
Dominasi Air Minum Dalam Kemasan di Jawa Barat
Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat (Jabar), terdapat peningkatan signifikan dalam penggunaan air minum dalam kemasan (AMDK) dibandingkan sumber air lainnya seperti sumur atau mata air. Data ini menunjukkan bahwa sebanyak 52,2% warga Jabar memilih AMDK sebagai sumber utama air minum mereka.
Dari total persentase rumah tangga, sebanyak 14,5% mengonsumsi air dari sumur, 1% berasal dari mata air, 9,4% dari air permukaan, 4,9% dari air ledeng, dan 17,9% menggunakan air pompa. Hal ini menunjukkan bahwa AMDK telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Jabar. Faktor utamanya adalah kemudahan akses, kepraktisan, serta persepsi bahwa air kemasan lebih aman dibandingkan sumber air alami.
Menurut laporan “Distribusi Persentase Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota dan Sumber Air Minum di Provinsi Jawa Barat, 2024”, sebanyak 62,24% rumah tangga di Jabar kini bergantung pada AMDK untuk kebutuhan sehari-hari. Di sisi lain, hanya 4,89% rumah tangga yang memiliki akses ke air ledeng yang dikelola layanan publik. Angka ini menunjukkan adanya tantangan besar dalam penyediaan infrastruktur air bersih perpipaan di wilayah tersebut.
Wilayah Urban dan Beberapa Kabupaten Tertentu Mengandalkan AMDK
Ketergantungan terhadap AMDK paling terlihat di wilayah urban dan beberapa kabupaten tertentu. Contohnya, Kabupaten Indramayu mencatatkan angka tertinggi penggunaan AMDK, dengan 87,10% rumah tangganya membeli air kemasan. Angka ini diikuti ketat oleh Kabupaten Bekasi (87,04%) dan Kota Bandung (84,13%). Namun, di ibu kota provinsi Jabar ini, hanya 6,65% rumah tangga yang memiliki akses air ledeng.

Secara keseluruhan, sumber air minum utama rumah tangga di Jabar didominasi oleh AMDK dengan persentase sebesar 52,24%. Angka ini jauh melampaui sumber-sumber lainnya, seperti pompa (17,94%) dan sumur terlindung/tidak terlindung (14,47%). Rendahnya angka pengguna air ledeng (4,89%) mengindikasikan tantangan besar dalam penyediaan infrastruktur air bersih perpipaan di Jawa Barat.
Sumur Masih Jadi Andalan di Sejumlah Daerah
Di tengah dominasi AMDK, sumur (baik terlindung maupun tidak terlindung) masih menjadi sumber air minum utama di beberapa kabupaten. Contohnya, Kabupaten Sukabumi menjadi wilayah dengan ketergantungan tertinggi pada sumur, yakni 40,32% rumah tangga. Posisi kedua ditempati Kabupaten Bogor dengan 30,31%.
Beberapa daerah masih memiliki tingkat penggunaan AMDK yang relatif rendah, seperti Kabupaten Sukabumi (22,18%) dan Kabupaten Garut (23,00%), yang indikasinya masih mengandalkan sumber air alternatif.
























































