
Kegiatan Bakti Sosial TNI untuk Anak Disabilitas di Kediri
Dalam rangka memperingati HUT ke-80 Tentara Nasional Indonesia (TNI), Koramil 0809/11 Pare, Kabupaten Kediri menggelar kegiatan Bakti Sosial dan Pemeriksaan Kesehatan Gratis bagi penyandang disabilitas. Kegiatan ini berlangsung di halaman Koramil Pare pada Sabtu, 25 Oktober 2025. Acara tersebut dihadiri oleh ratusan anak disabilitas bersama orang tua mereka, serta diikuti oleh berbagai unsur Forkompimcam Pare–Badas, RS SLG, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Diskopusmik, Yayasan Disabilitas Akur, Komunitas Syndicut, perbankan, dan para relawan.
TNI Hadir untuk Rakyat, Peduli Disabilitas
Komandan Koramil 0809/11 Pare, Kapten Arm. Bangun Budi Adi, dalam sambutannya menegaskan bahwa kegiatan ini menjadi wujud nyata kepedulian TNI terhadap anak-anak dengan keterbatasan. Ia menyampaikan bahwa bakti sosial ini dipersembahkan bagi anak-anak kita yang memiliki keterbatasan di wilayah Kediri Raya dalam rangka HUT TNI ke-80 dengan tema TNI Prima, TNI Rakyat, Indonesia Maju.
Bangun menjelaskan bahwa kegiatan ini terselenggara berkat sinergi berbagai pihak, khususnya Yayasan Disabilitas Akur yang memiliki kepedulian tinggi terhadap anak-anak disabilitas. Ia menekankan bahwa besar kecilnya bantuan tidak penting, yang penting adalah perhatian dan kepedulian kita bersama. Ia juga menyampaikan terima kasih kepada RS SLG, Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, perbankan, dan relawan yang mendukung penuh kegiatan ini.
Sinergi Lintas Instansi Wujudkan Kepedulian
Camat Pare, Moh Nizam Subheki, mengapresiasi Koramil Pare atas konsistensinya menggelar kegiatan sosial serupa. Ia menyebutkan bahwa ini kali ketiga ia hadir di acara seperti ini. Menurutnya, kegiatan ini memberi makna besar karena mampu menumbuhkan rasa bahagia bagi keluarga anak-anak difabel. Ia berharap Allah SWT senantiasa menjaga kita dalam membangun generasi yang sehat dan beriman.

Dukungan juga datang dari RS Simpang Lima Gumul (SLG). Kabag TU RS SLG, Awang Huda Darmawan, menyebut kegiatan ini sejalan dengan visi misi rumah sakit. Ia menjelaskan bahwa pihaknya membawa tim medis lengkap, termasuk dua dokter, tenaga fisioterapi, laboratorium, perawat, dan humas. Semua orang berhak mendapat layanan kesehatan setara, termasuk penyandang disabilitas. Ia menegaskan komitmen pelayanan inklusif dengan menyatakan bahwa jika masyarakat tidak bisa datang ke rumah sakit, maka pihaknya akan mendatangi mereka.
Layanan Kesehatan dan Dukungan Dinas Terkait
Perwakilan Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri, Lu’lu’ Anisfaini, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan implementasi amanat UU Penyandang Disabilitas, yang menegaskan hak atas layanan kesehatan yang setara. Ia menyampaikan bahwa pihaknya memberikan layanan dokter, perawat, fisioterapi, serta layanan bagi orang tua berupa cek tensi, asam urat, gula darah, dan kolesterol.
Sementara itu, Adestya Maharani dari Dinas Sosial Kabupaten Kediri menyampaikan dukungannya dengan memberikan bantuan minyak goreng kepada peserta. Ia menyebutkan bahwa Dinsos rutin menyalurkan alat bantu mobilitas seperti kursi roda, kaki palsu, dan bantuan usaha bagi disabilitas yang memiliki embrio UMKM. Ia juga menjelaskan bahwa data jumlah penyandang disabilitas di Kediri selalu diperbarui setiap tahun, dengan variasi jumlah yang bisa bertambah atau berkurang karena faktor usia dan kematian.
Harapan Yayasan Akur: Kuota Peserta Diperluas
Mewakili Yayasan Disabilitas Akur Kampung Inggris Pare, Dwi Yudi Ardiansyah, mengaku bersyukur atas terselenggaranya kegiatan yang melibatkan 135 anak disabilitas tersebut. Namun, ia berharap tahun depan kuotanya bisa ditambah agar lebih banyak anak yang terlayani. Ia menyatakan bahwa masih banyak anak disabilitas yang belum bisa ikut, sehingga ke depan pihaknya ingin menambah peserta agar lebih banyak yang terbantu.
Dwi Yudi menambahkan bahwa pihaknya menerima banyak masukan dan keluhan dari para orang tua, sehingga Yayasan Akur bersama relawan kesehatan menyusun langkah program yang lebih inklusif. Ia menekankan bahwa kuncinya adalah melibatkan penyandang disabilitas secara aktif, memastikan aksesibilitas fisik dan teknologi, serta membangun pemahaman inklusif di lingkungan sekitar. Ia menegaskan bahwa dukungan berkelanjutan menjadi kunci keberhasilan program disabilitas, serta penting menyediakan pendampingan dan akomodasi yang layak sesuai prinsip kesetaraan dan hak-hak mereka.























































