Nasional Dari Antapani Tengah, Sampah Berubah Jadi Solusi untuk Indonesia

Dari Antapani Tengah, Sampah Berubah Jadi Solusi untuk Indonesia

17
0

Antapani Tengah: Solusi Sampah yang Dimulai dari Rumah Tangga

Di tengah kepadatan kawasan timur Kota Bandung, terdapat satu wilayah yang kini menjadi perbincangan nasional: Kelurahan Antapani Tengah. Bukan karena kemacetan atau banjir, tetapi karena warganya berhasil menyelesaikan masalah sampah dengan inovasi yang luar biasa.

Lewat konsep Jasmin Integrated Farming, masyarakat setempat membuktikan bahwa pengelolaan sampah bisa dilakukan langsung dari sumbernya. Tidak lagi ada bau menyengat dari tumpukan sampah, tidak ada keluhan tentang penumpukan di Tempat Pembuangan Sampah (TPS), dan tidak ada lagi ketergantungan penuh pada petugas kebersihan. Semua masalah sampah selesai di tingkat rumah tangga dan lingkungan.

Pada saat inspeksi langsung ke lokasi, Inspektur I Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), Hamdan Sukri, tidak bisa menyembunyikan kekagumannya. “Kami salut. Jasmin Integrated Farming ini bisa jadi role model nasional karena sampahnya benar-benar tuntas di hulu,” ujarnya kagum saat menghadiri acara Aksi Bersih Nyata di Cikapundung River Spot, Minggu 26 Oktober 2025.

Konsep “tuntas di hulu” yang dimaksud Hamdan adalah cara sederhana namun berdampak besar. Warga memilah, mengolah, dan memanfaatkan sampah organik maupun anorganik tanpa membiarkannya keluar dari wilayah mereka. Sisa dapur diolah menjadi kompos untuk kebun kolektif, plastik dikumpulkan untuk bank sampah, dan limbah cair diolah kembali agar ramah lingkungan.

Bagi Hamdan, apa yang dilakukan warga Antapani Tengah bukan sekadar kegiatan lingkungan, tapi gerakan sosial berbasis kesadaran kolektif. “Ini bukan kegiatan seremonial, tapi bukti nyata kolaborasi antara kementerian, pemerintah daerah, dan masyarakat. Semua turun langsung, semua bekerja,” ujarnya.

Apresiasi dari pemerintah pusat ini menjadi semangat baru bagi Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan. Dalam sambutannya, Farhan menyebut Antapani Tengah sebagai contoh ideal bahwa perubahan besar dimulai dari kesadaran kecil di tingkat warga.

“Beberapa RW di Bandung sudah mencapai level champion dalam pengelolaan sampah, tapi jumlahnya masih sedikit. Saya ingin memastikan gerakan seperti di Antapani Tengah bisa direplikasi di kelurahan lain,” ungkap Farhan.

Ia bahkan berkomitmen meninjau langsung kondisi lapangan di seluruh wilayah. “Saya sudah keliling ke 25 kelurahan, masih ada 126 lagi. Setiap Senin sampai Jumat saya akan datangi satu per satu,” ujarnya.

Namun Farhan tak menutup mata terhadap tantangan. “Masalah kita bukan di kemampuan warga, tapi di kapasitas sarana dan prasarana. Tapi sekarang saatnya kita buktikan bahwa Bandung bisa bersih dan beres,” tegasnya.

Selain menjadi model lingkungan, Antapani Tengah kini juga menjadi simbol budaya bersih baru Kota Bandung. Gerakan memilah dan mengolah sampah tak lagi dilakukan karena kewajiban, tapi karena rasa memiliki terhadap kota.

Farhan mengingatkan, “Kota Bandung tidak akan bersih kalau hanya pemerintah yang bekerja. Tapi kalau semua warga ikut, Bandung bisa jadi kota yang bersih, beres, dan membanggakan.”

Dari Antapani Tengah, Bandung menunjukkan bahwa solusi atas persoalan besar tak selalu datang dari kebijakan besar. Kadang, ia tumbuh dari semangat warga yang sederhana — dari ember kompos di halaman rumah, dari tangan-tangan yang menolak membuang, dan dari tekad kecil yang terus bergaung: Bandung bersih, dimulai dari diri sendiri.




TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini