
Pelestarian Budaya Melalui Teater Abdul Muluk di Jambi
Di tengah dinamika perkembangan seni dan budaya di Indonesia, teater tradisional semakin dilupakan. Namun, sebuah upaya pelestarian yang patut diapresiasi tengah dilakukan di Jambi, tepatnya di Eks Lokalisasi Payo Sigadung. Sebuah pertunjukan yang menampilkan Teater Abdul Muluk, salah satu bentuk teater tradisional yang berasal dari Jambi, digelar untuk mengenalkan dan melestarikan seni teater tersebut kepada masyarakat, khususnya generasi muda.
Teater Abdul Muluk, yang merupakan salah satu jenis teater rakyat yang memiliki ciri khas dalam penyampaian cerita-cerita mitologi, sejarah lokal, serta kisah kehidupan masyarakat Jambi, kini mendapatkan perhatian lebih berkat inisiatif Komunitas Abdul Muluk Reborn yang didukung oleh Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah V. Mereka berkomitmen untuk membawa kembali teater ini ke masyarakat luas, terutama di daerah yang pernah menjadi pusat kehidupan sosial dan budaya seperti Payo Sigadung.
Pada pentas Sabtu (18/10/2025) malam, kisah Legenda Sungai Kunyit dimainkan ke hadapan penonton. Kisah ini menceritakan tentang misteri matinya hewan ternak di sebuah perkampungan. Dalam ceritanya, banyak humor-humor dan pesan moral yang disampaikan pelakon lewat tuturan dialog. Isu-isu yang disinggung antara lain, tentang upaya menghapus stigma prostitusi di sana maupun isu tentang pemberantasan narkoba.
Payo Sigadung, yang sebelumnya dikenal sebagai kawasan lokalisasi, kini menjadi saksi perubahan. Lokasi ini, yang kini bertransformasi menjadi ruang kreatif dan komunitas seni, menjadi tempat yang ideal bagi pelaksanaan pertunjukan teater yang mengangkat nilai-nilai budaya lokal. Teater Abdul Muluk yang ditampilkan di sini tidak hanya sekedar pertunjukan seni, melainkan juga upaya untuk menghidupkan kembali sejarah, tradisi, dan kearifan lokal yang sempat terlupakan.
Pertunjukan teater ini menjadi sarana edukasi bagi masyarakat sekitar, khususnya anak muda, untuk mengenal lebih dekat kekayaan budaya Jambi. Sebagai bentuk pelestarian, pertunjukan ini juga menghadirkan pelaku seni tradisional yang sudah berpengalaman dalam mengolah cerita-cerita Abdul Muluk. Cerita-cerita tersebut mengangkat tema-tema kehidupan yang dekat dengan nilai-nilai yang dianut masyarakat Jambi, serta memperkenalkan tradisi lisan yang sudah ada sejak zaman dahulu.
Selain itu, penyelenggaraan pertunjukan di eks kawasan lokalisasi juga memiliki makna simbolis. Hal ini menjadi cara untuk menunjukkan bahwa seni dan budaya bisa menjadi sarana untuk merubah persepsi masyarakat terhadap lokasi tersebut. Dengan mengangkat teater sebagai media, diharapkan masyarakat mulai melihat Payo Sigadung sebagai kawasan yang memiliki potensi budaya yang luar biasa, bukan hanya sebagai bekas lokasi yang terpinggirkan.
“Tujuan kami hadir di sini untuk mengubah stigma negatif dari masyarakat tentang kawasan ini,” ujar Zaidan, Ketua Sanggar Abdul Muluk Reborn. Pertunjukan itu, kata Zaidan, merupakan bagian dari upaya menunjukkan bahwa perubahan sosial tak hanya datang dari aparat atau hukum, tapi bisa dimulai dari budaya.
“Persoalan yang kami angkat bahwa aktivitas sosial itu tidak hanya bisa disentuh dari aturan KUHAP, atau hukum saja, tapi ada hal yang mendasar yaitu melalui budaya,” ujarnya. Tak hanya sebagai objek pementasan, Komunitas Abdul Muluk Reborn juga membuka ruang workshop seloko, pantun, dan teater pada 11–12 Oktober 2025, yang diikuti anak muda di Payo Sigadung. Maka dari itu, sebagian pelakon dalam pertunjukan itu adalah anak-anak muda di sana.
Teater Abdul Muluk di Payo Sigadung ini juga diharapkan bisa menjadi wadah bagi komunitas seni lainnya untuk berkarya dan berbagi pengetahuan tentang seni pertunjukan tradisional kepada masyarakat luas. Di tengah perkembangan zaman yang semakin modern, upaya pelestarian seperti ini menjadi langkah penting dalam menjaga keberagaman budaya Indonesia. Dengan keberhasilan penyelenggaraan pertunjukan pertama ini, banyak pihak berharap agar Teater Abdul Muluk bisa terus hidup dan berkembang, serta semakin dikenal tidak hanya di Jambi, tetapi juga di luar daerah. Sebuah langkah kecil yang besar maknanya bagi kelangsungan seni budaya di tanah air.