh terhadap berbagai penyakit menular, seperti Demam Berdarah Dengue (DBD), Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA), pneumonia, hingga COVID-19.

Praktisi Kesehatan, dr. Ngabila Salama, menekankan bahwa kewaspadaan harus ditingkatkan di masa ini. Ia juga menyoroti ancaman penyakit yang dipicu oleh polusi udara, yang secara akut dapat menyebabkan ISPA dan pneumonia, hingga dampak kronis seperti kanker, hipertensi, dan penyakit jantung.

“Cuaca yang tidak menentu seperti saat ini atau musim pancaroba, jika menuju musim penghujan penyakit akan sering muncul,” kata Ngabila.

“Kemudian ada penyakit akibat polusi udara secara akut yakni ISPA, pneumonia, serangan asma sampai PPOK. Jika kronis dapat menyebabkan kanker, hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung dan pembuluh darah lainnya,” lanjut dr Ngabila.

1. Lindungi Saluran Napas dari Polusi Udara

Ancaman polusi udara, khususnya paparan terhadap partikel halus PM 2.5, merupakan masalah kesehatan serius yang memerlukan tindakan pencegahan yang tegas dan akurat. Partikel ini, yang ukurannya 30 kali lebih kecil dari diameter rambut manusia, mampu menembus jauh ke dalam saluran pernapasan dan bahkan masuk ke aliran darah, memicu berbagai masalah mulai dari ISPA, serangan asma, hingga PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis).

Oleh karena itu, saat indeks kualitas udara memburuk, perlindungan pernapasan menjadi esensial. Praktisi Kesehatan, dr. Ngabila Salama, menekankan bahwa penggunaan masker yang tepat adalah kunci pertahanan pertama saat berada di luar ruangan untuk secara efektif menyaring partikel-partikel berbahaya ini.

Untuk menghadapi ancaman PM 2.5, pemilihan jenis masker tidak bisa sembarangan. Masker kain biasa atau masker bedah standar memiliki tingkat efisiensi filtrasi yang jauh lebih rendah dan tidak memadai untuk menyaring partikel sehalus PM 2.5. dr. Ngabila secara spesifik merekomendasikan masker jenis KF94 dan KN95.

Masker-masker ini dirancang dengan teknologi filtrasi yang unggul, mampu menyaring hingga 94% atau 95% partikel udara yang sangat kecil. Investasi pada masker berkualitas tinggi ini sangat krusial, berfungsi sebagai perisai pernapasan pribadi yang dapat meminimalisir risiko terjangkit penyakit pernapasan akut maupun kronis yang dipicu oleh paparan polutan lingkungan.

2. Kebiasaan Higienis Sederhana

Langkah paling fundamental dan terbukti paling efektif dalam memerangi penyebaran penyakit menular adalah dengan konsisten menjaga kebiasaan higienis pribadi. Prinsip utama adalah memastikan rutinitas mencuci tangan dilakukan dengan benar.

Ini berarti menggunakan sabun dan air mengalir selama minimal 20 hingga 30 detik, memastikan seluruh permukaan tangan, termasuk sela-sela jari, punggung tangan, hingga di bawah kuku, benar-benar bersih dari kuman dan virus. Kebiasaan sederhana ini bertindak sebagai senjata utama yang secara drastis mengurangi risiko penularan.

Selain itu, penting untuk mempraktikkan jaga jarak fisik minimal 1 meter saat berada di tempat umum atau area ramai guna meminimalkan risiko droplet infection. Konsistensi dalam menjaga kebersihan ini adalah investasi kesehatan yang paling murah dan paling efektif.

Selain mencuci tangan dan menjaga jarak, terdapat dua aturan emas higienis yang tidak boleh diabaikan. Pertama, hindari kontak langsung dengan individu yang sedang sakit untuk mencegah perpindahan patogen. Kedua, dan ini seringkali menjadi kebiasaan yang sulit dihilangkan, adalah menghindari menyentuh area wajah, terutama mata, hidung, dan mulut, dengan tangan yang belum dipastikan bersih.

Tangan adalah perantara utama yang membawa kuman dan virus dari permukaan benda ke saluran pernapasan dan membran mukosa, sehingga memutus jalur transmisi kuman dari tangan ke wajah merupakan taktik sederhana namun sangat krusial dalam perlindungan diri dan memutus rantai penularan penyakit menular.

3. Jaga Hidrasi Tubuh: Minum Air Putih dan Buah Kaya Air

Menjaga tubuh tetap terhidrasi dengan baik adalah kunci vital dalam mempertahankan kesehatan, terutama di masa pancaroba yang ditandai dengan perubahan cuaca yang ekstrem. Praktisi Kesehatan, dr. Ngabila Salama, sangat menganjurkan untuk meningkatkan asupan cairan dengan target konsumsi air putih minimal 3–4 liter, atau setara 12–16 gelas per hari.

Kuantitas air yang cukup ini tidak hanya berfungsi menghilangkan dahaga, melainkan berperan krusial dalam membantu tubuh mengeluarkan racun dan menjaga fungsi organ tubuh agar tetap optimal.

Mencapai target hidrasi yang ketat ini menjadi langkah pencegahan sederhana namun sangat efektif untuk memastikan proses metabolisme dan pertahanan tubuh berjalan lancar di tengah kondisi lingkungan yang tidak menentu.

Selain air putih, kebutuhan cairan harian dapat dimaksimalkan dengan mengonsumsi sayur dan buah yang kaya air. Buah-buahan ini berfungsi ganda, yaitu menyediakan asupan cairan signifikan sekaligus membekali tubuh dengan vitamin dan elektrolit esensial. Contoh utama termasuk semangka dengan kandungan air mencapai 92%, dan melon yang mengandung sekitar 90% air.

Buah-buahan seperti pir dan apel juga merupakan pilihan cerdas karena selain kandungan airnya, juga kaya akan nutrisi penting lainnya. Memadukan konsumsi air putih dalam jumlah besar dengan buah-buahan super-hydrating ini adalah strategi alami yang direkomendasikan untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh secara optimal sepanjang musim peralihan.

4. Waspada Heatstroke jika Cuaca Panas

Masa peralihan musim seringkali diwarnai dengan fenomena gelombang panas ekstrem, meningkatkan risiko kondisi medis serius yang disebut heatstroke atau serangan panas. Heatstroke terjadi ketika mekanisme termoregulasi tubuh gagal berfungsi, artinya tubuh tidak lagi mampu mendinginkan dirinya secara otomatis, menyebabkan suhu inti tubuh meningkat drastis.

Gejala klinis yang harus diwaspadai meliputi peningkatan suhu tubuh di atas 38°C, disertai dengan tanda-tanda neurologis seperti pusing, mual, kelelahan berlebihan, kebingungan, hingga potensi kehilangan kesadaran atau kejang. Mengingat heatstroke dapat menyebabkan komplikasi fatal, kesadaran terhadap gejala ini dan tindakan pencegahan dini menjadi sangat krusial, terutama bagi kelompok rentan.

Untuk meminimalkan risiko heatstroke, langkah pencegahan harus fokus pada pengurangan paparan panas langsung dan menjaga hidrasi tubuh. Disarankan untuk mengurangi atau membatasi aktivitas di luar ruangan saat cuaca sedang terik, terutama pada siang hari. Saat terpaksa beraktivitas di luar, gunakan alat pelindung seperti payung dan oleskan tabir surya untuk meminimalkan paparan sinar matahari langsung.

Aspek terpenting adalah menjaga asupan cairan memadai secara konsisten, bukan hanya saat haus, demi mempertahankan keseimbangan cairan tubuh dan mendukung proses pendinginan alami. Dengan langkah-langkah proaktif ini, risiko serangan panas dapat dikelola secara efektif di tengah cuaca yang tidak menentu.

5. Lindungi Lingkungan Sekitar

Masa pancaroba, khususnya saat transisi dari musim kemarau menuju musim hujan, meningkatkan risiko merebaknya kasus Demam Berdarah Dengue (DBD). Hal ini disebabkan oleh potensi genangan air yang meluas, menciptakan lingkungan ideal bagi perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti, vektor utama penyakit ini.

Praktisi Kesehatan, dr. Ngabila Salama, menekankan bahwa upaya pencegahan DBD harus difokuskan pada Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) secara berkelanjutan, bukan hanya mengandalkan metode pasif seperti pengasapan (fogging).

Langkah proaktif ini mencakup pengurasan, penutupan tempat penampungan air, dan pendaurulangan barang bekas, yang secara efektif memutus siklus hidup nyamuk sejak fase telur dan jentik.

Untuk menjamin efektivitas PSN, dr. Ngabila secara spesifik mendukung implementasi Gerakan 1 Rumah 1 Kader Jumantik (G1R1J). Inisiatif ini mendorong setiap rumah tangga untuk memiliki minimal satu kader yang bertanggung jawab melakukan PSN secara rutin, sehingga pengawasan lingkungan dilakukan secara mandiri dan kolektif.

Inti dari gerakan ini adalah program PSN 3X10, yaitu sebuah jadwal terstruktur: kegiatan pemberantasan sarang nyamuk dilakukan selama 10 menit efektif, setiap pukul 10 pagi, pada hari Jumat, dan diulang selama 10 minggu berturut-turut. Penerapan G1R1J dan PSN 3X10 yang konsisten menjadi kunci strategis untuk menekan populasi Aedes aegypti dan melindungi lingkungan sekitar dari ancaman DBD di tengah cuaca yang tidak menentu.

6. Istirahat dan Kelola Stres

Kesehatan fisik dan kesehatan mental memiliki keterkaitan erat, dan keduanya sangat bergantung pada istirahat yang cukup. Tidur berkualitas—idealnya berkisar 7 hingga 8 jam per malam, bukan sekadar waktu untuk beristirahat, melainkan merupakan fase krusial di mana tubuh melakukan proses perbaikan sel yang rusak secara mendalam dan memperkuat sistem kekebalan tubuh (imunitas).

Saat tidur, tubuh memproduksi sitokin (protein yang menargetkan infeksi dan peradangan), menjadikan tidur yang memadai sebagai langkah alami dan preventif terbaik dalam melawan serangan virus dan bakteri. Oleh karena itu, memastikan pola tidur teratur dan berkualitas adalah investasi penting untuk daya tahan tubuh jangka panjang.

Selain tidur, kemampuan mengelola stres memegang peranan vital dalam menjaga kesehatan mental dan fisik secara keseluruhan. Tekanan hidup yang tidak tertangani dapat memicu berbagai masalah kesehatan, termasuk melemahnya respons imun, depresi, kecemasan, dan perubahan mood ekstrem yang disebabkan oleh kurangnya istirahat dan ketidakseimbangan hormon. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan aktivitas relaksasi yang terencana.

Praktik seperti meditasi yang fokus pada mindfulness, yoga yang menggabungkan gerakan dan pernapasan teratur, atau sekadar mendengarkan musik yang menenangkan terbukti efektif meredakan ketegangan saraf, menjaga keseimbangan emosional, dan menjamin bahwa aspek kesehatan mental tetap prima. Dengan kombinasi tidur yang ideal dan manajemen stres yang efektif, individu dapat mencapai kondisi fisik dan mental yang optimal.

7. Konsumsi Gizi Seimbang dan Olahraga Rutin

Untuk menjaga imunitas tubuh agar tetap berada di level tertinggi, fondasi yang paling mendasar adalah konsumsi makanan bergizi seimbang secara konsisten. Makanan yang seimbang tidak hanya sekadar mengenyangkan, tetapi juga harus kaya akan nutrisi esensial seperti protein yang berperan dalam membangun dan memperbaiki sel imun; berbagai jenis vitamin (terutama Vitamin C, D, dan E) yang bertindak sebagai antioksidan kuat; serta mineral (seperti Zinc dan Selenium) yang fundamental dalam fungsi kekebalan tubuh.

Kekurangan salah satu komponen gizi ini dapat melemahkan sistem pertahanan alami, membuat tubuh lebih rentan terhadap serangan patogen. Oleh karena itu, memastikan piring harian terisi penuh dengan sumber protein berkualitas, karbohidrat kompleks, lemak sehat, serta aneka buah dan sayur, adalah langkah awal yang mutlak dilakukan untuk memperkuat body shield alami.

Melengkapi asupan nutrisi yang ideal, aktivitas fisik berupa olahraga teratur adalah komponen wajib untuk meningkatkan imunitas dan kebugaran secara kolektif. Disarankan untuk berolahraga minimal 30 menit per hari, karena durasi ini telah terbukti efektif dalam meningkatkan sirkulasi darah.

Sirkulasi darah yang lancar sangat krusial karena ia memastikan sel-sel imun dapat bergerak cepat dan efisien ke seluruh tubuh untuk melawan infeksi. Selain itu, olahraga rutin secara langsung berkontribusi pada memperkuat otot dan menjaga kebugaran tubuh secara keseluruhan.

Sinergi antara asupan gizi seimbang sebagai bahan bakar dan olahraga sebagai pemicu fungsi optimal, secara signifikan meningkatkan kemampuan tubuh melawan penyakit, menjadikannya investasi jangka panjang terbaik bagi kesehatan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini